Suatu kotbah di gereja pada waktu paskah dibuka dengan pertanyaan demikian:
“Apa yang menyebabkan seseorang jatuh ketika naik sepeda?”
Wah, jawabannya pasti banyak banget kan??? Ada yang jawab kecelakaan, karena tersandung batu, karena diserempet orang, karena oleng, dan lain-lain.
Tapi sebenarnya ada jawaban yang lebih ringkas untuk itu semua. Jawabannya sih simpel saja, “Karena orang tersebut sudah tidak mengayuh sepedanya lagi.” Hehehe… Coba dipikir-pikir, kalau kita jatuh karena kecelakaan tentunya sesudah jatuh kita sudah tidak mengayuh sepeda lagi kan? Demikian pula untuk jawaban yang lainnya.
Sepintas, jawaban “karena sudah tidak mengayuh lagi” terdengar lucu, dan aneh… Tapi sebenarnya jawaban ini punya arti yang sangat besar sekali. Ketika seseorang sudah berhenti mengayuh sepedanya, maka sepeda itu akan perlahan berhenti dan kemudian jatuh. Demikian pula dengan hidup kita, saat kita sudah berhenti mengayuh ’sepeda’ kehidupan kita, saat kita berhenti bersemangat dalam hidup kita, saat kita berhenti mengerjakan aktivitas hidup kita, maka demikian pula dengan hidup kita, hidup kita akan berhenti dan jatuh. (Versi asli dari kotbah ini menyebutkan kalau kita berhenti percaya akan Iman kita, maka kita pun akan jatuh).
Teman-teman, kehidupan kita bagaikan sepeda itu, ada kalanya kita lelah dan bosan dan perjalanan terasa berat ketika kita menjumpai jalan yang terjal, namun kita tidak boleh berhenti mengayuh ‘sepeda’ kehidupan kita, kita harus terus bersemangat. Dan hidup ini tidak selalu berisi dengan jalanan terjal saja, kadang kala juga ada jalanan yang mulus dan menyenangkan. Tapi sekalipun hidup ini menyenangkan kita tidak boleh terlena, karena hidup selalu penuh dengan macam-macam jenis jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar