Rabu, 29 Mei 2013

Cinta Sejati

Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang kakek berusia 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu jarinya. Saya menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, dan mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.

Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Saya merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang saya sempatkan untuk memeriksa lukanya. Nampaknya cukup baik, sudah kering, dan tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, saya putuskan untuk melakukannya sendiri.

Sambil menangani lukanya, saya bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak terburu-buru. Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo untuk makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer. Lalu saya bertanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat. Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir.

Saya sangat terkejut dan berkata, “Bapak masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi?”

Dia tersenyum sambil tangannya menepuk tangan saya dan berkata, “Dia memang tidak mengenali saya, tetapi saya masih mengenali dia, kan?”

Saya terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tangan saya masih tetap merinding.

Cinta kasih seperti itulah yang saya mau dalam hidupku. Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis.

Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi.

Bagi saya pengalaman ini menyampaikan satu pesan penting:

Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, melainkan mereka dapat berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki.

Hari Lansia

Sepucuk Surat
dari ibu dan ayah . . .

Anakku, ketika aku semakin tua,
aku berharap kamu memahami
dan memiliki kesabaran untukku

Suatu ketika aku memecahkan piring,
Atau menumpahkan sup di atas
meja, karena penglihatanku
berkurang Aku harap kamu tidak
memarahiku.

Orang tua itu sensitif . . .selalu
merasa bersalah saat kamu berteriak.

Ketika pendengaranku semakin
memburuk dan aku tidak bisa
mendengar apa yang kamu
katakan, aku harap kamu tidak
memanggilku "TULI" !

Mohon ulangi apa yang kamu
katakan atau menuliskannya.

Maaf, Anak ku.
. . . Aku semakin tua

Ketika lututku mulai lemah,
aku harap kamu memiliki
kesabaran untuk membantuku bangun.

Seperti bagaimana aku selalu
membantu kamu saat kamu
masih kecil, untuk belajar berjalan.

Aku mohon, jangan bosan denganku.

Ketika aku terus mengulangi apa
yang kukatakan, seperti kaset rusak
Aku harap kamu terus mendengarkan aku.

Tolong jangan mengejekku,
atau bosan mendengarkanku.

Apakah kamu ingat ketika kamu
masih kecil dan kamu ingin sebuah balon?

Kamu mengulangi apa yang kamu
mau berulang-ulang sampai
kamu mendapatkan apa
yang kamu inginkan.

. . . Maafkan juga bauku.
Tercium seperti orang yang sudah tua
Aku mohon jangan memaksaku untuk mandi.

Tubuhku lemah.
Orang tua mudah sakit karena
mereka rentan terhadap dingin,
Aku harap, aku tidak terlihat kotor bagimu . . .

Apakah kamu ingat,
ketika kamu masih kecil?

Aku selalu mengejar-ngejar kamu . . .
karena kamu tidak ingin mandi

Aku harap kamu bisa bersabar
denganku, ketika aku selalu rewel.
Ini semua bagian dari menjadi tua,
kamu akan mengerti ketika kamu tua.

Dan jika kamu memiliki waktu luang,
aku harap kita bisa berbicara
bahkan untuk beberapa menit,
aku selalu sendiri sepanjang waktu.
dan tidak memiliki seseorang pun
untuk diajak bicara.

Aku tahu kamu sibuk dengan pekerjaan.
Bahkan jika kamu tidak tertarik pada ceritaku,
Aku mohon berikan aku waktu
untuk bersamamu.

Apakah kamu ingat,
ketika kamu masih kecil?
aku selalu mendengarkan apapun
yang kamu ceritakan tentang mainanmu.

Ketika Saatnya tiba . . .
dan aku hanya bisa terbaring sakit dan sakit

Aku harap kamu memiliki
kesabaran untuk merawatku.

MAAF
kalau aku sengaja mengompol
atau membuat berantakan.

Aku harap kamu memiliki
kesabaran untuk merawatku
selama beberapa saat terakhir
dalam hidupku.

Aku mungkin,
tidak akan bertahan lebih lama,.

Ketika waktu kematianku datang,
aku harap kamu memegang tanganku
dan memberikanku kekuatan
untuk menghadapi kematian.

Dan jangan khawatir . . .
Ketika aku bertemu dengan Sang Pencipta . .
aku akan berbisik padaNya . . .
untuk selalu memberikan BERKAH padamu

Karena kamu mencintai, Ibu dan Ayahmu . . .

Terima kasih atas segala
perhatianmu, nak . .

Kami Mencintai Mu . .

dengan kasih yang berlimpah,
IBU DAN AYAH

Selamat Memperingati Hari LANSIA (lanjut usia).

Koreksi diri, barui cara pandang
Untuk mengasihi mereka
dan tidak menelantarkannya . . .

Tuhan Yesus Memberkati.

SEMANGAT Vs BUNUH DIRI

Pernahkah saudara menemukan ada hewan yang BUNUH DIRI?

Sampai sejauh ini saya belum pernah menemukannya.

Seekor sapi yang kehabisan rumput untuk dimakan..tidak akan pernah menjatuhkan dirinya ke jurang atau berbaring di rel kereta api.

Seekor harimau yang sudah tua dan tidak mampu lagi mengejar mangsa untuk dimakan, tidak akan memotong nadinya meskipun kukunya tajam.

Seekor burung yang matanya buta dan sulit mencari makanan, tidak akan menenggelamkan diri ke sungai untuk BUNUH DIRI.

TETAPI MANUSIA yang jelas-jelas Derajatnya Lebih Tinggi Dari Hewan, justru menyelesaikan masalah hidup dengan cara . . . BUNUH DIRI.

Kita pasti pernah menghadapi jalan buntu dalam suatu masalah. Kita telah menetapkan tujuan-tujuan dalam kehidupan kita. Tetapi kenyataannya kita menghadapi jalan buntu untuk mencapai tujuan tersebut.

Pada kondisi inilah peran SEMANGAT sangat penting bagi kita. Semangat yang kuat dapat mengusir putus asa.

PUTUS ASA dan SEMANGAT adalah dua hal yang saling bertentangan. Jika salah satu sudah menguasai seseorang maka yang satunya lagi tidak ada tempat. Jika "putus asa lebih dulu menguasai manusia, maka "semangat" sudah tidak ada tempat. Demikian sebaliknya jika "semangat" masih ada, maka orang tersebut jauh dari "putus asa".

Anak kecil yang belajar berdiri, ketika ia jatuh berkali-kali ia pun bangkit berkali-kali pula. Semangat untuk bisa berdiri, berjalan sampai bisa berlari itulah yang membuatnya untuk bangkit lagi.

Kalau dulu waktu kecil kita putus asa waktu belajar berdiri, tentu saat ini kita masih merangkak, bukan?

Kalau kita masih ada semangat untuk menyelesaikan masalah, tentu akan ada jalan keluarnya. Tetapi kalau sudah tidak ada lagi semangat untuk menyelesaikan masalah, meskipun kita diberi masukan dari kiri-kanan semuanya tidak akan menjadi perhatian kita.

Kalau kita ragu dan takut KEHABISAN SEMANGAT dalam diri kita kemana memperolehnya?

Semangat tidak bisa dibeli meskipun kita banyak uang, karena tidak ada jualannya. SEMANGAT adalah anugerah dari Allah. Yesus mengundang orang-orang yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepada Nya. Jadi kemana kita memperolehnya?

Jawabannya, datanglah ke Yesus dan minta diberikan semangat dalam hidup ini. . . .Amien.

Selasa, 28 Mei 2013

"Odol" dari Surga

Kisah nyata dari seseorang yang dalam episode hidupnya sempat ia lewati dalam penjara. Bermula dari hal yang sepele. Lelaki itu kehabisan odol di penjara. Malam itu adalah malam terakhir bagi odol diatas sikat giginya. Tidak ada sedikitpun odol yang tersisa untuk esok hari. Dan ini jelas-jelas sangat menyebalkan. Istri yang telat berkunjung, anak-anak yang melupakannya dan diabaikan oleh para sahabat, muncul menjadi kambing hitam yang sangat menjengkelkan. Sekonyong-konyong lelaki itu merasa sendirian, bahkan lebih dari itu : tidak berharga !

Tertutup bayangan hitam yang kian membesar dan menelan dirinya itu, tiba-tiba saja pikiran nakal dan iseng muncul. Bagaimana jika ia meminta odol pada TUHAN ?

Berdoa untuk sebuah kesembuhan sudah berkali-kali kita dengar mendapatkan jawaban dari-NYA. Meminta dibukakan jalan keluar dari setumpuk permasalahanpun.bukan suatu yang asing bagi kita. Begitu pula dengan doa-doa kepada orang tua yang telah berpulang, terdengar sangat gagah untuk diucapkan. Tetapi meminta odol kepada Sang Pencipta jutaan bintang gemintang dan ribuan galaksi, tentunya harus dipikirkan berulang-ulang kali sebelum diutarakan. Sesuatu yang sepele dan mungkin tidak pada tempatnya. Tetapi apa daya, tidak punya odol untuk esok hari –entahsampai berapa hari- menjengkelkan hatinya amat sangat. Amat tidak penting bagi orang lain, tetapi sangat penting bagi dirinya.

Maka dengan tekad bulat dan hati yang dikuat-kuatkan dari rasa malu, lelaki itu memutuskan untuk mengucapkan doa yang ia sendiri anggap gila itu. Ia berdiri ragu-ragu dipojok ruangan sel penjara, dalam temaram cahaya, sehingga tidak akan ada orang yang mengamati apa yang ia lakukan. Kemudian dengan cepat, bibirnya berbisik:

“TUHAN, Kau mengetahuinya aku sangat membutuhkan benda itu”.

Doa selesai. Wajah lelaki itu tampak memerah. Terlalu malu bibirnya mengucapkan kata amin. Dan peristiwa itu berlalu demikian cepat, hingga lebih mirip dengan seseorang yang berludah ditempat tersembunyi. Tetapi walaupun demikian ia tidak dapat begitu saja.melupakan insiden tersebut..Sore hari diucapkan, permintaan itu menggelisahkannya.hingga malam menjelang tidur.

Akhirnya, lelaki itu –walau dengan bersusah payah- mampu melupakan doa sekaligus odolnya itu. Tepat tengah malam, ia terjaga oleh sebuah keributan besar dikamar selnya.

“Saya tidak bersalah Pak !!!”, teriak seorang lelaki gemuk dengan buntalan tas besar dipundak, dipaksa petugas masuk ke kamarnya,

”Demi TUHAN Pak !!! Saya tidak salah !!! Tolong Pak… Saya jangan dimasukin kesini Paaaaaaaaak..!!!”

Sejenak ruangan penjara itu gaduh oleh teriakan ketakutan dari ‘tamu baru’ itu.

“Diam !!”, bentak sang petugas, ”Semua orang yang masuk ke ruangan penjara selalu meneriakkan hal yang sama !! Jangan harap kami bisa tertipu !!!!”

“Tapi Pak…Sssa..”

Brrrraaaaang !!!!

Pintu kamar itu pun dikunci dengan kasar. Petugas itu meninggalkan lelaki gemuk dan buntalan besarnya itu yang masih menangis ketakutan. Karena iba, lelaki penghuni penjara itupun menghampiri teman barunya. Menghibur sebisanya dan menenangkan hati lelaki gemuk itu. Akhirnya tangisan mereda, dan karena lelah dan rasa kantuk mereka berdua pun kembali tertidur pulas.

Pagi harinya, lelaki penghuni penjara itu terbangun karena kaget. Kali ini karena bunyi tiang besi yang sengaja dibunyikan oleh petugas. Ia terbangun dan menemukan dirinyanya berada sendirian dalam sel penjara. Lho mana Si Gemuk, pikirnya. Apa tadi malam aku bemimpi ? Ah masa iya, mimpi itu begitu nyata ?? Aku yakin ia disini tadi malam.

“Dia bilang itu buat kamu !!”, kata petugas sambil menunjuk ke buntalan tas dipojok ruangan.

Lelaki itu segera menoleh dan segera menemukan benda yang dimaksudkan oleh petugas. Serta merta ia tahu bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.

“Sekarang dia dimana, Pak ?”, tanyanya heran.

“Ooh..dia sudah kami bebaskan, dini hari tadi…biasa salah tangkap !”, jawab petugas itu enteng, ”saking senangnya orang itu bilang tas dan segala isinya itu buat kamu”.

Petugas pun ngeloyor pergi. Lelaki itu masih ternganga beberapa saat, lalu segera berlari ke pojok ruangan sekedar ingin memeriksa tas yang ditinggalkan Si Gemuk untuknya. Tiba-tiba saja lututnya terasa lemas. Tak sanggup ia berdiri.

“Ya..TUHAAANNN !!!!”, laki-laki itu mengerang. Ia tersungkur dipojok ruangan, dengan tangan gemetar dan wajah basah oleh air mata.

Lelaki itu bersujud disana, dalam kegelapan sambil menangis tersedu-sedu. Disampingnya tergeletak tas yang tampak terbuka dan beberapa isinya berhamburan keluar. Dan tampaklah lima kotak odol, sebuah sikat gigi baru, dua buah sabun mandi, tiga botol sampo, dan beberapa helai pakaian sehari-hari.

Kisah tersebut sungguh-sunguh kisah nyata. Sungguh-sungguh pernah terjadi. Dan aku mendengarnya langsung dari orang yang mengalami hal itu.

Semoga semua ini dapat menjadi tambahan bekal ketika kita meneruskan berjalan menempuh kehidupan kita masing-masing. Jadi suatu ketika, saat kita merasa jalan dihadapan kita seolah terputus. Sementara harapan seakan menguap diganti deru ketakutan, kebimbangan dan putus asa.

Pada saat seperti itu ada baiknya kita mengingat sungguh-sungguh bahkan Odol pun akan dikirimkan oleh Surga bagi siapapun yang membutuhkannya. Apalagi jika kita meminta sesuatu yang mulia. Sesuatu yang memuliakan harkat manusia dan IA yang menciptakan mereka.

Seperti kata seorang bijak dalam sebuah buku: “Seandainya saja engkau mengetahui betapa dirimu dicintai-NYA, hatimu akan berpesta pora setiap saat” (selesai).

What a wonderfull world!

Malaikat dan Pengusaha

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya. Malaikat memulai pembicaraan,

"Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!"

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ..." kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit."

Dengan lembut si Malaikat berkata, "Anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa.buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu."

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra-putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.

Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua - itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu."

Kembali terlihat di mana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh,

"Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar di hadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri."

Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini . . . timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang!

Dengan setengah bergumam dia bertanya, "Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, "Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah."

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk.melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata,

"Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu!! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00."

Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

"Bukankah itu Panti Asuhan?" kata si pengusaha pelan.

"Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri."

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu."

Mengapa sulit mengucap syukur?

Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat.

Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, "Ini adalah Seksi Penerimaan. Di sini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima".

Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.

Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pad ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan dan berkat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya".

Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun. "Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikat-ku pelan.

Dia tampak malu. "Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku.

"Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. "Setelah manusia menerima berkat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih".

"Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas berkat Tuhan?", tanyaku.

"Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup berkata, "Terima kasih, Tuhan".

"Lalu, berkat apa saja yang perlu kita syukuri", tanyaku.

Malaikat-ku menjawab, "Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini."

"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia."

"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputermu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu."

Juga.... "Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ... engkau lebih diberkati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini."

"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat, maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".

"Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan ... maka engkau termasuk orang yang sangat jarang."

"Jika engkau masih bisa mencintai ... maka engka termasuk orang yang besar, karena cinta adalah berkat Tuhan yang tidak didapat dari manapun."

"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau uni dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan."

"Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima berkat ganda, yaitu bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa engkau lebih diberkati dari pada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali".

Nikmatilah hari-harimu, hitunglah berkat yang telah Tuhan anugerahkan kepadamu. Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua teman-temanmu untuk mengingatkan mereka betapa diberkatinya kita semua.

"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu ."

Ditujukan pada : Departemen Pernyataan Terima Kasih."Terima kasih, Tuhan! Terima kasih, Tuhan, atas anug'rah-Mu berupa kemampuan untuk menerjemahkan dan membagi pesan ini dan memberikan aku begitu banyak teman-teman yang istimewa untuk.saling berbagi."

Mari sama-sama katakan:

TERIMAKASIH, TUHAN !!!

Sampah-Sampah Negatif

Suatu ketika, seorang pemuda berpetualang ke sebuah tempat untuk mendaki gunung dan menuju ke puncak. Pria ini kemudian berjalan menyusuri jalan setapak menuju lembah gunung untuk memulai pendakian.

Di tengah perjalanan, ia melihat banyak sekali sampah berserakan di sepanjang jalan. Sampah-sampah itu mungkin berasal dari pengunjung yang membuangnya. Sampah tersebut membuat sepanjang jalan menjadi kotor dan tidak nyaman dipandang mata. Begitu pula dengan pemuda tersebut. Ia sungguh tidak tahan melihat sampah yang berserakan di sepanjang jalan yang dilaluinya. Karena itulah ia memungut sampah itu dan menaruhnya ke dalam kantong plastik. Lalu ia memasukkannya ke dalam tas ransel yang dibawanya. Semakin jauh ia berjalan, semakin banyak pula sampah yang dipungutnya.

Tas ranselnya semakin lama semakin berat. Sampai-sampai ia terpaksa menenteng sampah tersebut di tangannya karena tas ranselnya sudah tidak muat lagi. Tas ranselnya yang semakin berat membuat perjalanannya terhambat. Jalannya semakin melambat, bahkan terlihat kelelahan. Apalagi jalannya semakin menanjak ke atas, ia terlihat makin kesulitan dan terengah-engah.

Kemudian ia bertemu denga seorang pendaki yang baru saja turun. Pendaki itu merasa aneh dan bertanya pada pemuda itu, “Boleh tahu apa yang sedang kamu bawa? Mengapa bawaanmu banyak sekali?”

Pemuda itu menjawab sambil mengatur napas, “Oh, ini sampah yang kupungut di jalan. Orang-orang sungguh tidak bertanggung jawab membuangnya sembarangan. Aku tidak tahan melihatnya, jadi kuambil saja dan akan kubuang setelah turun nanti.”

Pendaki itu tersenyum geli mendengar penjelasan pemuda tersebut. Ia berkata, “Aku kagum dengan tindakanmu. Tapi tahukah kamu sampah yang kamu bawa itu telah memberatkan perjalananmu ke atas sana?”

Pemuda itu sedikit tersadar. Pendaki itu melanjutkan, “Semakin berat bawaanmu, semakin sulit kamu mencapai puncak. Itu semua menguras tenaga dan staminamu. Itu terlihat dari napasmu yang terengah-engah. Lagipula untuk apa membawa sampah-sampah seperti itu ke atas puncak. Bukankah lebih baik Anda baru memungutnya setelah turun nanti? Bawalah barang seperlunya saja. Semakin ringan diri Anda, semakin mudah mencapai puncak!”

Dalam perjuangan kita mencapai kesuksesan, seringkali muncul suara-suara yang tidak mengenakkan. Suara-suara itu muncul dalam bentuk ejekan, hinaan, cemoohan, kritikan negatif, dan sebagainya.

Sebagian orang menerima suara-suara negatif itu dan memasukkannya ke dalam hati. Mereka terus teringat dengan suara-suara negatif sepanjang hari tanpa pernah bisa melupakannya.

Sebagian lainnya tidak peduli, cuek, dan terus melangkah jauh. Mereka tidak memasukkannya dalam hati, bahkan mereka tidak mempermasalahkannya sedetik pun.

Jika kita terus membawa suara-suara negatif tersebut, langkah kita.menuju kesuksesan akan terasa berat. Suara-suara negatif itu bagaikan racun yang bisa melumpuhkan kita sampai tidak bisa berjalan lagi (menyerah). Ini sama seperti pemuda dalam cerita di atas yang membawa sampah tidak berguna yang hanya memberatkan pendakiannya ke puncak gunung.

Jika Anda ingin melangkah dengan ringan menuju kesuksesan, Anda harus bisa menutup telinga Anda dari suara-suara seperti itu dan terus melangkah maju. Suara-suara seperti itu adalah ‘sampah’ yang hanya mengganggu perjalanan Anda. Anda harus bisa membuang sampah seperti itu, yang hanya akan merepotkan Anda nantinya.

Sampah-sampah negatif seperti itu akan selalu berserakan di sepanjang perjalanan hidup ini. Kita tidak akan bisa menghindarinya. Suara-suara yang positif dan negatif akan silih berganti muncul dalam hidup kita. Tapi keputusan untuk memilih ada di tangan kita. Kita bisa memilih untuk membuang suara (sampah) negatif atau memilih untuk membawanya bersama kita.

Maka, bawalah yang berguna dan masukkan ke dalam ‘tas ransel’ Anda suara-suara yang positif. Sebelumnya, keluarkan semua suara-suara negatif dan buanglah. Dengan begitu, langkah Anda akan lebih ringan dalam mencapai puncak kesuksesan.

Senin, 27 Mei 2013

JANGAN MENANGIS MAMA

Bu Sally segera bangun ketika melihat dokter bedah keluar dari kamar operasi .

Dia bertanya dengan penuh harapan:

Bagaimana anakku?
Apakah dia dapat disembuhkan?
Kapan saya boleh menemuinya?

Dokter bedah menjawab, “Saya sudah berusaha sebaik mungkin, tapi sayangnya anak Ibu tidak tertolong"

Bu Sally bertanya dengan hati remuk,
“Mengapa anakku yang tidak berdosa bisa terkena kanker?
Apa Tuhan sudah tidak peduli lagi?
Di mana Engkau Tuhan ketika anak laki-lakiku membutuhkanMu? "

Dokter bedah bertanya, “Apa Ibu ingin bersama dengan anak Ibu selama beberapa waktu? Perawat akan keluar untuk beberapa menit sebelum jenazahnya dibawa ke universitas. "

Bu Sally meminta perawat tinggal bersamanya saat dia akan mengucapkan selamat jalan kepada anak lelakinya.

Dengan penuh kasih dia mengusap rambut anaknya yang hitam itu.

“Apa Ibu ingin menyimpan sedikit rambutnya sebagai kenangan?” perawat itu bertanya.

Bu Sally mengangguk. Perawat memotong sedikit rambut dan menaruhnya di dalam kantong plastik untuk disimpan.

Ibu Sally berkata, Jimmy anakku ingin mendonorkan tubuhnya untuk diteliti di Universitas. Dia mengatakan mungkin dengan cara ini dia dapat menolong orang lain yang memerlukan.

“Awalnya saya tidak membolehkan tapi Jimmy menjawab, 'Ma, saya kan sudah tidak membutuhkan tubuh ini setelah mati nanti. Mungkin tubuhku dapat membantu anak lain untuk bisa hidup lebih lama dengan ibunya. "

Bu Sally terus bercerita, “Anakku itu memiliki hati emas. Jimmy selalu memikirkan orang lain. Selalu ingin membantu orang lain selama dia bisa melakukannya. "

Bu Sally meninggalkan rumah sakit setelah menghabiskan waktunya selama enam bulan di sana untuk merawat Jimmy…

Dia membawa kantong yang berisi barang-barang anaknya. Perjalanan pulang sungguh sulit baginya. Lebih sulit lagi ketika dia memasuki rumah yang terasa kosong.

Barang-barang Jimmy ditaruhnya bersama kantong plastik yang berisi segenggam rambut itu di dalam kamar anak lelakinya.

Dia meletakkan mobil mainan dan barang-barang milik pribadi Jimmy, anaknya, di tempat Jimmy biasa menyimpan barang-barang itu. Kemudian dibaringkan dirinya di tempat tidur. Dengan membenamkan wajahnya pada bantal, dia menangis hingga tertidur.

Di sekitar tengah malam, Sally terjaga. Di samping bantalnya terdapat sehelai surat yang terlipat.

Surat itu berbunyi:

Mama tercinta,
Saya tahu Mama akan kehilangan saya,
tetapi saya akan selalu mengingatmu,Ma
dan tidak akan berhenti mencintaimu
walaupun saya sudah tidak bisa mengatakan:
‘Aku sayang mama’.

Saya selalu mencintaimu
bahkan semakin hari
akan semakin sayang padamu, Ma.

Sampai suatu saat kita akan bertemu lagi.
Sebelum saat itu tiba, jika Mama mau
mengadopsi anak lelaki agar tidak
kesepian, bagiku tidak apa-apa, Ma .

Dia boleh tidur di kamarku dan
bermain dengan mainanku.
Tetapi jika Mama memungut anak perempuan,
mungkin dia tidak melakukan hal-hal
yang dilakukan oleh kami, anak lelaki.

Mama harus membelikannya boneka
dan barang-barang yang diperlukan
oleh anak perempuan.

Jangan sedih karena memikirkan aku ,Ma.
Tempat aku berada sekarang begitu indah.
Kakek dan nenek sudah menemuiku
begitu aku sampai di sana dan mereka
menunjukkan tempat-tempat yang indah.

Tapi perlu waktu lama untuk
melihat segalanya di sana.

Malaikat itu sangat pendiam dan
tampak dingin. Tapi saya senang
melihatnya terbang.

Dan apa Mama tahu apa yang kulihat?
Yesus tidak terlihat seperti gambar
gambar yang dilukis manusia.
Tapi, ketika aku melihat-Nya,
aku yakin Dia adalah Yesus.
Yesus sendiri mengajakku menemui Allah Bapa!

Tebak Ma apa yang terjadi?
Aku boleh duduk di pangkuan Bapa
dan berbicara dengan-Nya
seolah-olah aku ini orang yang sangat penting.

Aku menceritakan kepada Bapa
bahwa aku ingin menulis surat
kepada Mama untuk mengucapkan
selamat tinggal dan kata-kataku yang lain.

Namun aku sadar bahwa
hal ini pasti tidak diperbolehkan-Nya.
Tapi Mama tahu, Allah sendiri
memberikan sehelai kertas dan
pensil-Nya untuk menulis surat ini kepada Mama.

Saya pikir malaikat Gabriel akan
mengirimkan surat ini kepadamu, Ma.

Allah mengatakan akan menjawab
pertanyaan Mama ketika Mama bertanya, ‘Di mana Allah pada saat aku membutuhkan-Nya?’

Allah mengatakan Dia berada
bersama diriku seperti halnya
ketika putera-Nya Yesus disalib.
Dia ada di sana Ma, dan dia selalu
berada bersama semua anak.

Ngomong-ngomong, tidak ada orang
yang dapat membaca apa yang aku
tulis selain Mama sendiri.
Bagi orang lain, surat ini hanya
merupakan sehelai kertas kosong.
Luar biasa kan Ma?

Sekarang saya harus mengembalikan
pensil Bapa yang aku pinjam.
Bapa memerlukan pensil ini untuk
menuliskan nama-nama dalam Buku Kehidupan.

Malam ini aku akan makan bersama
dengan Yesus dalam perjamuan-Nya.
Aku yakin makanannya akan lezat sekali.

Oh, aku hampir lupa memberitahukanmu Ma.
Aku sudah tidak kesakitan lagi.
Penyakit kanker itu sudah hilang.
Aku senang karena aku tidak tahan
merasakan sakit itu dan Bapa juga
tidak tahan melihat aku kesakitan.

Itulah sebabnya mengapa Dia
mengirim Malaikat Pembebas
untuk menjemputku.

Malaikat itu mengatakan bahwa diriku
merupakan kiriman istimewa!
Bagaimana Ma?

Tuhan Firman Mintalah
Tuhan Firman Carilah
Tuhan Firmanlah Ketuklah
Tuhan Janji 'Kan Jawab

S'bab Tangan Tuhan Selalu Terbuka
Bagi Yang Minta Tolong
Tak Akan Bapa Memberikan Ular
Pada Yang Minta Roti

Tuhan Firman Mintalah
Tuhan Firman Carilah
Tuhan Firmanlah Ketuklah
Tuhan Janji 'Kan Jawab

S'bab Tangan Tuhan Selalu Terbuka
Bagi Yang Minta Tolong
Tak Akan Bapa Memberi Yang Jahat
Pada Anak Yang Minta

Blessing,
~HSH~

View Video:
http://www.youtube.com/watch?gl=ID&hl=en&client=mv-google&v=3wF-XQwHABc&fulldescription=1

Minggu, 26 Mei 2013

"Mengapa Ibu Menangis?"

Seorang anak bertanya kepada Ibunya, ” Ibu, mengapa Ibu menangis ? “

Ibunya pun menjawab, “sebab Ibu adalah seorang wanita nak. ” anak itupun tidak terlalu mengerti. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. “nak, kamu memang tidak akan pernah mengerti…”

Kemudian anak itu bertanya pada ayahnya. “ayah, mengapa Ibu menangis ? sepertinya Ibu menangis tanpa sebab yang aku mengerti ? “

Sang ayah pun menjawab, “semua wanita memang menangis tanpa ada alasan. ” Hanya itu jawaban yang bisa diberikan oleh ayahnya.

Lalu waktu berjalan dan anak itu sudah tumbuh menjadi remaja dan terus bertanya-tanya mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. ” ya Tuhan, mengapa wanita mudah sekali menangis ? “

Dalam mimpinya Tuhan menjawab,

“Saat kuciptakan wanita, aku membuatnya menjadi sangat utama. kuciptakan bahunya agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, termasuk membuat nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. “

Kalimat itupun berlanjut…

“Kuberikan wanita kekuatan untuk melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya. walau sering kali pula ia kerap berulang kali menerima cercaan dari anaknya. “

“Pada wanita kuberikan kesabaran. untuk merawat keluarganya walaupu letih, walau sakit, lelah, semua tanpa keluh kesah. “

“Kuberikan wanita keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, dimana semua orang sudah putus asa. “

“Kuberikan pula wanita perasaan peka dan kasih sayang. untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi apapun dan dalam situasi apapun. walau tak jarang juga anak-anaknya itu melukai perasaannya, juga melukai hatinya. “

“Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya. “

“Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya. sebab, bukankah tulang rusuknya yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak ? “

“Kuberikan padanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan penyadaran dan pengertian, bahwa suami yang baik adalah yang tidak pernah melukai hati istrinya. walau sering kali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi. “

“Dan akhirnya, kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. inilah yang khusus kuberikan kepada wanita agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walau sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan. “

Ketika anak itu terbangun dari mimpinya matanya telah berurai. Anak itu teringat semua kebaikan Ibunya dan ia belum mengucapkan terima kasih secara sungguh-sungguh kepadanya.

Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita melakukannya?

TUHAN Mengasihi, Memberkati & Menyertai selalu..

Sabtu, 25 Mei 2013

~ JANGAN PERNAH BERPIKIR... ~

` Jangan pernah berpikir... bahwa sukses itu cuma selalu harus kerja keras, ternyata Sukses itu harus diraih dengan kerja keras dan kerja dengan HIKMAT TUHAN,

` Jangan pernah berpikir... bahwa makhluk yang paling bisa bertahan hidup adalah yang paling pintar, atau yang paling kuat, ternyata mahluk yang paling bisa bertahan adalah yang paling cepat bisa MERESPON perubahan dan melakukannya.

` Jangan pernah berpikir... bahwa kunci Sorga itu ada tergantung di langit,
ternyata Kunci Sorga itu adanya di HATI kita.

` Jangan pernah berpikir... bahwa Tuhan akan selalu mengabulkan setiap permintaan kita, ternyata Tuhan hanya MEMBERIKAN APA YANG KITA PERLU.

` Jangan pernah berpikir... bahwa keberhasilan itu hanya karena keturunan, ternyata Keberhasilan itu ditentukan oleh HIKMAT, KEULETAN, KETEKUNAN.

` Jangan pernah berpikir... bahwa kecantikan wajah adalah segalanya dan yang paling menarik, ternyata KECANTIKAN BATHINIAH adalah hal yang lebih indah & menawan .

` Jangan pernah berpikir... bahwa kebahagian itu adalah ketika anda Sukses & dan berada diatas, ternyata Kebahagiaan sejati itu adalah tatkala kita bisa melihat ke bawah, MENSYUKURI Berkat Tuhan dan bisa berbuat sesuatu untuk mereka yang lebih susah dari kita.

` Jangan pernah berpikir... bahwa makna dan perjalanan hidup manusia itu hanya diukur dari bulan dan tahun yang sudah dijalani, ternyata makna dan perjalanan hidup Manusia itu diukur dari KEBAJIKANNYA dan apa yang telah dilakukannya kepada orang lain.

` Jangan pernah berpikir... bahwa yang paling berharga itu uang & emas permata, ternyata Hal yang paling mahal dan berharga itu adalah KESEHATAN dan NAMA BAIK.

` Jangan pernah berpikir... bahwa kekasih atau pasanganmu adalah segala-galanya bagimu, ternyata DIMILIKI TUHAN dan TAKUT AKAN TUHAN adalah segala-galanya bagi kita.

~ Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Ams 1:7.

~ Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. Ams 9:10.

~ Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut. Ams 14:27.

~ Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.

Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat. Pkh 12:13-14. ♥♥♥

Kita Hanya Kurang Nyaman 3 Jam Saja

Hari itu suamiku beruntung mendapatkan tiket untuk kembali ke rumah orangtuaku. Ketika naik bus ternyata telah ada seorang wanita duduk di tempat duduk kami, suami memintaku duduk dulu di sampingnya, namun tidak meminta wanita ini berdiri. Ketika kuperhatikan ternyata kakinya ada sedikit cacat, barulah tahu kenapa suamiku memberikan tempat duduknya.

Suamiku terus berdiri dari Jiayi sampai Taipei, sejak awal tidak ada memberi tanda kalau itu adalah tempat duduknya. Setelah turun dari bus, saya berkata pada suami, “Memberikan tempat duduk pada orang yang butuh memang baik, namun pertengahan perjalanan Jiayi sampai Taipei kan boleh memintanya berdiri agar gantian kamu yang duduk.”

Suamiku menjawab, “Orang lain sudah tidak nyaman seumur hidup, kita hanya kurang nyaman selama tiga jam saja.”

Mendengar perkataan ini, saya sangat terharu sebab telah mendapatkan suami yang sedemikian baik, namun tidak mau orang lain tahu akan kebaikan hatinya, itu membuat diriku merasakan dunia seketika penuh dengan kehangatan.

Kalau pola berpikir dapat dirubah, dunia mungkin akan terasa berbeda.

Setiap hal dalam kehidupan ini bisa saja berubah, tergantung dari bagaimana cara kita berpikir dan bagaimana cara kita merubahnya.

Kita tidak mungkin berhasil dalam waktu tiga menit, namun asalkan mau berusaha, mungkin dalam satu menit saja, kehidupan sudah menjadi berbeda.

Kita tidak pasti kaya karena mendapat banyak uang, namun kita pasti kaya secara batiniah dengan bersumbangsih.

Semangat semua!!! Jangan lupa tetap berbuat baik walau hanya perbuatan baik yang kecil.

Tuhan Yesus Memberkati.

Simple Story

Seorang pria jatuh cinta pada seorang gadis. Dia mengikuti kemana pun gadis itu pergi.

Suatu hari gadis itu tersadar, dan bertanya kepada orang itu.

Girl: “Mengapa kau terus mengikutiku?”

Boy: “Karena kau sangat cantik, dan saya rasa saya jatuh cinta padamu.”

Girl: “Benarkah? Tapi kau belum pernah bertemu temanku. Dia lebih cantik dariku, dan sekarang dia berada tepat di belakangmu.”

Laki-laki itu menoleh ke belakangnya, tapi dia tidak melihat siapa pun.

Boy: “Apakah kau mempermainkanku? Tidak ada siapa pun di belakangku.”

Girl: “Tidak. Jika kau betul-betul mencintaiku, kau tidak akan menoleh ke belakang.”

Jumat, 24 Mei 2013

Dukung "Novita Dewi XFACTOR" !!!!

Novita Dewi adalah anak dari Pdt. Jack Marpaung Gembala GBI Glow Fellowship Centre Medan. Kita dukung dan Doakan Dewi agar menang dalam XFACTOR di RCTI

Ketik NOVITA kirim ke 9288.

Berikut ini saya akan memberikan informasi mengenai profil biodata Novita Dewi X-Factor indonesia:

Profil Biodata Novita Dewi X-Factor Indonesia:

Nama Lengkap: Novita Dewi Marpaung
Asal : Jakarta
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Nov 1978
Teman Dekat: Alex Rudiart Hutajulu

* Yakobus 5:16,
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

Tuhan Yesus Memberkati.

Keterangan Gambar:
Novi saat di doakan Pdt. Gilbert L.

3 Karung Beras

Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggallah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang. Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik.

Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak. Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja di sawah.

Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kilogram beras untuk dibawa ke kantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kilogram beras tersebut dan kemudian berkata kepada ibunya, “Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja di sawah.”

Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata, “Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali, tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan ke sekolah, nanti berasnya mama yang akan bawa ke sana.”

Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau.mendaftarkan ke sekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya. Sang anak akhirnya pergi juga ke sekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh. Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas.tergesa-gesa, ibunya datang ke kantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya. Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata, “Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, di sini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran?”

Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut. Awal bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk ke dalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata, “Masih dengan beras yang sama.”

Pengawas itu pun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan ibu ini dan kemudian berkata, “Tak peduli beras apapun yang ibu berikan kami akan terima, tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna. Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya.”

Sang ibu sedikit takut dan berkata, “Ibu pengawas, beras di rumah kami semuanya seperti ini, jadi bagaimana?”

Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata, “Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam-macam jenis beras?”

Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali ke sekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata, “Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu!”

Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata, “Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis.”

Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk di atas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.

Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata, “Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja di sawah. Tapi saya melarang.dan menyuruhnya bersekolah lagi.”

Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada di kampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.

Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi ke kampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali ke kampung
sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan ke sekolah.

Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata pengawas itu pun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata, “Bu, sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu.”

Sang ibu buru-buru menolak dan berkata, “Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini.”

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam-diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing Hua dengan nilai 627 point.

Di hari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk di atas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi di sana masih terdapat tiga kantong beras.

Pengawas sekolah tersebut akhirnya  maju ke depan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata, “Inilah sang ibu dalam cerita tadi.” Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik ke atas mimbar.

Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat ke belakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan ke atas mimbar. Sang ibu dan sang anak pun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata, “Oh Mamaku…”

Pepatah mengatakan: “Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dan sepanjang kenangan”. Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya dan tak mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses di masa depannya.

Mulai sekarang, katakanlah kepada mama di mana pun mama kita berada dengan satu kalimat: “Terimakasih Mama… Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu… selamanya”.

Kamis, 23 Mei 2013

Pelita

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu terbahak berkata, “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya. Saya bisa pulang kok.” Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”

Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!” Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.

Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!” Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”

Si buta tertegun… Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”

Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”

Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.

Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta ini. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”

Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.”

Senyap sejenak… Secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?

Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya…,” sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.

Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”

Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup.

Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan).

Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan ‘pulang’, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.

Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk ‘membuta’ walaupun mereka bisa melihat.

Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.

Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya.

Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.

Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan  pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.

Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam?

JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.

Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, takkan pernah habis terbagi.

Rabu, 22 Mei 2013

Raja Abadi

Dahulu kala, hiduplah seorang raja yang baik dan cinta damai. Masyarakat pada kerajaan tersebut saling menyayangi seperti satu keluarga besar. Mereka semua menghormati raja dan menjulukinya Raja Abadi. Nama besar Raja Abadi tersebar sampai ke seluruh pelosok. Namun, reputasinya membuat raja tetangga yang memerintah iri hati. Raja tetangga ini memutuskan untuk berperang melawan Raja Abadi serta menaklukkan kerajaannya.

Ketika berita tersebut sampai ke istana Raja Abadi, para menteri menasehatinya untuk mempersiapkan perang sebaik-baiknya, tetapi raja menentangnya, “Perang itu kejam. Pihak mana pun yang menang, banyak orang yang akan benar-benar menderita dan tewas. Jika kita berperang dengan kerajaan tetangga, kerajaan kita akan jadi porak-poranda dan akan timbul kebencian yang tidak ada habis-habisnya. Saya akan turun takhta sebagai pertukaran untuk kehidupan yang damai bagi rakyatku.”

Dengan mengabaikan protes dari para menteri, raja dan puteranya, sang putra mahkota, pergi ke daerah pegunungan yang jauh dan menjalani hidup yang terpencil. Kemudian raja yang baru mengambil alih kerajaan tersebut tanpa perlawanan sedikit pun. Namun ia tetap merasa takut kalau sewaktu-waktu Raja Abadi akan kembali untuk merebut kerajaannya. Untuk mencegah hal tersebut, ia mengumumkan bahwa ia akan bermurah hati memberi hadiah kepada siapa pun yang dapat menangkap Raja Abadi.

Pada suatu hari, Raja Abadi berjumpa dengan pengembara yang sedang beristirahat di bawah pohon. Lalu ia bertanya kepada pengembara itu, “Kamu kelihatan sangat kurus dan lelah. Dari mana asalmu?”

“Saya berasal dari negara yang sangat jauh. Saya sedang tertimbun dengan hutang dan tidak punya cara untuk membiayai isteri dan anak saya. Saya mendengar Raja Abadi adalah seorang yang murah hati, oleh sebab itu saya datang kemari untuk meminta pertolongannya,” jawab pengembara itu.

“Saya adalah orang yang kamu cari. Saya turut prihatin kepadamu yang sedang dalam situasi yang buruk, tapi saya kuatir tidak dapat membantumu lagi,” kata Raja Abadi.

Mendengar pengakuan ini, pengembara tersebut berbicara sambil menangis, “Jika saya tidak dapat melunasi hutang saya, saya pasti akan dibunuh saat pulang ke rumah, dan isteri serta anak saya akan mati kelaparan. Apa yang harus saya perbuat?”

Iba dengan perkataan pria tersebut, Raja Abadi menghiburnya, “Janganlah berputus asa. Saya mendengar raja yang baru telah berjanji untuk memberi hadiah yang luar biasa bagi siapa pun yang dapat menangkap saya. Cukup serahkan saya saja dan kamu akan menjadi kaya raya.”

“Saya tidak tega melakukan itu. Kamu adalah orang yang sangat baik,” kata pengembara terkejut.

“Saya pernah bersumpah saya akan melakukan yang terbaik untuk menolong siapa pun yang sedang membutuhkan. Karena raja baru menginginkan saya, biarlah saya menggunakan yang terbaik dari sisa hidup saya dan membantumu melunasi hutang-hutangmu,” bujuk Raja Abadi.

Dengan segan, pengembara mengikat Raja Abadi dan membawanya ke istana. Ketika putera mahkota mendengar tentang hal itu, dengan tergesa-gesa ia menuju ke istana, namun ayahnya sudah dibawa ke tempat eksekusi. Pesan terakhir Raja Abadi, “Sudah menjadi kewajiban kita untuk bermurah hati dan memperhatikan sesama. Kita tidak boleh membiarkan kesulitan-kesulitan atau kesengsaraan mengubah cara kita memperlakukan orang.”

Sang putera mahkota tahu pesan-pesan tersebut ditujukan padanya. Ia juga tahu kalau ayahnya tidak menginginkannya membalas dendam atas kematiannya, tapi hatinya dipenuhi rasa pedih. “Ayah saya telah dibunuh. Bagaimana mungkin saya dapat hidup dengan tenang mulai saat ini? Saya harus membalas dendam,” tekad putera mahkota.

Ia kembali ke kota, tempat ia tinggal dengan menyamar di rumah rakyat biasa. Putera mahkota membantu pemilik rumah menanam sayur-sayuran. Ia sangat mencurahkan perhatiannya saat menaman sayur-sayuran tersebut, dan sayur-sayurannya tumbuh dengan subur. Ketika seorang menteri dari pengadilan kerajaan menyantap sayur-sayuran yang dihasilkan putera mahkota, ia sangat memujinya dan meminta putera mahkota untuk menyiapkan santapan untuk raja yang baru.

Raja sangat menikmati santapan tersebut, sehingga ia memutuskan untuk mempekerjakan putera mahkota yang masih muda ini untuk dirinya. Berangsur-angsur putera mahkota muda tersebut mendapat kepercayaan raja dan menjadi pengawalnya.

Suatu hari raja dan rombongannya pergi berburu ke pegunungan-pegunungan. Ia bersama sang putera mahkota terpisah dari rombongan lainnya dan tersesat. Setelah mengembara di pegunungan berhari-hari lamanya, raja kelelahan dan kelaparan. Ia tidak memiliki kekuatan lagi untuk melanjutkan perjalanan. Ia mempercayakan pedangnya kepada sang putera mahkota dan tertidur lelap. Kepala raja bersandar pada pangkuan putera mahkota muda.

Inilah kesempatan amat baik untuk membalas dendam atas ayahnya! Tapi sang putera mahkota ragu-ragu. Hatinya berkata, “Sewaktu ayah masih hidup, ia selalu mengajarkan saya untuk mengasihi dan menunjukkan belas kasihan kepada sesama. Meskipun raja yang baru tamak dan tidak berperikemanusiaan, melihatnya tertidur lelap di pangkuanku, ia tampak seperti ayahku sendiri. Lagipula, ia adalah ayah dari seseorang juga.”

Raja baru dengan bergegas terbangun. Ia berkata bahwa telah bermimpi kalau Raja Abadi dan putera mahkotanya sedang berusaha membunuhnya. “Meskipun ia seorang raja, ia masih tidak dapat tidur dengan lelap,” sang putera mahkota merenung sendiri, “Ia pasti benar-benar sudah dikuasai oleh rasa takut.”

Putera mahkota tiba-tiba merasa iba terhadap raja tersebut. Ia berkata kepada raja, “Tidurlah kembali. Saya di sini untuk melindungimu. Kamu tidak perlu takut.”

Setelah tidur kembali, seketika raja terbangun kembali. “Saya bermimpi tentang sang putera mahkota lagi, dan ia mengatakan tidak akan memaafkan saya.” Ia bangun perlahan-lahan dan mulai bercerita, “Semenjak saya menyerbu kerajaan ini dan membunuh Raja Abadi, saya tidak melewati hari yang tenang. Seakan-akan saya hidup dalam neraka, terus-menerus disiksa oleh rasa takut dan kepedihan yang mendalam. Betapa menyesalnya saya atas apa yang telah saya perbuat.”

Sang putera mahkota dapat merasakan bahwa raja tersebut benar-benar menyesal. “Janganlah takut. Saya adalah putera mahkota yang kamu takuti. Saya harus mengakui bahwa saya berniat membunuhmu sewaktu kamu sedang tertidur. Tapi saya teringat ayah saya dan bagaimana ia selalu mengajarkan saya untuk melayani sesama dengan kebaikan. Saya tidak mau mencemarkan namanya, sehingga saya putuskan untuk melupakan semua dendam.”

Raja sangat terharu mendengar apa yang dikatakan putera mahkota, “Terima kasih banyak telah memaafkan saya. Saya tidak dapat mengungkapkan rasa terima kasih saya kepadamu, tapi saat ini kita berdua tersesat di dalam hutan. Jika kita tidak dapat keluar dari sini dengan segera, kita pasti akan tewas.”

Sang putera mahkota tertawa dan berkata, “Kita tidak tersesat. Saya dengan sengaja mengarahkanmu menjauh dari yang lainnya. Sekarang saya akan mengeluarkanmu dari hutan.”

Sewaku raja kembali ke istana, ia memanggil seluruh menteri-menterinya. Untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada sang pangeran, ia mengumumkan bahwa ia akan mengembalikan seluruh kerajaan
kepadanya. Melihat betapa baiknya dan murah hatinya sang putera mahkota, menteri-menteri bersuka cita mengelu-elukannya raja.

Kebaikan dan kejahatan hanyalah memiliki batas yang tipis. Meskipun sang putera mahkota menghormati ayahnya dan selalu mengingat pesan orang tua tersebut dalam pikirannya, namun ia tetap merasa sulit untuk memaafkan orang yang telah membunuh ayahnya. Untungnya, ia menemukan kekuatan pada kebaikan dan rasa menyayangi yang telah dicontohkan oleh ayahnya, hingga akhirnya ia mampu memaafkan dan melupakan dendamnya.

Pada umumnya orang sulit untuk menenangkan pikiran. Sewaktu hal-hal buruk terjadi padanya, kebajikan dan maksud-maksud baik hilang dari pikirannya. Sikap mereka menjadi aneh dan mereka menyimpang dari jalan yang benar. Oleh karenanya, sangatlah penting bagi kita untuk menjaga pikiran kita dan menghindari pikiran-pikiran buruk sehingga kita dapat kembali pada sifat dasar yang murni dan tetap pada jalan yang benar.

Permen Lollipop

Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama. Uniknya, di kiri dan kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang berwarna-warni dengan aneka rasa.

Permen permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka. Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak di depannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut, tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis, maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya . . . Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. Dia melihat gerbang bertuliskan “Selamat Jalan”. Itulah batas akhir lembah permen lolipop.

Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob, “Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat.”

Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas karungnya. Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, “Permennya saya lupa makan!”

Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. “Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali. Saya memanggil-manggil kamu, tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya.”

“Kenapa kamu memanggil saya?” tanya Bob.

“Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama. Rasanya lezat sekali. Saya juga menikmati pemandangan lembah, indah sekali!” Bib bercerita panjang lebar kepada Bob. “Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama.” Bib menambahkan.

Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu. Ia pun sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam tas karungnya.

Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, “Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia.” Ia pun berkata dalam hati, “Waktu tidak bisa diputar kembali.” Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali perjalanannya.

Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja. Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan
permen, tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.

Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia? Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut beberapa teman saya, biasanya mereka menjawab, “Saya akan bahagia nanti… nanti pada waktu saya sudah menikah… nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri… nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya… nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya… nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar… nanti pada saat anak-anak sudah besar.”

Pemikiran “nanti” itu membuat kita bekerja sangat keras di saat “sekarang”. Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa “nanti” bahagia. Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa “nanti” bahagia. Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai di masa “nanti””bahagia itu.

Ritme hidup yang sangat cepat… target-target tinggi yang harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu… tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan. Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda depan, pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam bersama keluarga, atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih indah.

Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran; memelankan ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatika tawa indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.

Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang. Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop. Amin.

Tuhan Yesus Memberkati.

Selasa, 21 Mei 2013

Hidupmu Pilihanmu

Jerry adalah seorang manager restoran di Amerika. Dia selalu dalam semangat yang baik dan selalu punya hal positif untuk dikatakan. Jika seseorang bertanya kepadanya tentang apa yang sedang dia kerjakan, dia akan selalu menjawab, “Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar!”

Banyak pelayan di restorannya keluar jika Jerry pindah kerja, sehingga mereka dapat tetap mengikutinya dari satu restoran ke restoran yang lain. Alasan mengapa para pelayan restoran tersebut keluar mengikuti Jerry adalah karena sikapnya.

Jerry adalah seorang motivator alami. Jika karyawannya sedang mengalami hari yang buruk, dia selalu ada di sana, memberitahu karyawan tersebut bagaimana melihat sisi positif dari situasi yang tengah dialami. Melihat gaya tersebut benar-benar membuat aku penasaran, jadi suatu hari aku temui Jerry dan bertanya padanya, “Aku tidak mengerti! Tidak mungkin seseorang menjadi orang yang berpikiran positif sepanjang waktu. Bagaimana kamu dapat melakukannya?”

Jerry menjawab, “Tiap pagi aku bangun dan berkata pada diriku, aku punya dua pilihan hari ini. Aku dapat memilih untuk ada di dalam suasana yang baik atau memilih dalam suasana yang jelek. Aku selalu memilih dalam suasana yang baik. Tiap kali sesuatu terjadi, aku dapat memilih untuk menjadi korban atau aku belajar dari kejadian itu. Aku selalu memilih belajar dari hal itu. Setiap ada sesorang menyampaikan keluhan, aku dapat memilih untuk menerima keluhan mereka atau aku dapat mengambil sisi positifnya.. Aku selalu memilih sisi positifnya.”

“Tetapi tidak selalu semudah itu,” protesku.

“Ya, memang begitu,” kata Jerry. “Hidup adalah sebuah pilihan. Saat kamu membuang seluruh masalah, setiap keadaan adalah sebuah pilihan. Kamu memilih bagaimana bereaksi terhadap semua keadaan. Kamu memilih bagaimana orang-orang di sekelilingmu terpengaruh oleh keadaanmu. Kamu memilih untuk ada dalam keadaan yang baik atau buruk. Itu adalah pilihanmu, bagaimana kamu hidup.”

Beberapa tahun kemudian, aku dengar Jerry mengalami musibah yang tak pernah terpikirkan terjadi dalam bisnis restoran: membiarkan pintu belakang tidak terkunci pada suatu pagi dan dirampok oleh tiga orang bersenjata. Saat mencoba membuka brankas, tangannya gemetaran karena gugup dan salah memutar nomor kombinasi. Para perampok panik dan menembaknya. Untungnya, Jerry cepat ditemukan dan segera dibawa ke rumah sakit.

Setelah menjalani operasi selama 18 jam dan seminggu perawatan intensif, Jerry dapat meninggalkan rumah sakit dengan beberapa bagian peluru masih berada di dalam tubuhnya.

Aku melihat Jerry enam bulan setelah musibah tersebut. Saat aku
tanya Jerry bagaimana keadaannya, dia menjawab, “Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar. Mau melihat bekas luka-lukaku?”

Aku menunduk untuk melihat luka-lukanya, tetapi aku masih juga bertanya apa yang dia pikirkan saat terjadinya perampokan.

“Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah bahwa aku harus mengunci pintu belakang,” jawab
Jerry. “Kemudian setelah mereka menembak dan aku tergeletak di lantai, aku ingat bahwa aku punya dua pilihan: aku dapat memilih untuk hidup atau mati. Aku memilih untuk hidup.”

“Apakah kamu tidak takut?” tanyaku.

Jerry melanjutkan, “Para ahli medisnya hebat. Mereka terus berkata bahwa aku akan sembuh. Tapi saat mereka mendorongku ke ruang gawat darurat dan melihat ekspresi wajah para dokter dan suster aku jadi takut. Mata mereka berkata ‘Orang ini akan mati’. Aku tahu aku harus mengambil tindakan.”

“Apa yang kamu lakukan?” tanya saya.

“Di sana ada suster gemuk yang bertanya padaku,” kata Jerry. “Dia bertanya apakah aku punya alergi. ‘Ya,’ jawabku. Para dokter dan suster berhenti bekerja dan mereka menunggu jawabanku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan berteriak, ‘Peluru!’ Di tengah tertawa mereka aku katakan, ‘Aku memilih untuk hidup. Tolong aku dioperasi sebagai orang hidup, bukan orang mati.’”

Jerry dapat hidup karena keahlian para dokter, tetapi juga karena sikap hidupnya yang mengagumkan. Aku belajar dari dia bahwa tiap hari kamu dapat memilih apakah kamu akan menikmati hidupmu atau membencinya.

Satu hal yang benar-benar milikmu yang tidak bisa dikontrol oleh orang lain adalah sikap hidupmu, sehingga jika kamu bisa mengendalikannya dan segala hal dalam hidup akan jadi lebih mudah.

Tuhan Yesus Memberkati.

Arti Sahabat Sesungguhnya

Aku tidak pernah berpikir kalau hidupku masih bisa bernafas setelah kecelakaan tabrakan mobil yang membuatku koma selama satu bulan lamanya. Istriku Angel berkata padaku, bahwa Tuhan masih sangat mencintaiku sehingga ia memberikan aku satu kehidupan baru dalam hidupku.

Selama proses pemulihan aku hanya bisa duduk terbaring di kursi roda untuk melakukan aktifitas, sebagai anak tunggal satu-satunya dalam keluargaku, ayah dan ibu sangat mencintaiku.Hidupku terlahir dengan kekayaan berlimpah, istriku cantik dan sejak kecil aku terbiasa dimanjakan sebagai anak orang kaya.

Aku bersekolah di Australia saat lulus dari SMA dari Jakarta, menjadi orang kaya tidak membuatku dapat memiliki sahabat karena sifatku yang pendiam terlebih kata ibu sejak kecil aku mempunyai jantung yang lemah. Tidak heran mereka selalu mencemaskan keadaanku yang tidak pernah aku pikirkan, lucunya aku baru tahu jantungku membusuk saat kecelakaan itu terjadi.

Aku duduk di teras rumahku yang menghadap ke laut Jawa dan memilih tempat itu sebagai masa penyembuhan dan rehabitasiku. Istriku sedang membuatkan aku segelas susu dan aku tanpa sengaja melihat sebuah buku novel tergeletak di meja teras, mungkin saja istriku baru membacanya dan menaruhnya di sana. Aku membuka lembaran itu dan terselip sebuah foto antara aku, istriku, dan seorang sahabat yang telah lupa dalam ingatanku bernama Fernando.

Bukankah ini foto saat kami berada di Australia? Fernando berkerja sebagai pelayan kafe dan saat itu aku, istriku, dan dia berfoto bersama saat berdiskusi. Istriku datang dan menghampiriku sembari meletakkan segelas susu di meja. “Mengapa foto ini ada di sini,  sayang?” tanyaku.

Istriku terkejut, mungkin karena ia takut gambar itu membuat aku teringat masa lalu. “Maaf aku tidak sengaja menemukan novel itu dari kiriman pos seseorang dan ketika membukanya terdapat foto kita semasa kuliah.”

Aku terdiam, istriku langsung seperti salah tingkah. “Ngomong-ngomong sekarang di mana Fernando? Bukannya terakhir kita masih melihatnya saat bulan madu di Perth?” Istriku terdiam, suara telepon tiba-tiba berdering dan dia langsung meminta izin untuk mengangkat.

Aku hanya bisa mengenang foto kenangan itu, Fernando adalah sahabat pertama yang menjadi temanku saat aku nyaris mati karena kedinginan terserang hujan deras. Ia bukan laki-laki beruntung seperti hidupku. Bahkan untuk menyambung hidupnya ia harus bekerja sebagai pelayan restoran, aku berterima kasih padanya karena berkatnya aku masih bisa hidup sampai detik ini. Berkatnya juga aku bisa mengenal istri yang kucintai saat ini, persahabatan kami baik-baik saja hingga sebuah tragedi terjadi dalam hidup kami . . .

Suatu ketika semua orang mempergunjing aku di kampus dan mengatakan aku seorang gay karena terlalu dekat dengan Fernando. Terang saja aku marah, kami normal dan dekat karena dialah satu-satunya sahabatku di Australia dan aku bahkan rela menghajar orang-orang yag menjelek-jelekkan sahabatku itu. Tapi pertanyaan itu terus menghantuiku, sebagian dari sahabatku memang pernah berbisik kalau sahabatku itu gay, tapi Angel tidak pernah mengatakan begitu walaupun mereka sudah mengenal sebelum hadirnya aku. Tapi hidup memang pahit, di mataku sendiri Fernando berciuman dengan sesama pasangan gay- nya.

Aku hancur dan malu memiliki sahabat seperti dia, ada yang aneh ketika melihatnya berbuat demikian. Sydney memang kota bebas bagi gay, tapi tidak buat aku. Aku melupakan semua kebaikan yang pernah dia berikan padaku, jijik rasanya aku melihat monster itu hidup bersamaku selama ini. Aku tahu Fernando melihatku memergokinnya saat itu, ia panik dan meminta maaf karena selama ini tidak jujur dengan statusnya, hal terakhir yang kudengar dari mulutnya adalah, “Aku mungkin gay, tapi aku bukanlah monster yang ada di sampingmu selama ini. Bagiku siapa pun boleh menganggap aku manusia hina tapi janganlah kau sahabatku, karena kaulah satu-satunya sahabat dalam hidupku yang yatim piatu tanpa siapapun.”

Aku tidak tergoda oleh kalimat itu walau terasa menyedihkan, kutinggalkan Sydney saat itu juga dengan membawa Angel pindah ke Perth. Aku tau Angel ingin menyarankan aku untuk menerima kenyataan, tapi hatiku membeku dan tidak sudi memiliki sahabat gay dan menjijikkan seperti dia. Sejak saat itu aku tidak pernah melihatnya seperti yang aku katakan sebelumnya. Kami kembali bertemu saat aku sedang berbulan madu bersama istriku tepatnya tiga tahun setelah kami berpacaran di sebuah restoran mewah ketika Fernando mulai menjadi koki di restoran itu. Aku sadar ini saat terakhir aku berjumpa dengannya, karena aku akan kembali ke Jakarta. Saran istriku padaku untuk setidaknya mengucapkan kata perpisahan dengannya aku turuti, aku pun mengundangnya minum kopi bersama sebagai sahabat lama walaupun di hatiku tidak pernah mau memaafkan statusnya sebagai gay.

Kami bicara seadanya tentang hidup kami, dia mengucapkan selamat atas pernikahan kami. Dan kami pun berpisah, ketika pulang aku tidak mengingat semuanya selain sebuah mobil menabrakku dan aku pun koma hingga tidak sempat mengingat Fernando. Istriku kembali, dengan wajah sedikit sendu dia duduk di sampingku.

“Sayang, sebenarnya apa yang kamu pikirkan tentang foto itu?”

“Tidak ada selain pertanyaan ke mana Fernando saat ini.”

Istriku menunduk sambil berkata, “Dia ada di sini…”

Aku menjadi bingung, “Maksudmu apa?”

“Fernando tidak akan pernah ada di dunia ini lagi, tapi dia akan selalu ada di sini, tepatnya di jantung yang kamu miliki saat ini.”

“Aku tidak mengerti maksudmu?”

Istriku menangis sambil bercerita, di saat-saat terakhir usai kecelakaan terjadi. Orang yang membawaku ke rumah sakit adalah Fernando. Dokter mengatakan bahwa jantungku sudah tidak berfungsi. Aku hanya memiliki waktu sedikit untuk tetap hidup dan dokter menyarankan Fernando mencari donor jantung. Istriku Angel begitu terkejut dengan berita kecelakaan itu, ia menangis di samping Fernando. Tidak mungkin mencari jantung yang tepat dalam.waktu saat kondisi kritis seperti ini.

“Fernando, sebentar lagi Anthony akan menjadi seorang ayah, aku tidak lagi sanggup hidup bila bayi dalam kandunganku ini tidak memiliki ayah…” ujar Angel.

Fernando tersenyum dan berkata, “Percayalah kalau Anthony (namaku) akan tetap hidup di samping kamu untuk selamanya.”

Itulah kata-kata terakhir dari istriku. Fernando mendekat pada dokter dan berkata ia mau mendonorkan jantungnya padaku. Dokter terang saja menolak keinginan Fernado karena tidak ada hukum yang mengizinkan orang sehat untuk berbuat demikian. Fernando.tidak putus asa. Baginya hidupnya yang sebatang kara tidak akan memiliki masa depan, terlebih tak akan ada seorang pun yang peduli padanya. Ia dengar kalau hanya orang yang sekarat boleh mendonorkan dirinya, sahabatku melakukan tindakan bodoh.

Sesaat sebelum kematiannya ia menelepon Dokter dan mengatakan bahwa seseorang donor yang bersedia menyumbangkan jantungnya. Dokter bertanya siapa orang itu, dengan tersenyum dibalik telepon Fernando berkata, “Saya menunggu Anda di belakang rumah sakit, jantung ini hanya bisa bertahan selama beberapa saat, saya mohon dokter, kemarilah dalam waktu 10 menit.”

Dengan berani Fernando menabrakkan dirinya pada sebuah truk yang lewat. Dia mengorbankan dirinya untuk menjadi donor dalam keadan sekarat. Angel menerima kabar itu usai operasiku berjalan lancar. Saat itu ia hendak bertanya sosok donor yang menyumbangkan jantungnya dan berpikir untuk mengucapkan terima kasih pada keluarga. Dokter mengatakan sang donor adalah Fernando. Angel tidak mungkin mengatakan kejadian itu padaku, ia hanya ingin menunggu saat yang tepat dan saat inilah aku tahu.

Aku hanya bisa menangis di atas makam sahabatku. Entah bertapa bodohnya aku tidak pernah mengerti arti sahabat dalam kehidupanku. Kalau saja saat itu aku memaafkan apa yang terjadi mungkin tidak akan ada penyesalan dalam hidupku.

“Dia sahabat yang tidak hanya menolong hidupku satu kali, tapi dua kali. Bukanlah dia yang seharusnya meminta maaf, tapi akulah yang meminta maaf tidak pernah mengerti bahwa dia adalah sahabat sejati dalam hidupku. Aku terlalu egois mengatakan bahwa dia gay dan dia adalah petaka dalam hidupku. Mungkin kata terakhir dia padaku tidak akan pernah terlupa dalam ingatanku, ia memang gay, tapi ia bukanlah monster yang akan mencintai sahabatnya sendiri.”

Aku tidak akan pernah melupakan hal ini, walaupun hidupku berjalan dengan waktu, semoga kisahku tidak membuat kalian menjadi seperti aku. Ingatlah sahabat itu hadir dalam hidup kita tanpa pernah kita sadari bahwa sejatinya tidak ada.manusia yang sempurna dalam hidup ini. Anakku terlahir beberapa bulan kemudian dan untuk mengenang sahabatku, kuberikan nama Fernando padanya.

Gay, lesbi, pria buta, wanita bisu, mereka adalah manusia yang memiliki hati untuk mencintai dan kasih dalam persahabatan. Setidaknya kita menyadari saat ini sebelum terlambat.

Senin, 20 Mei 2013

Natashia Nikita - Menyanyi Untuk Tuhan

Di tengah pesatnya perkembangan industri musik yang bertema percintaan, ia tetap setia melantunkan lagu rohani bertema kidung dan pujian untuk Tuhan walau pun telah ditawarkan untuk ikut berkolaborasi di industri musik umum tersebut.

Sudah belasan album lagu rohani yang ia hasilkan semenjak masuk dapur rekaman di usia delapan tahun. Bak anak tangga, tahun demi tahun, setiap album yang dihasilkannya menggambarkan perjalanannya melayani bersama Tuhan.

Pada tahun 1996, saat masih
berusia delapan tahun, Natashia Nikita yang akrab disapa Nikita atau Niq mengeluarkan album perdananya berjudul “Di Doa Ibuku Namaku Disebut”. Album ini berisi 11 lagu penyembahan plus lagu medley-nya (sepanjang minggu kemarin, HSH memosting lagu-lagu dari album ini secara berurut). Dara manis bemata sayu ini berduet dengan Herlin Pirena yang juga penyanyi lagu-lagu rohani. Meski umurnya masih tergolong belia, setiap lagu-lagu yang dibawakannya cepat akrab di telinga pendengar dari berbagai kalangan baik anak-anak, muda, dan tua.

Setelah sukses dengan album perdananya tersebut, masih di tahun yang sama, Nikita bersama dengan Herlin Pirena  kembali berduet mengeluarkan album natal pertama “Natal Pilihan”, sekaligus menjadi album kedua Nikita. Mereka membawakan lagu-lagu natal tersebut setelah mengantongi izin dari Yamuger, Sinode AM GKI dan Herry Priyonggo.

Setahun kemudian, putri pasangan Otniel Nikola dan Lily Tanjaya kelahiran Jakarta, 22 Mei 1988 ini kembali mengeluarkan albumnya yang ketiga “Ada Ampun Bapa Bagimu” yang dirilis pada tahun 1997. Kemudian “Kasih Dari Surga” merupakan albumnya yang keempat yang dirilis pada tahun 1999. Menyusul kemudian album kelima “Bapa Engkau Sungguh Baik” yang dirilis pada tahun 2001.

Worship Series adalah album rohani keenam yang dirilis pada tahun 2002. Selain album-album ini, Nikita juga banyak berpartisipasi dalam beberapa album rohani kompilasi seperti Private Collection, Best Worship.

Kub'rikan Syukurku adalah album rohani ketujuh Nikita yang dirilis pada 23 Februari 2003 saat dia berusia 15 tahun. Salah satu lagu yang dinyanyikan Nikita dalam album ini “Seperti Yang Kau Ingini”, menjadi salah satu soundtrack sinetron Buku Harian Nayla yang membuat lagu tersebut semakin populer kala itu.

Tiga tahun kemudian, With You adalah album rohani kedelapan Nikita dan dirilis pada tahun 2006. Jika sebelumnya Nikita cenderung menyanyikan lagu dengan aliran musik yang lambat, Album With You memberi tantangan tersendiri bagi Nikita. Nikita berani mencoba berirama tempo cepat seperti R&B dan pop dance yang juga digandrungi pencinta lagu-lagu rohani dan sukses. Salah satunya adalah kolaborasinya dengan penyanyi Michael Jakarimilena dalam lagu “Ajarku Mengenal-Mu”.

Nikita kembali ke aliran musik lambat yang menghiasi albumnya yang kesembilan “Pelangi Sehabis Hujan” yang dirilis 2007. Penggarapan lagu ini turut melibatkan beberapa musisi rohani Kristen terkenal seperti Jonathan Prawira, Welyar Kauntu, Julita Manik. Sementara album kesepuluh “The Journey” merupakan kompilasi dari lagu-lagu hits yang telah dinyanyikan Nikita di album-albumnya yang terdahulu.

Tidak sampai di situ, Nikita yang memilih tetap bertahan di jalur lagu rohani terus menggugah telinga pecinta musik rohani dengan lagu terbarunya. Ia kembali mengeluarkan albumnya yang ke-11 yang dirilis pada 12 Maret 2010 masih di bawah naungan Maranatha Records yang membesarkannya selama ini. Kali ini bertajuk Love, Eternal merupakan album solo rohani yang didedikasikannya untuk Tuhan karena talenta yang diberikan kepadanya.

Dilihat dari jenis musik yang dibawakan Nikita, rata-rata jenis aliran musiknya bertempo lambat. Dengan suara merdu nan bening, Nikita yang memiliki hobi membaca dan menonton film ini menjadikan setiap lagu yang dibawakannya begitu syahdu untuk didengar dan terasa menyatu dengan jiwa. Seperti lagu berjudul “Pelangi Sehabis Hujan” yang dirilis tahun 2007, begitu lekat bagi setiap hati yang penat dan mampu menggugah hati setiap yang mendengarkannya.

Demikian bunyi liriknya: “Jalan hidupku tak selalu tanpa kabut yang pekat, namun Kasih-Mu nyata padaku pada waktu-Mu yang tepat.

Mungkin langit pun tak terlihat tertutup awan tebal namun hatiku kan tetap kuat oleh janji-Mu yang kekal.

(Reff)
Seperti pelangi sehabis hujan, Itulah janji setia-Mu Tuhan, Di balik dukaku telah menanti, Harta yang tak ternilai dan abadi.”

“Saya seorang yang keras hati, tetapi apabila mendengar lagu ini, hati saya tersentuh dan menyadari bahwa Tuhan itu adalah segala-galanya. Pada saat kita dalam kesedihan atau kesusahan, Dia senantiasa bersama kita. Terima kasih NIKITA karena membawa lagu ini yang telah menyentuh hati saya. Tuhan memberkatimu.

Marilah kita berdoa agar Tuhan senantiasa melindungi anak-anak-Nya dan bumi ini yang diciptakan-Nya,” demikian ditulis salah satu komentar penggunjung You Tube meninggalkan kesannya setelah mendengarkan lagu yang dibawakan Nikita.

Tidak sedikit para penikmat lagu-lagu rohani merasa bersyukur atas lagu-lagu rohani yang ditembangkan Nikita. Bahkan ada yang menyebutkan, setiap lagu-lagu yang dibawakan Nikita mampu membuat hati yang mendengarkannya menjadi luluh hingga meneteskan air mata. Lagu Nikita yang sempat menjadi soundtrack sinetron lagi adalah "Janji-Mu S'perti Fajar" dengan judul yang sama pada tahun 2007 dan "Hati Sebagai Hamba" dengan judul sinetron "Selamat Jalan Natasya".

Namun lepas dari idol kita terhadapnya, Tuhan Yesus (idola kita yang sebenarnya) melalui Nikita telah mengetuk hati kita untuk terus mau bersekutu dengan-Nya.

Dan tidak lupa kami mengucapkan "Selamat Ulang Tahun" untuk Natasha Nikita yang ke-25!!!

Semoga damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan pikiran menyertai kehidupannya selalu!!!

Happy cakeday. Longlife, sense of humor and wish you all the best, Niq ....

Tuhan Yesus Memberkati.

MENGASIHI DISAAT YANG TEPAT

Robertson MC Quilkin mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai Rektor di Universitas Internasional Columbia dengan alasan ingin merawat istrinya, Muriel, yang sakit Alzheimer, yaitu gangguan fungsi otak.

Muriel sudah seperti bayi, tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk makan, mandi dan buang air pun ia harus dibantu. Robertson memutuskan untuk merawat istrinya dengan tangannya sendiri, karena Muriel adalah wanita yang sangat istimewa baginya.

Namun pernah suatu kali, ketika Robertson membersihkan lantai bekas ompol Muriel dan di luar kesadaran Muriel malah menyerakkan air seninya sendiri, maka Robertson tiba-tiba kehilangan kendali emosinya. Ia menepis tangan Muriel dan memukul betisnya, guna menghentikannya. Setelah itu Robertson menyesal dan berkata dalam hatinya, "Apa gunanya saya memukulnya, walaupun tidak keras, tetapi itu cukup mengejutkannya. Selama 44 tahun kami menikah, saya belum pernah memukulnya karena marah, namun kini di saat ia sangat membutuhkan saya, saya memperlakukannya demikian. Ampuni saya, ya Tuhan,"

Lalu tanpa peduli apakah Muriel mengerti atau tidak, Robertson meminta maaf atas hal yang telah dilakukannya.

Pada tanggal 14 Februari 1995, Robertson dan Muriel, memasuki hari istimewa karena pada tanggal itu di tahun 1948, Robertson melamar Muriel. Dan pada hari istimewa itu Robertson memandikan Muriel, lalu menyiapkan makan malam dengan menu kesukaan Muriel dan pada malam harinya menjelang tidur ia mencium dan menggenggam tangan Muriel lalu berdoa,

"Tuhan Yesus yang baik, Engkau mengasihi Muriel lebih dari aku mengasihinya, karena itu jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam dan biarlah ia mendengar nyanyian malaikat-Mu. Amin!"

Pagi harinya, ketika Robetson berolah-raga dengan menggunakan sepeda statisnya, Muriel terbangun dari tidurnya. Ia berusaha untuk mengambil posisi yang nyaman, kemudian melempar senyum manis kepada Robertson. Untuk pertama kalinya setelah selama berbulan-bulan Muriel yang tidak pernah berbicara memanggil Robertson dengan suara yang lembut dan bening, "Sayangku.... sayangku...",

Robertson melompat dari sepedanya dan segera memeluk wanita yang sangat dikasihinya itu.

"Sayangku, kau benar-benar mencintaiku bukan?" tanya Muriel.

Setelah melihat anggukan dan senyum di wajah Robetson, Muriel berbisik, "Aku bahagia!" Dan ternyata itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Muriel kepada Robertson.

Memelihara dan membahagiakan orang-orang yang sudah memberi arti dalam hidup kita adalah suatu ibadah di hadapan Tuhan.

Mengurus suami atau istri yang sudah tak berdaya adalah suatu perbuatan yang mulia. Mengurus ayah, ibu atau mertua adalah tugas seorang anak ataupun menantu.

Mengurus kakek atau nenek yang sudah renta dan pikun juga adalah tanggung jawab para cucu.

Jangan abaikan mereka yang telah renta, apalagi ketika mereka sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Peliharalah mereka dengan kesabaran dan penuh kasih.

Pentingnya Arti Keluarga

Saya menabrak seorang yang tidak dikenal ketika ia lewat. “Oh, maafkan saya” adalah reaksi saya. Ia berkata “Maafkan saya juga, saya tidak melihat Anda.” Orang tidak dikenal itu, juga saya, berlaku sangat sopan. Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal.

Namun cerita lainnya terjadi dirumah, lihat bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita kasihi, tua dan muda.Pada hari itu juga, saat saya tengah memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di samping saya. Ketika saya berbalik, hampir saja saya membuatnya jatuh.“Minggir,” kata saya dengan marah.Ia pergi, hati kecilnya hancur. Saya tidak menyadari betapa kasarnyakata-kata saya kepadanya.

Ketika saya berbaring di tempattidur, dengan halus Tuhan berbicarapadaku, “Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan,tetapi anak-anak yang engkau kasihi,sepertinya engkau perlakukan dengan sewenang-wenang. Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan beberapa kuntum bunga dekat pintu. Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh anakmu, merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu.”

Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku mulai menetes. Saya pelan-pelan pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, “Bangun, nak, bangun,” kataku. “Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku?”

Ia tersenyum, “Aku menemukannya jatuh dari pohon. Aku mengambil bunga-bunga ini karena mereka cantik seperti Ibu. Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru.”

Aku berkata, “Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah kasar padamu. Ibu seharusnya tidak membentakmu seperti tadi.”

Si kecilku berkata, “Oh, Ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu.”

Aku pun membalas, “Anakku, aku mencintaimu juga, dan aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, apalagi yang biru.”

Apakah anda menyadari bahwa jika kita mati besok, perusahaan dimana kita bekerja sekarang bisa saja dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari?

Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka.

Mari kita renungkan, kita melibatkan diri lebih dalam kepada pekerjaan kita ketimbang keluarga kita sendiri, suatu investasi yang tentunya kurang bijaksana, bukan?

Jadi apakah Anda telah memahami apa tujuan cerita di atas? Apakah anda tahu apa arti kata KELUARGA?

Dalam bahasa Inggris, KELUARGA = FAMILY.

FAMILY = (F)ather (A)nd (M)other, (I), (L)ove, (Y)ou

TUHAN SELALU MEMBERI HARI YANG BAIK

TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagiMu, dan aku menunggu-nunggu. (Mazmur 5:4)

Tuhan Selalu Memberi Hari Yang Baik
– Hari ini adalah hari yang telah dijadikan oleh Tuhan, oleh sebab itu marilah kita bersuka untukNya.

Tuhan sudah memberikan kita kesempatan untuk hidup dan menikmati hari-hari dan selalu mencurahkan berkat-berkatNya.

Tidak ada hari yang tidak baik.

Semua hari itu baik.

Semua tergantung bagaimana cara kita memperlakukan hari-hari itu.

Ada beberapa cara untuk menjadikan.hari itu baik,

1. Awali hari bersama Tuhan >>
Berdoalah kepada Tuhan sebelum kita menjalani semua aktifitas kita. Doa dapat membuat semua perkerjaan kita menjadi fokus kepada hal-hal yang baik. Dengan doa, maka Tuhan akan menyertai dan memberkati semua yang telah kita kerjakan.

2. Buatlah rencana pekerjaan >>
Susunlah semua jadwal perkerjaan yang akan kita kerjakan hari ini. Lakukan semua pekerjaan itu dengan optimis, karena bila kita melakukannya dengan rasa pesimis, maka kita tidak akan mendapatkan hasil yang maksmimal.

Andalkanlah Tuhan dalam setiap pekerjaanmu.

3. Hadapi hari dengan antusias >>
Antusias berasal dari kata entheos (Yunani. en= dalam, theos= Allah) yang berarti di dalam Tuhan.

Sertakan Tuhan dalam setiap hari-harimu.

Sertakan Tuhan dalam setiap rencanamu, maka Tuhan akan menyertai setiap langkahmu.

Selamat pagi dan selamat memulai aktivitas...

Tuhan Yesus Memberkati dan Menyertai Perbuatan Tanganmu...

Burung Merpati Di Surga

Tiga orang wanita karena suatu kecelakaan naik ke surga, ketika tiba di sana Malaikat mengatakan pada mereka, “Di sini hanya ada sebuah aturan, jangan sekali-kali menginjak merpati.” Setelah yakin ketiga wanita ini telah mengerti, mereka lalu diijinkan masuk ke surga. Namun segala pelosok surga dipenuhi merpati, begitu banyak sampai sangat mustahil kalau tidak menginjak merpati.

Namun mereka berusaha keras untuk menghindarinya, tetapi wanita pertama tanpa sengaja telah menginjak merpati. Saat itu juga, malaikat datang dengan membawa seorang lelaki yang belum pernah ditemui wanita itu. Rupa lelaki ini sangat buruk. Malaikat berkata: “Kamu telah menginjak merpati, maka akan dirantai bersama lelaki ini selama-lamanya.”

Hari kedua, wanita lainnya juga tanpa sengaja menginjak merpati. Malaikat datang dengan membawa seorang lelaki yang sangat menjijikkan. Sama seperti wanita sebelumnya, wanita ini diikat bersama dengan lelaki buruk ini.

Wanita ketiga sudah tahu akan akibat kalau menginjak merpati, dia tidak ingin disatukan dengan seorang lelaki buruk selama-lamanya, maka dia sangat berhati-hati dalam setiap langkah.

Beberapa bulan dilalui dengan selamat. Suatu hari, malaikat datang ke hadapannya dengan membawa seorang lelaki tampan yang belum pernah dilihat sebelumnya, lelaki ini bukan saja tinggi besar, juga memiliki sepasang bulu mata yang indah. Malaikat langsung merantai mereka berdua tanpa berkata apa-apa, langsung pergi.

Wanita ini sangat senang sekali, bertanya dengan rasa heran kepada lelaki ini, “Kenapa saya dirantai bersamamu selama-lamanya?” Lelaki ini berkata polos, “Saya tidak tahu kenapa. Hanya saja saya secara tidak sengaja telah menginjak seekor merpati.”

Ketika kita menilai orang lain dengan standar kita, apakah kita pun sudah menilai diri kita sendiri?