Seorang raja mempunyai dua orang putra. Ketika usianya semakin tua, raja itu memanggil kedua putranya dan menyampaikan keinginannya untuk menentukan salah seorang menjadi penggantinya. Agar pergantian itu berlangsung aman, tertib, dan adil, raja memberikan kepada kedua putranya masing-masing sekeping uang perak bernilai Rp 1.000,- dan berpesan kepada mereka, “Pergilah dan penuhilah ruangan pertemuan istana. Bagaimana caranya kamu mengisi ruangan itu, saya serahkan kepada kamu masing-masing.”
Putra tertua berangkat dan mengerahkan orang untuk mengumpulkan batang-batang tebu dan memasukkannya ke dalam untuk mengisi ruangan pertemuan istana tersebut hingga penuh. Tidak lama kemudian muncullah putra yang muda. Dia memerintahkan untuk mengeluarkan semua batang tebu dari dalam ruangan itu. Sebagai gantinya dia menempatkan sebatang lilin di tengah-tengah ruang pertemuan itu dan menyalakannya. Cahaya lilin itu menerangi segenap ruangan hingga ke sudut-sudutnya.
Ketika raja datang melihat itu, dia berkata kepada yang termuda, “Engkau pantas menjadi pengganti saya, karena engkau mengisi ruangan pertemuan istana bukan dengan batang-batang tebu, melainkan dengan apa yang dibutuhkan manusia yakni cahaya yang menghidupkan.”
Setiap pemimpin harus bijaksana dalam merencanakan dan melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Dia ibarat lilin yang berada di tengah dan atau di depan, yang menerangi jalan bagi para anggota masyarakat yang dipimpinnya.
Dalam kehidupan iman, orang Kristen percaya bahwa Yesus Kristus adalah Cahaya dunia dan kehidupan. Dialah Raja segala raja. Dia adalah Cahaya, bukan tumpukan barang-barang duniawi yang rapuh, yang harus memenuhi isi rumah hati manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar