Minggu, 08 Januari 2017

Kesaksian Lulus SBMPTN!

Hai teman-teman! Perkenalkan nama saya Vino. Kali ini saya mau menceritakan pengalaman saya masuk dan diterima di salah satu Perguruan Tinggi Negeri terbaik di Indonesia!

Saya merupakan lulusan 2014 yang mencoba peruntungan kembali untuk lolos masuk tahun 2016. Mungkin ini terdengar gila, tetapi bagi saya ini merupakan tantangan dan pada akhirnya saya mendapatkan apa yang saya inginkan tersebut. Walau pun saya tahu bahwa kuliah itu tidak harus di PTN, bahwa tidak selamanya orang-orang besar itu lahir dari PTN-PTN (ternama) melainkan banyak juga yang berasal dari Perguruan Tinggi Swasta. Tetapi karena keinginan saya untuk tembus masuk di PTN sangatlah besar jadi saya pun berusaha untuk mencoba dan terus mencoba.

Awal mula kisah saya seperti ini . . .

Di tahun 2013 saya sudah mengikuti bimbel-bimbel, baik itu bimbel yang diadakan di sekolah mau pun bimbel dari luar sekolah. Saya merupakan orang yang cuek sehingga saya jarang mengetahui informasi-informasi mengenai Perguruan Tinggi dan saya juga tidak pernah memikirkan untuk masuk PTN (ehh, gimana ya? Maksud saya, saya sekolah ya sekolah aja yang dipikirkan, urusan selanjutnya ya kemudian aja) karena yang selama ini ada dipikiran saya, bahwa masuk Kampus itu mudah (termasuk PTN yang saya kejar ini) dan saya juga belum tahu apa itu PTN dan apa itu PTS. Di mata saya, kedua kampus ini sama saja (yaiyalah). Barulah ketika H-30 road to SBMPTN, saya baru sibuk kocar-kacir baca buku, beli buku SBMPTN, dan bodohnya saya cuma mempelajari soal-soal tersebut tanpa belajar dasar-dasarnya terlebih dulu. Lantas saja, saya tidak mampu menjawab soal-soal yang diberikan dengan semaksimal mungkin. Apalagi, jurusan yang saya ambil itu merupakan jurusan yang luar biasa dahsyat peminatnya, KEDOKTERAN !!! Yakali, dengan otak sekecil ini saya rasa impian saya terlalu jauh dan jujur saja, saya sangat menyesali ketidaklulusan itu. Saya rasa hati saya terpecah-pecah, belum lagi melihat teman-teman saya yang pada lulus. Tetapi saya sedikit tenang ketika tahu teman-teman kelas saya juga banyak tidak lulus. Wkwk.

Oh iya, waktu SNMPTN 2014 (Jalur Undangan), saya mengambil jurusan-jurusan Soshum walau pun sebenarnya saya jurusan IPA. Sewaktu itu guru saya sudah memberitahukan kepada kami semua bahwa kami yang dijurusan IPA tidak boleh mengambil jurusan IPS dan begitu pula sebaliknya. Tetapi mungkin karena kurangnya pengenalan dan pemahaman mengenai SNMPTN, maka kebanyakan di antara kami tetap "menyeberang" ke jurusan IPS. Alhasil, banyak di antara kami atau kami semua yang lintas jurusan tidak lulus.

Lalu apa yang saya lakukan setelah tahu saya tidak lulus?

Ya saya mencoba untuk daftar di Jalur Mandiri-nya, tapi sekali lagi, saya tidak lolos. :'(

Akhirnya, karena saya merasa gengsi kalau ditanya "Kuliah di mana?" -- nanti mau jawab apa -- dan karena saya juga berpikir bahwa saya harus mengambil gelar Sarjana, maka pada saat itulah saya mencoba untuk mendaftarkan diri pada PTS di daerah saya. Dan Puji Tuhan, saya lulus masuk di PTS tersebut, pada jurusan Farmasi-nya.

Tetapi pasca kuliah di sana, saya merasa tidak puas. Sehingga akhirnya, pada semester berikutnya saya mengundurkan diri dan mencoba untuk mengambil peruntungan lagi masuk di PTN.

Di SBMPTN 2015, saya bisa dibilang lebih serius, dan saya mulai mencoba untuk mengatur waktu belajar saya dengan sebaik-baiknya, termasuk pembelajaran saya lebih ke pemahaman materi dulu sedangkan soal-soalnya baru saya pelajari kemudian. Dan pada hari H saya ada sedikit kemajuan dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Tetapi apa daya, Tuhan berkata lain. Sekali lagi saya tidak lolos !!!

Pasca mengetahui hal itu, saya pun mulai menyadari bahwa mungkin jalan saya bukan di sini. Belum lagi, saya melihat banyak teman-teman di sekeliling saya yang memilih bekerja, sewaktu saya bertanya kepada mereka dan tanpa bermaksud apa-apa, mereka cuma berkata bahwa kuliah itu bisa kapan saja, yang penting kumpul duit dulu -- termasuk teman-teman saya yang tahun lalu gak lulus tepaksa dan atau dengan senang hati memilih untuk bekerja --. Saya merasa sedikit terhibur dengan kata-kata mereka, saya sepakat dengan kata-kata itu dan mencoba untuk mencari pekerjaan juga. Saya sudah bekerja di sana dan di sini. Bahkan saya juga sempat ambil bagian dalam Sensus Ekonomi 2016. Pikiran saya untuk berkuliah sewaktu itu sudah tidak ada. Yang penting, saya kerja dulu, masalah gelar itu bisa dibicarakan dan dikejar nanti.

Tetapi apa daya, semakin mendekatnya waktu bagi SBMPTN 2016, bagai magnet yang begitu kuat saya merasa semakin tertarik dan sewaktu itu saya berpikir-pikir terus dan mempertimbangkan, "ikut lagi apa tidak"? Tetapi pemikiran saya di sini mulai kritis, sebab saya menyadari bahwa ini adalah tahun terakhir saya, salah langkah sedikit saja habislah kesempatan saya untuk dapat melanjutkan pendidikan di PTN yang saya damba-dambakan sedari dulu itu.

Saya pun mulai mempertimbangkan, kira-kira strategi seperti apa yang harus saya bangun? Dan saya juga mulai berkaca banyak-banyak, saya ini cocoknya masuk di mana?, jurusan apa?, dan caranya gimana?. Karena jujur saja, satu-satunya alasan saya mengambil jurusan Kedokteran sewaktu itu hanyalah sekedar gengsi. Saya anak IPA dan kayaknya sudah "sewajibnya" bagi anak IPA memilih Kedokteran sebagai prioritas utamanya. Saya tidak pernah kepikiran mau jadi dokter, boro-boro mau jadi dokter, lihat darah saja saya tidak kuat, tetapi karena sewaktu itu saya berpikir bahwa segala sesuatunya itu bisa dipelajari dan dapat di atasi, termasuk ketidakmampuan saya melihat darah, jadi yah saya tetap mantap memilih jurusan Kedokteran dan jurusan-jurusan tenar eksakta lainnya.

Setelah berpikir panjang dan merenung, saya pun memilih untuk lintas jurusan, yaitu pindah sepenuhnya ke IPS, sebagaimana yang saya lakukan dulu di SNMPTN. Selanjutnya, saya juga berpikir, kira-kira jurusan apa yang harus saya ambil dengan pertimbangan jurusan itu masih dekatlah dengan minat saya? Tetapi sedari awal saya sudah sangat tertarik dengan dunia hukum dan hubungan internasional. Bahkan pada saat SMA kelas 11 kalau tidak salah, saya selalu menjawab pertanyaan teman-teman saya kalau saya ingin sekali masuk di Hukum (tepatnya: Ilmu Hukum) dan memang passion lagi lebih ke Ilmu Pengetahuan Sosial.

Jadilah pada saat itu, kira-kira pada bulan 4 saya memilih murtad ke IPS sedangkan penjurusan-nya saya fix-kan berminggu-minggu kemudian.

Ada banyak tantangan -- bisa dibilang hambatan -- yang saya alami ketika mempersiapkan SBMPTN 2016. Yang pertama, yaitu ketika bulan April saya memang sudah bertekad untuk ikut SBMPTN dan materi-materinya juga saya sudah pelajari sedikit-demi-sedikit. Oh iya, sewaktu itu, karena saya betul-betul telah merenung dan mempersiapkan strategi perang dengan sesempurna mungkin, tiba-tiba saya teringat kepada situs yang pernah saya buka dua tahun lalu (2014), tetapi karena waktunya sudah sangat mepet dan saya tidak tahu kenapa waktu itu video-nya tidak dapat diputar-putar (padahal seharusnya login dan menjadi member premium dulu :p), jadi saya melewatkan situs itu. Karena saya merupakan warga media sosial, jadi waktu tahun 2014 saya mencari tahu juga seputar SBMPTN dan cara lulus-nya termasuk soal-soal yang sering keluar.

Ingatan saya cukup samar, tetapi saya kenal pasti situs itu -- karena tampilannya cukup sederhana --. Jen . . . Sen . . . Oh iyaaa. Zenius !!! Akhirnya saya pun mencari situsnya. Saya daftar ke member premium, waktu itu saya bayarnya lewat Indomaret dan prosesnya sangat cepat. Saya langsung dapat kode aktivasi-nya yang dikirimkan lewat e-mail saya. Saya pun login dan mengisi kode aktivasi-nya dan taraaa!!! videonya pun dapat saya putar semau saya tanpa batasan waktu dan tempat serta semua materinya bisa saya buka -- termasuk materi-materi anak SD bisa saya buka juga --

Oke back to topik, jadi waktu bulan April itu kakak perempuan saya mau married dan sebagai saudara, saya harus bantu-bantu juga dalam mempersiapkan apa yang diperlukan, seperti bantu ngambil dan bagikan kartu undangan-lah, bantuin beliin dan sediain ini itulah -- dalam hal ini fungsi saya sebagai transporman -- dan lain sebagainya, belum lagi nenek saya waktu itu jatuh sakit dan mama saya minta ditemani jaga nenek di rumah sakit sedangkan kakak memang sudah sibuk untuk foro pre-wed dan lain sebagainya. Hal-hal itu kayaknya terlalu kasar kalau saya katakan "menghambat", jadi saya jalani saja semuanya walau pun jujur saja sewaktu itu saya kepikiran terus dengan nasib SBMPTN saya nanti, soal materi-materi yang tidak saya lanjuti untuk sementara karena sepulang dari kegiatan itu semua saya langsung tepar. Sedangkan untuk jaga nenek di rumah sakit, uhhh, susah banget, karena nenek saya orangnya cukup rewel. Wkwkwk. Jadi bisa di bilang kalau saya mulai fokus 100% persiapan SBMPTN itu di bulan-bulan Mei, dan SBMPTN sewaktu itu jatuhnya tepat pada tanggal 31 Mei.

"Sial"-nya lagi, bulan Mei saya sudah di kontrak untuk melakukan Sensus Ekonomi 2016 dan sesuai prosedur yang pernah saya baca: saya tidak boleh mengundurkan diri. Akhirnya saya pun harus membagi dua kerja saya, yakni pada pagi hari saya sibuk keliling di panasnya terik matahari, dengan berjalan kaki dari rumah ke rumah, melakukan penyensusan dan pada malam hari saya fokus dengan SBMPTN saya.

Banyak banget suka duka yang saya alami, termasuk ketika saya harus mengulang karena kesalahan yang sebenarnya dilakukan oleh PML saya, dan juga ketika saya harus mencatat ulang, memperbaiki, menghitami setebal-tebalnya dan lain sebagainya. Rasanya saya seperti ingin menangis karena capek, marah, hampir gila karena dikejar waktu (rasanya mustahil banget 1 bulan persiapan bisa lulus, sementara yang persiapan satu tahun aja belum tentu). Sebagai laki-laki saya cukup malu untuk mengatakan ini, tetapi seperti itulah perasaan saya sewaktu itu. Saya merasa menjalani hari yang begitu berbeda, di mana saya yang sebelumnya tidak mengenal kerasnya kehidupan harus mengalami dan merasakan semuanya itu, tetapi bukan berarti saya orang yang manja karena pengalaman saya cukup banyak dalam bekerja, saya sering bantu keluarga untuk jaga konter-konter pulsanya semenjak masih duduk di bangku SMP dan SMA, hehehe. Bahkan ada saatnya waktu itu saya harus fokus 100% dengan tugas saya yang hampir uzur (karena tanggal 30 Mei udah harus dikumpul penyensusan itu).

Tanggal 31 Mei pun tiba, tidak bisa dipungkiri, tidak bisa ditunda lagi, ya saya harus menerima kenyataan apa pun hasilnya nanti. Saya terus berdoa dan berdoa, agar sekiranya Tuhan memampukan saya menjawab soal-soal itu dengan benar dan banyak pasti-nya walau tak bisa dipungkiri waktu itu materi-materi saya belum selesai di bab-bab akhirnya tapi saya tetap percaya karena sewaktu itu landasan saya adalah Iman saya kepada Kristus, bahwa saya pasti bisa. Sebab seberapa pun kita berusaha dan secerdas apa pun kita, kalau tidak di dasari dengan adanya penyertaan dari Tuhan Yesus langsung  maka semuanya sia-sia belaka. Itulah yang saya imani dan itulah yang saya percaya!

Sewaktu saya mengerjakan soal-soal tersebut, seperti biasa saya mengalami kejenuhan karena saya termasuk orang yang cepat bosan tetapi tidak mungkin saya izin pada waktu itu. Sehingga saya mencoba untuk menenangkan diri, menarik napas dan keluarkan pelan dan Puji Tuhan! Saya mampu melewati semuanya itu.

Selesai ujian SBMPTN, saya melakukan persiapan ujian berikutnya, karena sewaktu itu saya juga mendaftar masuk di SIMAK UI, dan saya pun buru-buru menyelesaikan materi saya yang belum rampung. Memahami dan mengerti apa yang sedang saya pelajari. Sewaktu SIMAK UI (kalau gak salah tanggal 5 Juni 2016), saya merasa lebih percaya diri, tidak grogi lagi, apa karena saya sudah melewati ujian sebelumnya? Ya bisa jadi.

Selesai mengikuti semua ujian, saya pun menunggu sebulan lamanya. Bayangkan, sebulan! Lama banget. Jadi selama satu bulan itu saya berdoa, berpuasa, merendahkan diri, bernazar, dan beribadah segiat mungkin termasuk juga meminta ampun kepada Tuhan, mengampuni sesama, dan meminta maaf kepada orang-orang yang pernah saya sakiti. Karena percuma kita berdoa apabila kita masih memiliki masalah yang belum kita selesaikan -- terutama kepada orang tua kita -- agar sebisanya urusan saya semuanya dilancarkan dan dibukakan jalan, agar doa-doa saya sampai kepada Tuhan Yesus dan tidak ada lagi penghalang (dosa-dosa) terhadap doa-doa saya. Dan saya percaya, bahwa dengan hal-hal itu Tuhan pasti menjawab doa-doa saya. -- Karena jujur saja, saya merupakan orang yang jarang beribadah, pergi ke gereja pun waktu itu saya sangat jarang. --

Dan Puji Tuhan! Apa yang selama ini saya damba-dambakan terkabul sudah! Dan saya tidak bisa membayangkan bahwa baru kali ini sepanjang sejarah saya melihat tulisan panjang di akun saya yang selama ini kalau saya login pasti pada minta maaf terus dan sekarang berubah menjadi: "Selamat! Anda LULUS!" Rasanya seperti mimpi, terlebih lagi, sewaktu itu saya sudah merencanakan untuk membuka pengumumannya selesai ibadah malam saya. Saya pun langsung berdoa tanpa memperdulikan orang-orang yang telah beranjak pulang dari Gereja. Saya berdoa dan kegirangan sendirian dan segera saya bergegas pulang ke rumah dan memberitahukan kelulusan saya ini! Mama saya begitu bangga, nenek saya juga, dan bahkan bapak saya juga tidak menyangka, malah beliau mengira saya berbohong dan suruh nge-cek ulang. -,-

Saya melakukan registrasi ulang dan wah pokoknya sewaktu itu saya tidak bisa tidur, rasanya saya ingin langsung mengikuti perkuliahan. Dan beberapa hari kemudian, Pengumuman SIMAK UI, saya tidak terlalu berharap untuk lulus di situ, karena prioritas saya di S1 saya tidak mau dulu merantau, saya masih mau berada di kota saya sendiri.

KESIMPULAN:

1. Yang pertama yang mau saya sampaikan kepada kalian, bahwa kenali dulu diri kalian, kalian ini cocoknya masuk di jurusan apa. Jangan karena gengsi menyebabkan kalian mengambil jurusan yang sebenarnya tidak kalian minati dan passion kalian sebenarnya tidak di situ. (Termasuk kalian ini cocoknya di IPA atau IPS)

2. SNMPTN merupakan ajang penyeleksian yang menurut saya dan sepengetahuan saya hanya akan meluluskan peserta yang memprioritaskan jurusan itu di urutan pertama. Jadi kemungkinan lolos di Pilihan Ke-2 dan lebih-lebih di Pilihan Ke-3 hanyalah keberuntungan kecil/minim saja.

3. Berdoa, berpuasa, bernazar, mengampuni, meminta ampun, meminta maaf dan lakukan apa saja yang menurut kalian dapat menggerakan hati Tuhan untuk menjawab doa-doa kalian. Untuk "nazar" sendiri, ingat! Nazarnya harus sesuatu yang betul-betul akan kalian tepati dan bayar lunas, karena Tuhan itu benar-benar ada, Ia memang tidak berbicara dengan kita tapi Dia menjawab doa kita dan hendaknya kita pun melakukan bagian yang kita janjikan itu. Imani dan percaya, Tuhan Yesus pasti mengabulkan permintaan kita. Amin.

SARAN:

1. Belajar sebaik-baiknya. Jangan tunda-tunda lagi. Lebih cepat lebih bagus. Jangan kira karena persiapan saya yang relatif singkat bahkan tidak sepenuh waktu -- karena dibarengi dengan kerja saya -- membuat kalian mau melakukan hal yang sama. Karena kelulusan saya ini merupakan kemurahan dan mujizat dari Tuhan.

2. Saya lulus masuk di Ilmu Hukum -- primadona jurusan Soshum -- pada salah satu Universitas yang termasuk 10 Besar Kampus terbaik di Indonesia. Di Ilmu Hukum saya banyak menerima hal-hal baru dan mengenali dunia hukum lebih dekat lagi. Jadi buat kalian yang mau masuk Hukum, dan memang memiliki passion bukan karena gengsi yuk persiapkan diri kalian semaksimal mungkin.

3. Kerjakan apa yang bisa kalian lakukan selebihnya serahkan kepada Tuhan Yesus dan percaya Dia pasti menolongmu! Haleluya!

CATATAN:

1. Disepanjang tulisan, saya mengatakan bahwa SBMPTN merupakan "peruntungan" atau lebih tepatnya "keberuntungan". Karena tidak bisa dipungkiri, bahwa baik SNMPTN mau pun SBMPTN tidak selalu berbicara soal lulusnya orang pintar dan gagalnya orang yang kurang pintar. Ada banyak kasus di mana orang pintar justru tidak lulus. Jadi untuk yang pintar jangan langsung berpuas diri begitu juga buat yang kurang pintar jangan minder. Karena yang harus diperhatikan di sini adalah kesadaran, strategi dan persiapan kita dan juga yang tidak kalah penting adalah berserah diri sepenuh kepada Tuhan Yesus sebab Dia pasti beri yang terbaik untuk kita. Amin!