Selasa, 16 Juli 2013

Syukur Penjual Daun Jati

Suatu hari saat pulang ke rumah sehabis melakukan trip bisnis jam sudah menunjukan pukul 2 dini hari, badan dan pikiran terasa letih sekali, perut lapar. Walaupun ada roti di mobil yang tadi kubeli namun tidak kumakan karena rasa roti tidak seperti yang kuharapkan. Terucap keluhan, “Ya Tuhan, kenapa hidup kok melelahkan seperti ini?”

Ketika tiba di depan rumah, aku melihat 2 orang ibu tua penjual daun jati. Rasa ingin tahuku mulai timbul, kucoba untuk mendekati mereka dan bertanya dari mana daun sebanyak itu berasal. Ternyata berasal dari pinggir hutan yang aku tahu jaraknya sekitar 20 km. Aku berpikir, gila juga ibu-ibu itu memanggul daun jati seberat ±40 kg di punggungnya dan berjalan dengan terbongkok melewati jalan berbatu dan gelap… dan sewaktu kulihat mereka tidak memakai alas kaki… ya ampun, seperti apa ya rasanya?

Ternyata mereka sedang melepas lelah di tempat yang bersih dan terang. Rupanya mereka juga hendak mengisi perut. Aku memasukkan mobil ke garasi. Selintas terlihat olehku lauk mereka yang membuat aku seperti dicelikkan… hanya nasi putih, sambal, dan tempe sebesar kelingking.

Sambil menurunkan barang-barangku, aku mendengar mereka sesekali tertawa yang seakan tanpa beban. Timbul penyesalan kenapa aku tadi menggerutu kepadaNya.

Aku makin penasaran dan keluar lagi membawa roti yang tadi aku beli untuk kuberikan kepada mereka. Aku ajak mereka ngobrol. Ternyata mereka bekerja dari siang hari memetik daun tersebut, menata, mengikatnya, dan membawanya ke kota, hanya demi 40 ribu rupiah. Mereka hanya tahu menjual daun jati dan pekerjaan lain mereka tidak mampu.

Duh benar-benar kejadian ini membukakan mataku. Jika mereka saja sanggup mensyukuri, melakukan pekerjaan seperti itu tanpa mengerutu dan masih banyak senyum, mengapa aku tidak???

Bersyukurlah senantiasa sebab itu yang diinginkan oleh Tuhan Allahmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar