Ada seorang karyawan baru yang menelepon bagian pantry. “Hei… cepat bikinin gue kopi!!!” teriak si karyawan baru.
“Heh, kamu tahu saya siapa?” teriak suara di seberang tidak kalah kencang 3 kali dari si karyawan.
“Enggak, emangnya kenapa? Cepat bikin kopi!” balas si karyawan baru.
“Saya ini direktur tahu! Kamu salah pencet extension!!” jawab si bos marah-marah.
“Anda tahu siapa saya?” tanya si karyawan baru dengan nada tegas.
“Tidak,” jawab dari seberang telepon.
“Syukurlah kalau begitu,” kata karyawan baru sambil menutup teleponnya.
Pelajaran apa yang dapat kita petik dari kisah di atas?
Ya, OB di negara kita kurang dihargai posisinya. Entah mengapa, mungkin karena pekerjaan mereka sepele, menyapu, membuat kopi, dan lain-lain. Padahal seharusnya posisi mereka adalah partner dalam bekerja. Jika bos Anda tidak di tempat, maka mungkin Anda akan bersorak dalam hati, tapi tidak dengan OB. Coba deh, sehari saja mereka tidak ada, dijamin Anda seperti kehilangan bagian jiwa. Yang biasanya minum kopi pagi-pagi seperti karyawan baru di atas, mulai terkantuk-kantuk meskipun baru jam 8 pagi, yang cinta kebersihan, harus menutup hidungnya dengan masker karena debu kantor yang tebalnya 1 cm, yang takut serangga, harus sering-sering angkat kaki karena kecoa berkeliaran di bawah meja kerjanya. Jadi, mereka bukan bawahan Anda, mereka adalah partner yang juga penting.
Coba sekarang Anda ke pantry tanyakan pada OB kantor Anda siapa istri/suaminya? Anaknya berapa? Tinggal di mana? Mungkin pertanyaan Anda tidak akan menaikkan gaji mereka, tapi percayalah, dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut secara tidak langsung membuat mereka merasa dihargai. Sudahkah Anda menghargai mereka?
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” *Mat 22:39*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar