Senin, 10 Desember 2012

Injil Menurut Toko Serba Ada





Ada kisah tentang kebaikan dan kasih yang tercecer dari antara perayaan-perayaan Natal. Semacam kisah Orang Samaria yang Baik Hati. Kisah tentang kasih yang indah ini sayangnya tidak terjadi di gereja, tetapi di sebuah Dept. Store di Amerika Serikat.

Pada suatu hari seorang pengemis wanita yang dikenal dengan sebutan "Bag Lady" (karena segala harta-bendanya hanya termuat dalam sebuah tas yang ia jinjing kemana-mana sambil mengemis) memasuki sebuah Dept. Store yang mewah sekali. Hari-hari itu adalah menjelang hari Natal. Toko itu dihias dengan indah sekali. Lantainya semua dilapisi karpet yang baru dan indah.

Pengemis ini tanpa ragu-ragu memasuki toko ini. Bajunya kotor dan penuh lubang-lubang. Badannya mungkin sudah tidak mandi berminggu-minggu Bau badan menyengat hidung. Ketika itu seorang hamba Tuhan wanita mengikutinya dari belakang. Ia berjaga-jaga, kalau petugas sekuriti toko itu mengusir pengemis ini, sang hamba Tuhan mungkin dapat membela atau membantunya. Wah, tentu pemilik atau pengurus toko mewah ini tidak ingin ada pengemis kotor dan bau mengganggu para pelanggan terhormat yang ada di toko itu. Begitu pikir sang hamba Tuhan wanita. Tetapi pengemis ini dapat terus masuk ke bagian-bagian dalam toko itu. Tak ada petugas keamanan yang mencegat dan mengusirnya. Aneh ya Padahal, para pelanggan lain berlalu lalang di situ dengan setelan jas atau gaun yang mewah dan mahal.

Di tengah Dept. Store itu ada piano besar (grand piano) yang dimainkan seorang pianis dengan jas tuksedo, mengiringi para penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu natal dengan gaun yang indah. Suasana di toko itu tidak cocok sekali bagi si pengemis wanita itu. Ia nampak seperti makhluk aneh di lingkungan gemerlapan itu. Tetapi sang 'bag lady" jalan terus. Sang hamba Tuhan itu juga mengikuti terus dari jarak tertentu.

Rupanya pengemis itu mencari sesuatu dibagian Gaun Wanita. Ia mendatangi counter paling eksklusif yang memajang gaun-gaun mahal bermerek (branded items) dengan harga diatas $ 2500 per piece. Kalau dikonversi dengan kurs hari-hari ini, harganya dalam rupiah sekitar Rp. 20 juta per piece. Baju-baju yang mahal dan mewah ! Apa yang dikerjakan pengemis ini? Sang pelayan bertanya, "Apa yang dapat saya bantu bagi anda ?" "Saya ingin mencoba gaun merah muda itu ?" Kalau anda ada di posisi sang pelayan itu, bagaimana respons anda ? Wah, kalau pengemis ini mencobanya tentu gaun-gaun mahal itu akan jadi kotor dan bau, dan pelanggan lain yang melihat mungkin akan jijik membeli baju-baju ini setelah dia pakai. Apalagi bau badan orang ini begitu menyengat, tentu akan merusak gaun-gaun itu. Tetapi mari kita dengarkan apa jawaban sang pelayan toko mewah itu. "Berapa ukuran yang anda perlukan ?" "Tidak tahu !" "Baiklah, mari saya ukur dulu." Pelayan itu mengambil pita meteran, mendekati pengemis itu, mengukur bahu, pinggang, dan panjang badannya. Bau menusuk hidung terhirup ketika ia berdekatan dengan pengemis ini. Ia cuek saja. Ia layani pengemis ini seperti satu-satunya pelanggan terhormat yang mengunjungi counternya."OK, saya sudah dapatkan nomor yang pas untuk nyonya ! Cobalah yangini !" Ia memberikan gaun itu untuk dicoba di kamar pas. "Ah, yang ini kurang cocok untuk saya. Apakah saya boleh mencoba yang lain? "Oh, tentu !" Kurang lebih dua jam pelayan ini menghabiskan waktunya untuk melayani sang "bag lady". Apakah pengemis ini akhirnya membeli salah satu gaun yang dicobanya? Tentu saja tidak ! Gaun seharga puluhan juta rupiah itu jauh dari jangkauan kemampuan keuangannya.

Pengemis itu kemudian berlalu begitu saja, tetapi dengan kepala tegak karena ia telah diperlakukan sebagai layaknya seorang manusia. Biasanya ia dipandang sebelah mata. Hari itu ada seorang pelayan toko yang melayaninya, yang menganggapnya seperti orang penting, yang mau mendengarkan permintaannya.

Tetapi mengapa pelayan toko itu repot-repot melayaninya ? Bukankah kedatangan pengemis itu membuang-buang waktu dan perlu biaya bagi toko itu? Toko itu harus mengirim gaun-gaun yang sudah dicoba itu ke Laundry, dicuci bersih agar kembali tampak indah dan tidak bau. Pertanyaan ini juga mengganggu sang hamba Tuhan yang memperhatikan apa yang terjadi di counter itu. Kemudian hamba Tuhan ini bertanya kepada pelayan toko itu setelah ia selesai melayani tamu "istimewa"-nya. "Mengapa anda membiarkan pengemis itu mencoba gaun-gaun indah ini ?" "Oh, memang tugas saya adalah melayani dan berbuat baik (My job is to serve and to be kind !) "Tetapi, anda 'kan tahu bahwa pengemis itu tidak mungkin sanggup membeli gaun-gaun mahal ini?" "Maaf, soal itu bukan urusan saya. Saya tidak dalam posisi untuk menilai atau menghakimi para pelanggan saya. Tugas saya adalah untuk melayani dan berbuat baik." Hamba Tuhan ini tersentak kaget. Di jaman yang penuh keduniawian ini ternyata masih ada orang-orang yang tugasnya adalah melayani dan berbuat baik, tanpa perlu menghakimi orang lain.

Hamba Tuhan ini akhirnya memutuskan untuk membawakan khotbah pada hari Minggu berikutnya dengan thema "Injil Menurut Toko Serba Ada". Khotbah ini menyentuh banyak orang, dan kemudian diberitakan di halaman-halaman surat kabar di kota itu.

Berita itu menggugah banyak orang sehingga mereka juga ingin dilayani di toko yang eksklusif ini. Pengemis wanita itu tidak membeli apa-apa, tidak memberi keuntungan apa-apa, tetapi akibat perlakuan istimewa toko itu kepadanya, hasil penjualan toko itu meningkat drastis, sehingga pada bulan itu keuntungan naik 48 % !

"Peliharalah kasih persaudaraan ! Jangan kamu lupa memberi kebaikan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat." Ibrani 13:1-2.

Loving The Bad Man, Ketika Mengasihi Begitu Sulit




Syalom dan Selamat Malam Semua.
Baru saja saya menonton drama "Loving The Bad Man", dan saya merasa perlu memperkenalkan -dalam hal ini sekaligus menawarkan- menonton film bernuansa kristiani ini kepada kalian semua,

Adapun sinopsis dari film ini adalah sebagai berikut:

Mungkinkah seorang wanita bisa mengampuni bahkan mengasihi seseorang yang telah memperkosanya? Pertanyaan ini dijawab oleh film berjudul Loving The Bad Man. Film garapan Peter Engert dari rumah produksi Stone Bridge Film ini menghadirkan kisah tentang seorang gadis dari keluarga Kristen bernama Julie Thompson (Christine Kelly) yang menghadapi sesuatu yang tidak diharapkan digelapnya kehidupan jalanan.

Film dibuka dengan scene Julie berada di mobil hendak pulang ke apartemennya. Dilain tempat, Mike (Arturo Fernandes) seorang mekanik muda sedang berada di bar dalam keadaan marah dan mabuk sehabis memukul majikannya karena di tuduh mencuri. Mobil Julia tiba-tiba mogok di dekat bar dimana Mike berada, dan Julie datang ke tempat itu untuk meminta tolong.

Bartender berhasil meyakinkan Mike untuk membantu Julie memperbaiki mobilnya. Ketika selesai, Julia memberikan uang sebagai ungkapan terima kasihnya. Namun hal itu di anggap penghinaan oleh Mike. Dalam kemarahannya, Mike mengejar Julie dan memperkosanya.

Kejadian itu menghancurkan kehidupan Julie. Gadis muda ini harus berjuang melawan traumanya, terlebih saat diketahui ia hamil karena pemerkosaan itu. Imannya kepada Tuhan diuji, demikian juga ayah dan ibunya yang hatinya ikut hancur karena kejadian itu. Bahkan sang ayah ingin bayi Julie untuk di aborsi saja. Apakah Julie berhasil melewati masa kritis dalam kehidupannya, dan apakah Julie mengikuti saran yang sang ayah? Saksikan film ini, karena telah dirilis dalam bentuk DVD dan dijual melalui toko online Amazon.

Film ini memperlihatkan kehidupan orang Kristen dengan sangat nyata, bagaimana Julie trauma dan keluarganya geram dan marah terhadap si pemerkosa. Namun sebagai orang Kristen yang taat, mereka kembali kepada Tuhan serta membuka hati untuk kasih Tuhan memulihkan kehidupan mereka bahkan mengampuni musuh atau orang yang telah menyakitinya.

Film Loving The Bad Man ini sangat inspiratif, dan secara tajam menyampaikan betapa pentingnya berpaut kepada Tuhan dalam kondisi yang sulit. Selain itu di film ini juga menunjukkan bagaimana Tuhan bisa mengubah kehidupan seseorang yang terluka dan hancur, bahkan mengubah kehidupan seorang yang jahat dengan kasih, pengampunan dan penerimaan tanpa syarat.

Title : Loving The Bad Man

Starring: Christine Kelley, Arturo Fernandez, Antoni Carone, David Hemphill, Steven Baldwin, George Smith, Pedro Moreno

Genre: Drama

Audience: Adults

Rating: PG-13

Runtime: 103 minutes

Distributor: Stone Bridge Films/Eastlake Films

Director: Peter Engert

Executive Producer: Tom Conigliaro

Producer: Steven J. Brown, Peter Engert, Zachery Reeves

Writer: Peter Engert, Wes Halula, Giovanni Igneri

dikutip dari: jawaban.com



Kalian dapat mendownload filmnya [present bahasa] di sini,
http://ganool.com/loving-the-bad-man-2010-limited-dvdrip-400mb-ganool#comments

Demikian penawaran admin kepada sahabat-sahabat sekalian. Tuhan Yesus Memberkati!

♥ Asuransi Terbaik di Dunia ♥


♥ Asuransi Terbaik di Dunia ♥

Syalom Sahabat...

Anda bingung menentukan asuransi mana yang ingin Anda beli?

Saya ingin menawarkan sebuah perusahaan asuransi yang pasti tidak mengecewakan.

Berikut fiturnya:

PERUSAHAAN ASURANSI INI MENJAMIN,
☑ Kehidupan,
*Yohanes 3:16, Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

☑ Kesehatan,
*Zabur 103:3, Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu,

☑ Kebutuhan Sehari-hari,
*Filipi 4:19, Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.

☑ Kedamaian,
*Yohanes 14:27, Sejahtera Kutinggalkan kepada kalian. Sejahtera-Ku sendiri yang Kuberikan kepadamu. Yang Kuberikan itu bukan seperti yang diberikan dunia kepadamu. Jangan gelisah, jangan takut.

☑ Rumah Yang Abadi,
*Yohanes 14:2, Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal. Aku pergi ke sana untuk menyediakan tempat bagi kalian. Aku tidak akan berkata begitu kepadamu, sekiranya itu tidak demikian.

ALASAN IKUT ASURANSI INI:
1. Adalah perusahaan asuransi paling tua di dunia;
2. Satu-satunya perusahaan asuransi yang mencakup area yang kekekalan;
3. Kebijakannya tak pernah berubah;
4. Manajemennya tak pernah berganti;
5. Aset perusahaan terlalu banyak untuk dihitung;
6. Satu-satunya perusahaan asuransi yang membayarkan premi Anda.

PREMI,
✔ Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (Roma 5:8);
✔ Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (Efesus 2:8);
✔ Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1 Korintus 6:20).

PROSEDUR APLIKASI
*Kisah Para Rasul 16:31b,
"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."

Semua premi untuk aplikasi ini telah dibayar oleh YESUS! Haleluyah!

TUHAN MEMBERKATI

Minggu, 09 Desember 2012

Wanita Tanpa Kaki merawat 130 Anak Yatim Piatu



[Inspirasi]

Xu Yuehua, seorang wanita tanpa kaki yang mendedikasikan hidupnya untuk merawat sebuah yatim piatu di China, sungguh perkerjaan yang luar biasa.

Dulunya Xu Yuehua adalah seorang gadis kecil yang normal seperti teman-temannya. Sampai pada suatu saat, waktu mengumpulkan batubara di rel kereta api. dan sebuah kecelakaan kereta api membuat Xu kehilangan kedua kakinya pada usia 13 tahun. Tidak ada kaki di usia yang sangat muda mungkin bagai dunia telah berakhir bagi Xu yuenhua. Apalagi Xu Yuehua saat itu adalah yatim piatu. Tidak semua orang bisa menghadapi kenyataan hidup ini.

Di saat-saat rasa frustasi menyelimutinya, Xu Yuehua segera sadar untuk menjadikan hidup dan tubuhnya berguna untuk sesama selama dia diberi kesempatan hidup di dunia. Ia telah merasakan waktu kecil sebagai yatim piatu dulu, dan dengan mengandalkan dua kursi kayu pendek untuk menyangga tubuhnya dan untuk berjalan, Xu melanjutkan hidupnya dengan tujuan dan semangat yang mulia, yaitu mengasuh dan membesarkan anak-anak yatim piatu.

Di Xiangtan Social Welfare House yang membantunya melalui masa-masa sulit ini, Xu menemukan panggilannya. Saat ini, Xu telah menjalani 37 tahun merawat anak-anak yatim piatu di lembaga kemanusiaan ini. Dengan keterbatasannya, sudah 130 anak yang dibesarkan Xu. Memang tidak mudah untuk berpindah dari ranjang yang satu ke ranjang lain menggunakan bangku pendek. Belum lagi saat harus menyusui, meredakan tangisan bayi yang rewel dan mengajak mereka bermain. Namun wanita yang disebut ‘The Stool Mama’ ini melakukan semua hal dengan sebaik-baiknya. Dengan melakukan yang terbaik, satu per satu kekhawatiran dalam kehidupan Xu Yuehua seakan dijawab oleh Yang Maha Kuasa.

Pada tahun 1987, Xu menikah dengan Lai Ziyuan, seorang petani sayur di panti asuhan yang sama dan melahirkan anak laki-laki, Lai Mingzhi, tiga tahun kemudian. Xu mengaku sangat bahagia dengan hidup dan pengabdiannya. Dalam benaknya, cacat fisik bukanlah menjadi batasan ataupun halangan seseorang untuk melakukan sesuatu dan berbagi demi mengurusi orang lain. Bahkan dengan kerendahan hatinya yang sangat tulus, perempuan tersebut mengatakan, dirinya bukanlah orang hebat.

Apa yang dilakukannya semata-mata hanya untuk memberikan kasih sayang seorang ibu. Untuk anak-anak yang nasibnya kurang beruntung, karena telah kehilangan orang tua. Ia telah merasakan kehilangan kedua orangtuanya sejak masih kecil. Mulai saat itulah, dirinya dirawat di Rumah Yatim Piatu Xiantan. Dengan menggunakan kursi kecil untuk menggantikan kedua kakinya tersebut, Xu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Seperti memberi makan, mencuci, mengganti selimut, bahkan kadang membuatkan sepatu untuk 130 anak yatim asuhannya.

Mengasuh dengan Sepenuh Hati Seperti dikutip dari Orange.co.uk, Rabu (22/12), Sheng Li, salah seorang anak asuh Xu Yueahua menuturkan, bahwa Xu merupakan pahlawan di mata anak-anak penghuni rumah panti asuhan Xiantan.

“Tanpa Ibu Besar (panggilan untuk Xu Yuehua), mungkin saya sudah meninggal sejak lama. Suara kursi kecil yang menjadi tanda datangnya Ibu Besar merupakan suara yang terindah yang pernah saya dengar hingga saat ini,” ungkap Sheng Li.

Meski telah memiliki keluarga sendiri Xu tetap merawat anak-anak di panti asuhan di tempat dirinya dulu dibesarkan. “Saya bukanlah orang hebat. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, yaitu memberikan kasih sayang seorang ibu untuk anak-anak malang itu,” ucap Xu merendah.

Sebuah pelajaran yang sangat berharga, bahwa kebahagiaan selalu ada dalam setiap orang yang selalu berpikir positif, berpikir maju dan tidak berkubang dalam penderitaannya. Keberhasilan ada dalam orang yang tidak selalu melihat kekurangan / kelemahan dalam hidupnya, tetapi justru mempergunakan kekurangan tersebut sebagai suatu potensi yang Allah berikan untuk membuat dirinya semakin maju dan dapat memberkati banyak orang. Dan inilah keseharian Xu Yehua, yang di dalam keterbatasannya ia masih dapat mengerjakan pekerjaan mulia dan tidak menjadikan keterbatasannya sebagai hambatan.

"Jadikanlah hidupmu inspirasi bagi banyak orang... Itulah hidup yang sesungguhnya."

*Yesaya 60:1,
"Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu."

Bukan Dengan Kekuatanku
Ku Dapat Jalani Hidupku
Tanpa Tuhan Yang Di Samping Ku
Kutak Mampu Sendiri

Engkaulah Kuatku
Yang Menopangku

Kupandang Wajah-Mu Dan Berseru
Pertolonganku Datang Dari-Mu
Peganglah Tanganku Jangan Lepaskan
Kaulah Harapan Dalam Hidupku

Blessing,
~HSH~

Doa Mark


[Inspirasi]

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 pembalap kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit, sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan tang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!".

Dorr. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.

"Ayo.. ayo.. cepat.. cepat.. maju.. maju...", begitu teriak mereka.

Ahha.. sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish-pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya.

"Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?".

Mark terdiam. Lalu berkata:
"Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan". Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah."

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.


Apa yang dapat kita pelajari dari cerita di atas?
Kadangkala (dan tanpa kita sadari), dalam hal berdoa dan berharap kita malah menjadi orang yang egois, tetapi Mark dengan bijaksananya menyadari bahwa yang harus dia minta bukanlah 'kemenangan' melainkan 'kekuatan'.
Demikian pun seharusnya, ketika masalah datang menghadang, tidaklah tepat jika kita meminta supaya masalah itu lepas melainkan mintalah topangan, kekuatan dari Tuhan, bagaimana pun masalahmu, itu tidaklah melebihi kekuatanmu, karena kita masih jauh lebih kuat dari semua masalah.

Terkadan Di Dalam Hidupmu
Persoalan Berat Menimpa
Menghancurkan Hidupmu
Meremukkan Hatimu Namun Ingatlah

Dia Tuhan Tak Akan Pernah Memberi Pencobaan
Dan Ujian Melebihi Kekuatan Yang Kaupunya
Hendaklah Bersyukur Diamelakukan Semua Kar'na Cinta
Supaya Kau Beroleh Hikmat Dan Jadi Sempurna S'perti Dia

'Pabila Tuhan Menguji Mu
Karena Diamenyayangi Mu
Laksana S'orang Bapa
Yang Mendidik Anak-Nya Kar'na Cinta-Nya

Blessing,
~HSH~

Seikat Bunga di Pemakaman




Seorang turun dari mobil mewah di depan kuburan umum. Ia berjalan menuju pos penjaga. Pria yang ternyata sopir itu berkata:
”Pak, tolong temui wanita yang ada di mobil itu, karena tidak lama lagi ia akan meninggal!”.

Penjaga kuburan segera berjalan di belakangnya.
Seorang wanita lemah, berwajah sedih membuka pintu mobilnya, berusaha tersenyum kepada penjaga itu dan berkata,

“Saya Ny. Steven yang selama ini mengirim uang agar anda dapat membeli seikat bunga dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan anda.”

“Oh, Jadi Nyonya yang mengirim uang itu? Sebelumnya saya minta maaf, memang uang itu selalu saya belikan bunga tapi saya tidak pernah menaruh bunga itu di pusara anak Nyonya.” Jawab pria itu.

“Apa?” Tanya wanita itu dengan gusar.

“Ya, karena orang mati tidak akan pernah melihat keindahan bunga. Karenanya saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, mereka yang sedang bersedih. Orang hiduplah yang dapat menikmati keindahan dan keharuman bung-bunga itu, Nyonya” Jawab pria itu.

Wanita itu terdiam, kemudian ia dan sopirnya pun pergi.


Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan.

“Selamat pagi, apakah masih ingat saya? Saya Ny. Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasehat yang anda berikan dulu. Anda benar, bahwa memperhatikan dan membahagiakan yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi yang sudah meninggal. Ketika saya langsung mengantarkan bunga-bunga itu ke rumah sakit atau panti jompo, bunga-bunga itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tapi saya turut bahagia. Sampai saat ini dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita adalah obat yang memulihkan saya!”

~.~

Saudara, jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan.
Dengan menolong orang lain kita sedang menolong diri kita sendiri. Lakukanlah yang terbaik bagi sesama, lakukanlah yang terbaik seperti engkau melakukannya untuk dirimu sendiri.

Hati Yang Gembira Adalah Obat
Seperti Obat Hati Yang Senang
Tapi Semangat Yang Patah Keringkan Tulang
Hati Yang Gembira Tuhan Senang

*Amsal 17:22,
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.

Haleluya!
~HSH~

Diduga Berhalusinasi, Ibu ini memakan Anaknya Sendiri



Pergumulan dan masalah hidup kerapkali membuat jiwa seseorang terguncang dan melakukan hal yang diluar dari akal sehat. Seperti yang terjadi di Thailand, seorang ibu yang diduga mengalami gangguan jiwa, membunuh kedua anaknya, kemudian memasak serta memakannya. Kepolisian setempat hingga kini masih menyelidikinya.

Dirilis harian Bangkok Post,

pekan lalu kepolisian setempat mendapat sebuah laopran bahwa telah terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh seorang perempuan di distrik Mae Ai, Provinsi Chiang Mai, terhadap dua anaknya yang masing-masing berusia 1 dan 5 tahun. Polisi pun segera bergerak menuju lokasi rumah dari perempuan tersebut.

Dari laporan awal, kepolisian menceritakan bahwa saat mereka melakukan penggerebegan, perempuan tersebut sedang tertidur dengan beberapa bagian tubuh manusia, yang kemungkinan milik korban disebelahnya. Mereka pun segera membawa ke markas untuk melakukan interogasi. Namun setiap pertanyaan dari kepolisian tidak pernah dijawab satupun. Kabar pun segera merebak dan beredar luas di media sosial bahwa perempuan tersebut tidak saja membunuh kedua anaknya. Dirinya disebutkan telah memasak dan memakan sendiri buah hatinya itu. Setelah ditelusuri jejak medisnya, ternyata perempuan tersebut pernah mengalami perawatan gangguan jiwa pada tahun 2007. Hal inilah yang menyebabkan dugaan awal bahwa dirinya mengalami gangguan mental.

Sementara itu pemeriksaan dari pihak rumah sakit menyatakan bahwa perempuan itu menderita halusinasi. Disebutkan bahwa perempuan itu merasa didatangi seseorang yang ingin menyakitinya. Sang suami pun yang bekerja diluar kota begitu kaget atas hal ini. Dirinya mengatakan bahwa istrinya itu sekitar satu atau dua bulan terakhir telah berhenti jalani pengobatan dan terlihat baik-baik saja.

Hingga kini kepolisian terus menyelidiki kasus ini juga meminta agar masyarakat luas tidak berasumsi langsung bahwa perempuan itu turut memasak dan memakan anaknya sendiri, karena penyelidikan masih berjalan dan belum ada hasil apapun. Kepolisian juga meminta agar masyarakat bersimpati kepada perempuan tersebut.

Peristiwa yang diluar nalar apapun dapat terjadi tanpa kita sadari dan mengerti. Namun jika kita hidup berdasarkan Firman Tuhan dan selalu dekat denganNya, setiap masalah dan pergumulan yang datang akan kita jalani dan lewati secara solutif dan mempunyai arti yang besar bagi perubahan hidup kita menjadi dewasa dan bijaksana.

Firman-Mu P'lita Bagi Kakiku
Terang Bagi Jalanku
Firman-Mu P'lita Bagi Kakiku
Terang Bagi Jalanku

Waktu Kubimbang Dan Hilang Jalanku
Tetaplah Kau Di Sisi Ku
Dan Tak 'Kan Kutakut Asal Kau Di Dekat Ku
Beserta Kuselamanya . . .

Firman-Mu P'lita Bagi Kakiku
Terang Bagi Jalanku

*Mazmur 119:105,
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

Blessing,
~HSH~

Kesaksian Pemeran Jesus dalam "Passion of Christ"



Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film "The Passion of the Christ". Berikut refleksi atas perannya di film itu.

JIM CAVIEZEL ADALAH SEORANG AKTOR BIASA DENGAN PERAN-PERAN KECIL DALAM FILM-FILM YANG JUGA TIDAK BESAR. PERAN TERBAIK YANG PERNAH DIMILIKINYA (SEBELUM THE PASSION) ADALAH SEBUAH FILM PERANG YANG BERJU

DUL "THE THIN RED LINE". ITUPUN HANYA SALAH SATU PERAN DARI BEGITU BANYAK AKTOR BESAR YANG BERPERAN DALAM FILM KOLOSAL ITU.

Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.


"Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah..., Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda.

Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, "Hallo ini, Mel". Kata suara dari telpon tersebut. "Mel siapa?", Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu aktor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.

Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film2 lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu.

Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai aktor di Hollywood.

Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.

Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. "Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?" Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di "Thin Red Line". Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini!

Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banyak referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.

Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunan-Nya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dalam hubungan dengan-Nya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.

Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlet bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.

Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran mungkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.


Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai di sini. Engkau yang mengalihkanku dari karier di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apa pun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendak-Mu.

Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya.

Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.

Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.

Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.

Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan di tanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.

Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang bisa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.

Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan ke adegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga sering kali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekadar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwa-Nya.

Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun tidak sadarkan diri.

Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak "dia sadar! dia sadar!" (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hantaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi di sini).

"Apa yang telah terjadi?" Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.

Melihat dan merenungkan semua itu sering kali saya bertanya, "Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan"? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat pada-Nya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.

Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh... itu sangat luar biasa... mengagumkan... tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada di situ, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diri-Nya sendiri.

Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.

Saya harap mereka yang menonton The Passion of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa.

Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda.

Yesus telah mati bagi dosa-dosa saudara. karena saudara tidak dapat menebus dosa saudara sendiri.Yesus bangkit dari kematian supaya kita juga bangkit. Kematian tidak berkuasa atas Yesus, supaya orang yang menerima Yesus dan percaya kepadaNya tidak akan mati tapi bangkit dan hidup selama-lamanya di Surga.

Bukan Dengan Barang Fana
Kaumembayar Dosaku
Dengan Darah Yang Mahal
Tiada Noda Dan Celah

Bukan Dengan Emas Perak
Kaumenebus Diriku
Oleh Segenap Kasih
Dan Pengorbanan-Mu

Kutelah Mati Dan Tinggalkan
Cara Hidupku Yang Lama
Semuanya Sia-Sia Dan Tak Berarti Lagi

Hidup Ini Kuletakan
Pada Mezbah-Mu, Ya TUHAN
Jadilah Pada Ku Seperti Yang Kau Ingini

Blessing,
~HSH~

"Dan Inipun Akan Berlalu"



Raja Salomo adalah seorang raja yang terkenal dengan kebijaksanaannya. Dan pada suatu hari, sang raja meminta kepada tukang emasnya yang sudah tua renta untuk menuliskan sesuatu di dalam cincinnya.

Raja berpesan, "Tuliskanlah sesuatu yang bisa kamu simpulkan dari seluruh pengalaman dan perjalanan hidupmu, supaya itupun bisa menjadi pelajaran untuk hidup saya."


Berbulan-bulan si tukang emas yang tua itu membuat cincinnya, lalu lebih sulitnya menuliskan apa yang penting untuk ditulis di cincin emas yang kecil itu. Akhirnya setelah berdoa dan berpuasa, si tukang emas itupun menyerahkan cincinnya kepada sang raja. Dan dengan tersenyum, sang raja membaca tulisan kecil di cincin itu. Bunyinya, "DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU".

Awalnya sang raja tidak terlalu paham dengan apa yang tertulis di sana. Tapi, suatu ketika, tatkala menghadapi persoalan kerajaan yang pelik, akhirnya ia membaca tulisan di cincin itu dan ia pun menjadi lebih tenang, “Dan inipun akan berlalu!”

Dan tatkala ia sedang bersenang-senang, iapun tak sengaja membaca tulisan di cincin itu, lantas ia menjadi rendah hati kembali.

Betul! Ketika Anda sedang punya masalah besar ataupun kondisi sedang terlalu gembira, ingatlah kalimat itu, "Dan inipun akan berlalu" (These too, will pass).

Kalimat ini, kalau direnungkan dengan bijak akan mengantarkan diri kita pada keseimbangan hidup. Tidak ada satupun yang langgeng. Jadi, ketika Anda mempunyai masalah, tidaklah perlu terlalu bersedih. Tapi tatkala Anda lagi senang, jangan terlalu kelewat senang.

Ingatlah!, apapun yang Anda hadapi saat ini, semuanya akan berlalu.

*Pengkotbah 3:1, 11
1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
11. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

Begitupun setiap permasalahan kita, akan ada waktunya semua itu akan berakhir.
Percayalah kepada Tuhan!

Panggilan Tugas - Jangan Mudah Menghakimi!



*Matius 7:1,
Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.

Seorang dokter memasuki rumah sakit dengan terburu-buru setelah ditelepon untuk menangani operasi darurat. Dia telah menanggapi telepon itu secepat mungkin, bergegas ganti pakaian dan pergi menuju rumah sakit langsung ke blok ruang operasi. Ia mendapati ayahnya anak yang kecelakaan itu, yang sedang berjalan mondar mandir di gang depan ruang operasi menunggu dengan tak sabar kedatangan sang dokter.

Begitu sang ayah melihat kedatangan dokter, dia berteriak, "Mengapa anda sedemikian lama datang ke sini? Tidak tahukah nyawa anak saya sedang ada dalam bahaya? Apakah anda tidak punya rasa tanggung jawab?"

Dokter itu tersenyum dan berkata, "Maafkan saya, saya tadi tidak ada di rumah sakit dan saya telah berusaha sampai kesini secepat mungkin setelah saya terima panggilan telepon... Dan sekarang, saya harap bapak tenang saja sehingga saya dapat melaksanakan tugas saya."

"Tenang? Bagaimana kalau anak lelaki anda ada di ruang operasi sekarang, apakah anda akan tenang? Bagaimana kalau anak lelaki anda mati sekarang, apakah anda akan tenang?" sahut sang ayah dengan marah.

Dokter itu tersenyum lagi dan menjawab,
"Saya akan katakan apa yang Ayub katakan di dalam Alkitab 'Dari tanah kita berasal dan kepada tanah kita akan kembali, terpujilah nama Tuhan'. Para dokter tidak dapat memperpanjang umur. Pergilah dan berdoalah bagi anak lelaki anda, kami para dokter akan melakukan apa yang terbaik dengan kasih karunia dari Tuhan."

"Memberi nasihat sewaktu tidak ada urusan dengan kita itu memang gampang sekali." gumam sang ayah.

Pembedahan terhadap anak itu perlu beberapa jam dan setelah itu sang dokter keluar ruang operasi dengan senang.

"Syukurlah! Anak anda telah selamat!"

Dan tanpa menunggu jawaban sang ayah, dokter itu segera bergegas pergi sambil berkata,
"Jika ada pertanyaan, tolong sampaikan kepada perawat!"

"Kenapa dokter itu demikian sombong? Kenapa dia tidak menunggu beberapa menit sehingga saya dapat menanyakan keadaan anak saya?" kata sang ayah kepada perawat segera setelah dokter berlalu.

Sang perawat menjawab seraya airmatanya mengalir di wajahnya,
"Anaknya meninggal kemarin karena kecelakaan di jalan raya. Dokter itu sedang di rumah duka ketika kami menelponnya untuk mengoperasi anak anda. Dan sekarang dokter itu telah menyelamatkan anak anda, dia segera kembali untuk acara pemakaman."

JANGAN PERNAH MENGHAKIMI siapapun karena kita tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi dalam kehidupan orang lain atau apa yang sedang dialami orang itu.

Kisah Hidup NICK VUJICIC




"Kondisi Tubuh Saya Adalah Karunia"

Nick Vujicic adalah seorang pria asal Australia yang mempunyai kondisi tubuh cacat. Dia tidak mempunyai kedua tangan dan kaki yang utuh. Kaki sebelah kirinya pendek sekali, nyaris hanya dari mata kaki sampai telapak kaki. Bagaimana Nick dapat menerima kondisi tubuhnya ini dan bagaimana dia menjalani kehidupannya?

Simak wawancara SOLUSI dengan Nick Vujicic berikut ini.

Host: Suatu saat dalam hidup anda, pasti pernah kecewa pada Tuhan. Pernahkah anda berpikir untuk bunuh diri?

Nick: Waktu saya berusia 12 tahun, saya berniat untuk bunuh diri. Saya memang pergi ke sekolah, tapi hidup saya tidak ada di sekolah. Saya melihat diri saya tidak layak lagi untuk hidup… dan saya begitu menyesali keadaan diri saya… Tapi yang saya harapkan saat itu seseorang datang dan berkata semuanya akan baik-baik saja. Masalahnya jika orang mengatakan hal itu, maka saya akan katakan, “Bagaimana bisa, kamu tidak tahu pahitnya hidup dan masa depan saya. Yang membuat saya senang adalah memiliki orang tua dan saudara yang sangat mendukung saya. Saya selalu terbuka dengan mereka tentang hidup dan perjuangan saya.

Host: Apakah anda pernah protes kepada Tuhan?

Nick: Tentu saja, khususnya pada saat saya berusia 7 sampai 9 tahun. Saya tumbuh di keluarga Kristen, semua orang berkata bahwa Tuhan itu Kasih. Setiap orang berkata bahwa Tuhan baik selamanya dan untuk selamanya Tuhan baik. Tapi saya tidak bisa mengatakan itu. Saya tidak dapat melihat kasih Tuhan dalam hidup saya karena rasa sakit dan penderitaan yang saya alami. Saya tidak mengerti kenapa ini bisa terjadi atas diri saya. Rupanya Tuhan tahu kalau saya akan dilahirkan seperti ini dan saya pikir kalau Dia mengasihi saya, seperti kepada yang lainnya, kenapa Dia membiarkan saya dilahirkan seperti ini… dan juga, kalau Dia dapat melakukan segala sesuatu, mengasihi dan memperdulikan saya, lalu mengapa Dia tidak memberikan saya tangan dan kaki secara mujizat? Untuk beberapa tahun saya marah pada Tuhan, tidak bicara kepadaNya dan tidak mau melakukan apapun untukNya, sebab dalam setiap keadaan membuat saya bertanya dimanakah Tuhan? Apakah Dia itu benar-benar ada? Apakah Dia mendengar doa kita? Pertanyaan-pertanyaan ini yang selalu terlintas dalam benak saya.

Host: Kapan anda bisa menerima diri anda apa adanya?

Nick: Waktu saya berusia 8 tahun, saya mengalami depresi yang sangat berat. Dipenuhi oleh kemarahan saya terhadap Tuhan, membuat saya ingin menyerah dari hidup ini. Saya selalu bergantung pada orang lain, bahkan untuk mengambil segelas airpun saya tidak mampu. Jadi daripada saya membebani orang lain, lebih baik saya akhiri saja hidup saya. Saya tidak menemukan arti dan tujuan hidup saya… Seperti tertulis dalam kitab suci, bahwa Tuhan memiliki harapan dan masa depan untuk kita, tapi saya sama sekali tidak menemukan harapan dan masa depan bagi hidup saya. Jadi seringkali saya tidak mengerti bagaimana saya bisa menikah, berkeluarga, hidup sepeti orang normal dan yang lainnya… dan sekalipun menikah, bagaimana saya bisa memegang tangan istri saya? Hal-hal inilah yang terjadi atas diri saya. Namun perubaan datang saat umur saya 13 tahun. Tadinya saya berpikir bahwa saya adalah satu-satunya orang di dunia ini yang memiliki ketidakmampuan seperti ini. Lalu ibu saya menunjukkan sebuah koran yang memuat artikel tentang seseorang yang mampu mengatasi ketidakmampuannya sendiri. Dan itu membuka pikiran saya, bahwa mungkin saya bukan satu-satunya orang yang menderita. Saya mulai melihat ini sebagai berkat, dan saya melihat hidup saya bukan setengah kosong melainkan setengah penuh. Saya tidak tahu berapa penuh, tapi saya melihat kekurangan ini sebagai karunia.

Host: Pernahkah anda berpikir untuk menikah?

Nick: Tentu saja

Host: Menurut anda, mengapa orang mudah menyerah? Apa harapan anda jika mereka saat ini melihat anda?

Nick: Saya di sini bukan untuk memotivasi karena itu bersifat sementara, saya di sini untuk memberikan inspirasi, karena inspirasi itu bersifat kekal. Dan saya ingin orang mengingat saya waktu mereka melalui masa yang sukar. Saya ingin orang melihat hidup saya sebagai contoh dari kasih karunia Tuhan, supaya semua orang tahu bahwa saya memiliki harapan hanya di dalam Yesus Kristus.

*Roma 5:3-5,
Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.

Berikut adalah video Nick Vujicic dengan soundtrack 'Something More':
www.4shared.com/video/apk85TWo/Nick_Vujicic_-__Something_More.html

Lanjutkan membaca:
www.facebook.com/photo.php?fbid=346208335461782&id=100002178547439&set=a.331666736915942.73651.100002178547439

Kesaksian Basuki Tjahaja Purnama (AHOK)





Berikut saya posting kesaksian pak Basuki TP (A Hok) yang beredar di beberapa milis. Setiap orang memiliki pengalaman iman berbeda bagaimana Kristus mengubah hidup mereka dan menjadi panutan didalam hidup. Bukan suatu kebetulan kalau sayapun mendapat peneguhan melalui kisah nabi Yesaya setelah berkeliling ke berbagai pelosok negeri. Ya, ini aku utuslah aku
(Yes 6:9). Itulah keputusan yang saya buat 8 tahun lalu saat masuk dunia politik. Dulu takutnya setengah mati, toh akhirnya masih bertahan sampai sekarang. Semoga dimanapun kita diutus kita tetap mengandalkan Kristus Sang Gembala Agung.
========================================================================================

Joko Widodo bersama dengan Basuki Tjahaja Purnama telah memenangkan putaran pertama PILKADA DKI Jakarta 11 Juli 2012.

Ini adalah kesaksian Basuki,
Saya lahir di Gantung, desa Laskar Pelangi, di Belitung Timur, di dalam keluarga yang belum percaya kepada Tuhan. Beruntung sekali sejak kecil selalu dibawa ke Sekolah Minggu oleh kakek saya. Meskipun demikian, karena orang tua saya bukan seorang Kristen, ketika beranjak dewasa saya jarang ke gereja.
Saya melanjutkan SMA di Jakarta dan di sana mulai kembali ke gereja karena sekolah itu merupakan sebuah sekolah Kristen. Saat saya sudah menginjak pendidikan di Perguruan Tinggi, Mama yang sangat saya kasihi terserang penyakit gondok yang mengharuskan dioperasi. Saat itu saya walaupun sudah mulai pergi ke gereja, tapi masih suka bolos juga. Saya kemudian mengajak Mama ke gereja untuk didoakan, dan mujizat terjadi. Mama disembuhkan oleh-Nya! Itu merupakan titik balik kerohanian saya.

Tidak lama kemudian Mama kembali ke Belitung, adapun saya yang sendiri di Jakarta mulai sering ke gereja mencari kebenaran akan Firman Tuhan.

Suatu hari, saat kami sedang sharing di gereja pada malam Minggu, saya mendengar Firman Tuhan dari seorang penginjil yang sangat luar biasa. Ia mengatakan bahwa Yesus itu kalau bukan Tuhan pasti merupakan orang gila. Mana ada orang yang mau menjalankan sesuatu yang sudah jelas tidak mengenakan bagi dia? Yesus telah membaca nubuatan para nabi yang mengatakan bahwa Ia akan menjadi Raja, tetapi Raja yang mati di antara para penjahat untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi Ia masih mau menjalankannya! Itu terdengar seperti suatu hal yang biasa-biasa saja, tetapi bagi saya merupakan sebuah jawaban untuk alasan saya mempercayai Tuhan.

Saya selalu berdoa “Tuhan, saya ingin mempercayai Tuhan, tapi saya ingin sebuah alasan yang masuk akal, cuma sekedar rasa doang saya tidak mau,” dan Tuhan telah memberikan PENCERAHAN kepada saya pada hari itu. Sejak itu saya semakin sering membaca Firman Tuhan dan saya mengalami (keajaiban) Tuhan.

Setelah saya menamatkan pendidikan dan mendapat gelar Sarjana Teknik Geologi pada tahun 1989, saya pulang kampung dan menetap di Belitung. Saat itu Papa sedang sakit dan saya harus mengelola perusahaannya. Saya takut perusahaan Papa bangkrut, dan saya berdoa kepada Tuhan. Firman Tuhan yang pernah saya baca yang dulunya tidak saya mengerti, tiba-tiba menjadi rhema yang menguatkan dan mencerahkan, sehingga saya merasakan sebuah keintiman dengan Tuhan. Sejak itu saya kerajingan membaca Firman Tuhan. Seiring dengan itu, ada satu kerinduan di hati saya untuk menolong orang-orang yang kurang beruntung.

Papa saat masih belum percaya Tuhan pernah mengatakan, “Kita enggak mampu bantu orang miskin yang begitu banyak. Kalau satu milyar kita bagikan kepada orang akhirnya akan habis juga.” Setelah sering membaca Firman Tuhan, saya mulai mengerti bahwa charity berbeda dengan justice. Charity itu seperti orang Samaria yang baik hati, ia menolong orang yang dianiaya. Sedangkan justice, kita menjamin orang di sepanjang jalan dari Yerusalem ke Yerikho tidak ada lagi yang dirampok dan dianiaya. Hal ini yang memicu saya untuk memasuki dunia politik.

Pada awalnya saya juga merasa takut dan ragu-ragu mengingat saya seorang keturunan yang biasanya hanya berdagang. Tetapi setelah saya terus bergumul dengan Firman Tuhan, hampir semua Firman Tuhan yang saya baca menjadi rhema tentang justice. Termasuk di Yesaya 42 yang mengatakan Mesias membawa keadilan, yang dinyatakan di dalam sila kelima dalam Pancasila. Saya menyadari bahwa panggilan saya adalah justice. Berikutnya Tuhan bertanya, “Siapa yang mau Ku-utus?” Saya menjawab, “Tuhan, utuslah aku”.

Di dalam segala kekuatiran dan ketakutan, saya menemukan jawaban Tuhan di Yesaya 41. Di situ jelas sekali dibagi menjadi 4 perikop. Di perikop yang pertama, untuk ayat 1-7, disana dikatakan Tuhan membangkitkan seorang pembebas. Di dalam Alkitab berbahasa Inggris yang saya baca (The Daily Bible – Harvest House Publishers), ayat 1-4 mengatakan God’s providential control, jadi ini semua berada di dalam kuasa pengaturan Tuhan, bukan lagi manusia. Pada ayat 5-10 dikatakan Israel specially chosen, artinya Israel telah dipilih Tuhan secara khusus. Jadi bukan saya yang memilih, tetapi Tuhan yang telah memilih saya. Pada ayat 11-16 dikatakan nothing to fear, saya yang saat itu merasa takut dan gentar begitu dikuatkan dengan ayat ini. Pada ayat 17-20 dikatakan needs to be provided, segala kebutuhan kita akan disediakan oleh-Nya. Perikop yang seringkali hanya dibaca sambil lalu saja, bisa menjadi rhema yang menguatkan untuk saya. Sungguh Allah kita luar biasa.

Di dalam berpolitik, yang paling sulit itu adalah kita berpolitik bukan dengan merusak rakyat, tetapi dengan mengajar mereka. Maka saya tidak pernah membawa makanan, membawa beras atau uang kepada rakyat. Tetapi saya selalu mengajarkan kepada rakyat untuk memilih pemimpin: yang pertama, bersih yang bisa membuktikan hartanya dari mana. Yang kedua, yang berani membuktikan secara transparan semua anggaran yang dia kelola. Dan yang ketiga, ia harus profesional, berarti menjadi pelayan masyarakat yang bisa dihubungi oleh masyarakat dan mau mendengar aspirasi masyarakat. Saya selalu memberi nomor telepon saya kepada masyarakat, bahkan saat saya menjabat sebagai bupati di Belitung. Pernah satu hari sampai ada seribu orang lebih yang menghubungi saya, dan saya menjawab semua pertanyaan mereka satu per satu secara pribadi. Tentu saja ada staf yang membantu saya mengetik dan menjawabnya, tetapi semua jawaban langsung berasal dari saya.

Pada saat saya mencalonkan diri menjadi Bupati di Belitung juga tidak mudah. Karena saya merupakan orang Tionghoa pertama yang mencalonkan diri di sana. Dan saya tidak sedikit menerima ancaman, hinaan bahkan cacian, persis dengan cerita yang ada pada Nehemia 4, saat Nehemia akan membangun tembok di atas puing-puing di tembok Yerusalem.

Hari ini saya ingin melayani Tuhan dengan membangun di Indonesia, supaya 4 pilar yang ada, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya wacana saja bagi Proklamator bangsa Indonesia, tetapi benar-benar menjadi pondasi untuk membangun rumah Indonesia untuk semua suku, agama dan ras. Hari ini banyak orang terjebak melihat realita dan tidak berani membangun. Hari ini saya sudah berhasil membangun itu di Bangka Belitung. Tetapi apa yang telah saya lakukan hanya dalam lingkup yang relatif kecil. Kalau Tuhan mengijinkan, saya ingin melakukannya di dalam skala yang lebih besar.

Saya berharap, suatu hari orang memilih Presiden atau Gubernur tidak lagi berdasarkan warna kulit -d.l.l-, tetapi memilih berdasarkan karakter yang telah teruji benar-benar bersih, transparan, dan profesional. Itulah Indonesia yang telah dicita-citakan oleh Proklamator kita, yang diperjuangkan dengan pengorbanan darah dan nyawa. Tuhan memberkati Indonesia dan Tuhan memberkati Rakyat Indonesia.

Silahkan dibagikan, Tuhan Yesus memberkati kita semua

Sumber: ALKITAB

baca juga:
http://www.facebook.com/media/set/?set=a.331666736915942.73651.100002178547439&type=3

JESUS SEMINAR




YESUS. Siapakah dia ini sehingga namanya ramai dibicarakan di seluruh dunia dan sejarah dihitung waktunya secara populer dan dikaitkan dengan namanya dan kelahiran semua pemimpin spiritual dan sekular di dunia dikaitkan tahunnya dengan tahun kelahiran Yesus? (BC = before christ & AD = anno domini). Kebangkitan Yesus sebagai juruselamat manusia juga menghasilkan lambang salib yang di
gunakan sebagai lambang bendera Swiss dan kemudian oleh Henri Dunant digunakan sebagai lambang palang merah yang bila ada yang datang dengan tanda ini berarti pengharapan hidup dan keselamatan datang? Suatu kebetulan atau ada unsur kebenaran sejarah dibaliknya? Soalnya, negara-negara Arab syak terhadap tanda ini dan menggantinya dengan tanda Bulan Sabit (Red Crescent).

Namun, sepanjang sejarah nama itu juga banyak dipersoalkan, ditolak bahkan dicerca banyak orang, tetapi sekaligus nama itu tetap disebut, dipercaya dan dimuliakan banyak orang pula.

MASA HIDUP YESUS

Sejak kelahirannyapun Yesus tidak dianggap istimewa oleh lingkungannya, orang Farisi pernah menyebutnya pesuruh ‘Beelzebul’ penghulu setan (Mat.12:24) dan ketika akan disalib ia di olok-olok dan dihina sebagai ‘raja’ dan direndahkan lebih rendah dari seorang pembunuh bernama ‘Barabas’ (Mat.27:21). Di kalangan orang kebanyakan, Yesus disebut sebagai ‘Yohanes Pembaptis, Elia atau Yeremia’ (Mar.8:27), tetapi banyak juga yang menyebutnya ‘Tuhan’.

Keragu-raguan akan siapa Yesus sebenarnya juga terjadi di kalangan murid-murid Yesus. Thomas ‘meragukan kebangkitannya’ (Yoh.20:25), dan Yudaslah yang menyerahkan Yesus untuk di salib. Tetapi, menanggapi pertanyaan Yesus yang berbunyi “siapakah Aku ini?” , dengan yakin Petrus yang pernah menyangkali Yesus sampai tiga kali mengatakan “Engkau adalah Messias, Anak Allah yang hidup.” (Mat.16:15-16). Para Rasul lainnya juga berlandaskan ajaran mereka pada Yesus sebagai Kristus dan Tuhan, bahkan rasul Paulus menjadikan peristiwa kebangkitan Yesus sebagai fondasi iman Kristen:

“Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih tinggal dalam dosamu.” (Ikor.15:17).

SEPANJANG SEJARAH GEREJA

“Itu kan kata Alkitab” kata sebagian orang, dan gema komentar ini terus timbul sepanjang sejarah gereja di tengah mayoritas umat Kristen yang tetap mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan.

Perkembangan Rasionalisme yang mempengaruhi kekristenan menghasilkan keragu-raguan akan nilai ‘Yesus Sejarah’ yang disebut Alkitab, bahkan kemudian sejalan dengan tumbuhnya ‘Kritik Historis’ atas Alkitab oleh Teologia Liberal sejak abad ke XVIII, pada abad ke-XIX dikenal dengan ‘The Quest’ [I/] (penyelidikan) ramailah dipersoalkan soal ‘Yesus Sejarah’ terutama oleh [I]David Friedrich Strauss, Albert Schweitzer dan Joseh Ernst Renan, ini memuncak dalam diri Rudolf Bultmann yang dikenal dengan ‘demitologi’sasinya itu pada medio abad ke-XX.

Strauss mempersoalkan mujizat Yesus yang dikatakannya tidak benar-benar terjadi dan Reimarus menyebutnya sebagai mitos. Albert Ritschl menjadikan etika Yesus sebagai jantung keristenan, Adolf Harnack menyebut Yesus sebagai manusia pembawa damai bagi orang lain, Albert Schweitzer menolak liberalisme lama yang mengabaikan unsur eskatologis Yesus tetapi ia juga menolak mujizat. Faham anti-supranatural ini memuncak dalam diri Rudolf Bultmann yang memisahkan Yesus Iman dan Yesus Sejarah yang dikenal dengan ‘demitologisasi’nya itu.

Pada umumnya kritik-kritik itu berkisar pada penolakan akan hal-hal yang bersifat supra-natural disekeliling sejarah Yesus terutama soal kelahirannya dari anak dara, mujizat yang dilakukan dan kebangkitannya, sehingga ketuhanan Yesus ditolak dan Yesus dipaksakan untuk sekedar menjadi manusia biasa yang mengalami pergumulan sosial dan politik di Palestina di abad pertama.

Dirintis Ernst Kasemann murid Bultmann dari Jerman, dimulailah ‘The New Quest’ (penyelidikan baru) yang memuncak dalam apa yang disebut ‘Jesus Seminar’ di Amerika Serikat dengan tokoh a.l. Robert Funk dan John Dominic Crossan. Ini disusul dengan ‘The Third Quest‘ (penyelidikan ketiga) dengan tokoh-tokohnya a.l. Marcus Borg dan E.P. Sanders. Banyak teolog-teolog demikian menyebut ‘Yesus sebagai pemimpin dan pemberontak Yahudi yang gagal’.

Perbedaan penting masa ‘the quest’ dengan ‘the new & third quests’ adalah bahwa pada penyelidikan pertama kitab Injil diterima sebagai benar tetapi aspek mujizatnya ditolak, sedangkan dalam penyelidikan-penyelidikan berikutnya justru kebenaran kitab Injil itulah yang ditolak dan dinilai dari pemikiran rasionalisme, kitab apokrifa atau rekaan manusia modern. Kritik-kritik demikian berjalan terus dan sejalan dengan era informasi sejak tahun 1960-an, mass mediapun termasuk Film, TV, Radio, Majalah, Surat Kabar& Internet dijadikan sarana untuk menyebar-luaskan keragu-raguan akan Yesus Sejarah.

YESUS DALAM ERA INFORMASI

Sejak tahun 1960-an bermunculan buku-buku dan film-film yang mencoba mendiskreditkan pribadi Yesus, dan ini memuncak pada pertengahan tahun 1980-an dengan aktipnya Jesus Seminar di Amerika Serikat yang mempopulerkan keragu-raguannya melalui mass media dengan intensip.

Di tahun 1960-an terbit sebuah buku yang kemudian difilmkan di tahun 1970-an dengan judul ‘Jesus Christ Superstar‘ karya Tim Rice dan Andrew Lord Weber yang menjadikan Yudas Iskariot sebagai pahlawan dan Yesus digambarkan sebagai seorang yang frustrasi dan mati dalam kegagalan. Di tahun 1980-an terbit pula karya Nikos Kazantzakis yang difilmkan dengan judul ‘The Last Temptation of Christ’ dimana disamping skandal Yesus dengan Maria Magdalena yang dipertunjukkan disitu dan usaha Yesus yang ingin melepaskan diri dari ‘godaan terakhir‘ kepuasan seksualnya di kayu salib, Yesus mengucapkan::

“Aku seorang penipu, aku seorang munafik, aku takut akan segala sesuatu … Lucifer ada di dalam diriku.”

Memang Martin Scorsese yang menyutradarai film tersebut pada awal film menyatakan bahwa ‘Film ini tidak didasarkan kitab-kitab Injil tetapi cerita fiksi tentang pertentangan rohani yang kekal,’ namun film itu tidak terhindarkan telah menjadi film yang meng-olok-olok Yesus dan kekristenan. Tragisnya beberapa pendeta termasuk yang ada di Indonesia ikut mempromosikan film tersebut.

Puncak dari promosi perendahan Yesus itu terjadi ketika pada tahun 1985 ada sekelompok teolog Amerika Serikat merintis apa yang disebut sebagai “Jesus Seminar”. Ini disambut mass media ketika hasil seminar itu dibukukan pada tahun 1993. Midwest Today, sebuah majalah dalam edisi Maret 1994 mengangkat masalah ini dengan judul ‘Debate Rages Over the Jesus Seminar’ dengan sub-judul berbunyi:

“Ketika 77 ahli Alkitab menyebut bahwa 80% dari yang dianggap ucapan Yesus dalam Alkitab sebenarnya tidak diucapkan Yesus, kepanikan menyebar.”

Majalah Time dalam edisi Paskahnya (8 April, 1996) memperkenalkan soal Jesus Seminar ini secara internasional dengan judul ‘The Gospel Truth’ dengan sub-judulnya:

“Yesus Seminar yang provokatif mengemukakan bahwa tidak banyak bagian Perjanjian Baru dapat dipercaya. Bila demikian, apa yang dipercaya orang Kristen?”

Film mutakhir yang sedang dipersiapkan oleh Paul Verhoeven (peserta Jesus Seminar dan sutradara film Basic Instinct, Showgirls dan Robocop) dan Sharon Stone (pemain film Basic Instinct) adalah tentang Yesus dalam kemanusiaannya yang penuh yang berpacaran dengan Maria Magdalena.

Masalah studi ‘Yesus Sejarah’ yang semula merupakan perdebatan sekelompok teolog, dalam era informasi yang dipacu oleh pemuatan di surat kabar, majalah dan TV, dan buku-buku telah mencuat menjadi debat terbuka yang cukup mendatangkan silang-pendapat yang kontroversial lebih-lebih dengan berita-berita provokatif seperti di atas, apalagi dengan terbitnya buku-buku ‘pop-Yesus Sejarah’ seperti karya John Shelby Spong yang menyebut Maria diperkosa dan melahirkan Yesus, Barbara Thiering menyebut ‘Yesus menikah dengan Maria Magdalena, bercerai, kawin lagi dengan Lydia dan kemudian mempunyai tiga anak’ sedang Crossan mengatakan bahwa ‘Yesus mati disalib dan mayatnya dimakan anjing’, sedang Michael Baigent menyebut Yesus tidak mati di salib kemudian lari dan menetap di Perancis Selatan, dan adapula yang menyebutnya lari ke Kashmir.

Di internet sekitar 400.000 bahan dibawah judul ‘Jesus Seminar’ bisa ditelusuri dan di Indonesia di toko-toko buku asing yang sekarang mulai beroperasi di mal-mal di kota-kota besar di Indonesia, dijual buku-buku mengenai ‘Yesus Sejarah’ terbitan luar negeri seperti antara lain tulisan Jesus Seminar, John Dominic Crossan, dan Barbara Thiering yang sekalipun tidak bergabung dengan Jesus Seminar tetapi mempunyai misi serupa.

JESUS SEMINAR

‘Jesus Seminar’ diselenggarakan atas sponsor Westar Institute di Amerika Serikat dengan maksud memperbaharui penyelidikan Yesus Sejarah tepatnya ‘ucapan-ucapan Yesus yang otentik.’ Laporan lengkap penyelidikan ini dibukukan dalam buku berjudul ‘The Search for the Authentic Words of Jesus, The Five Gospels, What Did Jesus Really Say?’ (1993). Pada bagian awal halaman v buku itu kita dapat melihat kemana arah nafas seminar tersebut:

“Laporan ini dipersembahkan kepada Galileo Galilei yang mengubah pandangan kita mengenai surga selamanya. Thomas Jefferson yang menggunakan gunting dan memotong-motong Kitab Injil. David Friedrich Strauss yang mempelopori penyelidikan mengenai Yesus Sejarah.”

Seminar ini diketuai Robert W Funk, ahli Perjanjian Baru profesor pada Montana University, dan John Dominic Crossan, rahib Roma Katolik Irlandia yang terpaksa melepaskan kerahibannya karena pandangannya yang kontroversial atas Alkitab dan profesor pada De Paul University, Chicago di Amerika Serikat. Disebutkan dalam prakata buku itu bahwa buku itu disusun setelah 6 tahun kerja oleh ahli-ahli yang disebut dididik di universitas-universitas terkemuka di Eropah dan Amerika Serikat. Pertemuan pertama pada tahun 1985 diikuti 30 peserta dan dikatakan bahwa 200 orang lainnya kemudian ikut bergabung. Pertemuan diadakan dua kali setahun untuk mendiskusikan satu-persatu ucapan-ucapan Yesus yang ada dalam Alkitab.

Buku itu selain berisi hasil seminar juga memuat terjemahan kitab Injil yang disebut sebagai ‘The Five Gospels’ dengan memasukkan ‘Injil Thomas’ sebagai Injil ke lima. Dan karena para pengikut seminar mempercayai teori Injil Markus sebagai kitab Injil tertua, maka Injil Markus diletakkan di depan kemudian disusul Injil-Injil Matius, Lukas dan Yohanes dan baru Injil Thomas. Terjemahan ini disebut sebagai ‘The Scholar Version’ (SV) yang memberikan kesan akademik, dan yang dianggap merupakan versi untuk bisa dengan mudah dimengerti oleh pembaca Amerika modern dengan versi yang dikatakan sebagai paling dekat dengan apa yang bisa didengar oleh jemaat abad pertama. Aktivitas seminar adalah:

Pertama, mengumpulkan ‘ucapan-ucapan yang dianggap dari Yesus’ dari kurun waktu 300 tahun baik dari Alkitab maupun dari sumber-sumber kuno yang mungkin dikumpulkan. Ucapan-ucapan yang berjumlah sekitar 1500 itu kemudian dibagi dalam 4 kategori, yaitu perumpamaan, aforisme, percakapan, dan cerita yang mengandung ucapan Yesus. Ucapan-ucapan lebih pendek dianggap lebih asli karena orang lebih mudah mengingatnya daripada kalimat-kalimat panjang yang mungkin disusun kemudian dan sudah berkembang dan dibumbui.

Kedua, kemudian dilakukan pemungutan suara (voting) oleh yang hadir untuk menentukan keaslian ucapan itu. Dalam penentuan keaslian itu tersedia empat pilihan, yaitu yang dianggap ucapan Yesus yang:

(1) Asli diberi warna merah, yaitu yang dianggap ucapan Yesus sendiri;

(2) Mungkin Asli diberi warna merah muda, yaitu untuk menunjukkan ucapan Yesus yang masih diragukan atau telah mengalami perubahan-perubahan selama proses salinan;

(3) Mungkin Tidak Asli diberi warna abu-abu, yaitu ucapan yang tidak diucapkan oleh Yesus tetapi mengandung gagasan Yesus; dan

(4) Tidak Asli diberi warna hitam, yaitu ucapan yang dianggap bukan dari Yesus dan ditulis pengikutnya atau musuhnya.

Ucapan-ucapan itu disusun untuk merekonstruksikan sejarah kehidupan Yesus. Selain itu, Jesus Seminar mencoba untuk memperjelas pemisahan antara ‘Yesus Sejarah’ dan ‘Yesus Iman,’ termasuk di dalamnya mengenai Inspirasi dan ketidak bersalahan (Inerrancy) Alkitab dan pembedaan Yesus (ke-manusia-an) dari Kristus (ke-Tuhan-an), dan beberapa masalah dibahas seperti sumber-sumber dan hubungan antar kitab Injil, tempat Injil Thomas sebagai Injil ke Lima, dan soal tradisi ucapan Yesus.

Yang menarik dari metodologi penyimpulan yang digunakan adalah cara voting, dengan kata lain kebenaran ucapan Yesus ditentukan hanya dengan pemungutan suara mayoritas ‘responden’ puluhan peserta yang hadir. Hanya beberapa puluh orang yang menentukan mana ucapan Yesus dalam kitab-kitab Injil itu yang dapat dikata asli, mungkin asli, mungkin tidak asli, dan tidak asli. Dari komposisi responden dan angket demikian jangan heran kalau keluar kesimpulan bahwa ’82 persen ucapan dalam kitab-kitab Injil bukan ucapan Yesus. ‘ menarik pula melihat hasil-hasil angket tersebut.

Dalam ‘Injil Markus’ yang dianggap sumber Matius dan Lukas, hanya ada satu yang dianggap ucapan asli Yesus (12:17), padahal ‘Injil Matius‘ ada 5 ayat atau kumpulan ayat yang dianggap asli diucapkan oleh Yesus (5:39-42,44; 6:9;13:33; 20:1-15) dan dalam ‘Injil Lukas’ malah ada 7 ayat atau kumpulan ayat yang dianggap asli diucapkan oleh Yesus (6:20-21,27,29-30; 10:30-35;11:2;13:20). Jadi jangan heran kalau ‘Kotbah di Bukit’ (Matius 5-7) hampir seluruhnya dianggap bukan ucapan Yesus (kecuali 5:39-42, dan sebagian dari 5:44, dan doa Bapa kami hanya kata ‘Bapa kami’ dalam 6:9-lah yang diberi warna merah), lagipula ayat Matius 28:19-20 yang merupakan ayat yang berisi ‘Amanat Agung Tuhan Yesus’ malah dianggap sama sekali tidak asli (diberi warna hitam), malah, dalam ‘Injil Yohanes’ tidak ada yang bisa dianggap sebagai ucapan Yesus yang asli dan hanya satu yang disebut sebagai ‘mungkin’ (4:44) yang diberi warna merah muda.

Jadi motivasi dan misi Jesus Seminar jelas terlihat ditujukan untuk membungkam Yesus dan kitab-kitab Injil, Yesus tidak dianggap mengaku sebagai Mesias dan ‘Allah yang menjadi daging’, ia tidak berbicara mengenai kedatanganNya keduakali, ia tidak menjanjikan akan mengampuni dosa, ia tidak mengkotbahkan ‘kotbah di bukit’, dan bahkan ia tidak pernah ‘mengutus murid-muridnya’ untuk memberitakan Injil.

Yang lebih menarik lagi adalah bahwa kitab ‘Thomas’, dari 114 fasal, hanya ada 6 ayat dalam tiga fasal (20:2-4; 54:1, dan 100:2-3) yang dianggap asli ucapan Yesus! dan ini dianggap Injil yang lebih berotoritas dan dianggap sumber kitab-kitab Injil kanonik.

Dapatkah kesimpulan angket demikian diterima keabsahannya? Pembaca dapat menyimpulkannya sendiri. Yang jelas, kesimpulan demikianlah yang disebar luaskan secara terbuka di mass media tanpa ada pemeriksaan serius dari pihak mass media dan pembahasan persidangan gereja, dan hanya pembaca kritis yang mau menyelidiki apa yang ada di balik pernyataan-pernyataan itulah yang bisa mengetahui lika-liku yang dianggap ‘the scholars version’ tersebut. Kenyataan lain adalah bahwa sekalipun mungkin memilih sama dalam voting, para peserta yang terlibat tidak selalu berfikir sama mengenai hal-hal yang dipercaya. Sebagai contoh, Crossan mengatakan bahwa ‘Yesus Funk’ beda dengan Yesusnya, dan dalam buku ‘The Five Gospels’ disebutkan oleh Funk mengenai Marcus Borg bahwa sepanjang sejarah seminar, Borg tidak pernah ikut voting bersama mayoritas atas setiap isu.

Hal lain lagi yang perlu direnungkan adalah apa pandangan iman dan teologis yang bisa diharapkan dari seorang Paul Verhoeven sutradara film mistik ‘Robocop’ dan film porno ‘Basic Instinct‘ dan ‘Showgorls’ yang dengan bintang Sharon Stone pemain ‘Basic Instinct’ sedang membuat film Yesus yang benar-benar hanya seorang manusia (seperti pemuda modern) yang di dalamnya berpacaran dengan Maria Magdalena? Makalahnya Verhoeven berjudul ‘Fully Human’ disampaikan pada forum Jesus Seminar yang di tahun 1994 dimana pada saat yang sama Jesus Seminar menyimpulkan bahwa ‘Jesus tidak dilahirkan dari anak dara Maria, Yesus lahir dalam proses sebagai layaknya manusia biasa’.

Disebutkan pula dalam prakatanya bahwa buku itu disusun setelah 6 tahun kerja oleh ahli-ahli yang disebut sebagai dididik di universitas-universitas terkemuka di Eropah dan Amerika Serikat. Dalam kenyataannya, kecuali Marcus Borg, Robert W. Funk dan John Dominic Crossan, umumnya anggota lainnya adalah teolog biasa yang tidak menonjol. Dari para ahli Perjanjian Baru di universitas-universitas terkemuka, hanya Claremont University yang diwakili, sedangkan pengikut dari Emory University hanya sekali datang. Para ahli Perjanjian Baru dari universitas-universitas terkemuka seperti Yale, Harvard, Princeton, Duke, Union, Emory maupun Chicago, tidak ada yang diwakili. Para ahli Perjanjian Baru dari Eropah dan benua lain juga tidak ada yang diwakili.

Lepas dari itu sebenarnya para peserta seminar bukanlah tergolong tokoh dalam pendidikan teologi. Kecuali Crossan dan Borg yang punya pengalaman mengajar di universitas umumnya peserta seminar adalah orang-orang yang tidak banyak dikenal di kalangan pendidikan tinggi teologia. Para peserta yang hadir tidak ada yang mewakili seminari teologia sekalipun mereka mengajar di sana lebih-lebih seminari teologia papan atas, mereka bertindak sebagai pribadi-pribadi. Sekalipun yang hadir pertama kali disebut berjumlah 30 orang dan dikatakan kemudian diikuti 200 orang lainnya, kenyataannya berita itu dibesar-besarkan. Faktanya yang hadir dalam pertemuan tengah tahunan itu rata-rata hanya sekitar 30 orang saja. Dalam buku ‘The Five Gospels’ (1993) yang ditulis setelah 8 tahun berdirinya Jesus seminar, hanya disebutkan daftar 76 orang yang terlibat.

Sekalipun Funk pernah menjadi sekertaris pada ‘Society of Biblical Literature’ (SBL) di Amerika Serikat, Jesus Seminar tidak ada hubungan sama sekali dengan SBL. Karena itu dengan melihat angka-angka peserta di atas adalah terlalu ceroboh untuk menganggap kesimpulan seminar itu sebagai mewakili dunia teologi mengingat bahwa SBL saja mempunyai anggota sejumlah 6.900 orang yang setengahnya spesialis Perjanjian Baru, dan ini belum termasuk tokoh-tokoh Alkitab di luar SBL atau yang bergabung dalam paguyuban ahli-ahli Perjanjian Baru sedunia ‘Studiorum Novi Testamenti Societas’.

Kelihatannya para ahli yang berkumpul adalah mereka dikenal merupakan kelompok teolog yang memang bernada sumbang akan kekristenan dan antipati terhadap konservativisme Kristen, dan sekalipun pengaruhnya menyebar luas, ternyata setelah lebih dari 10 tahun sejak tahun 1985, Jesus Seminar dalam prosesnya juga mengalami pendewasaan pula. Ungkapan-ungkapan para peserta Seminar yang semula begitu meyakinkan bahkan radikal, dengan adanya kritik-kritik dari luar ternyata kemudian berubah melunak. Ini menunjukkan bahwa mereka berangsur-angsur mengakui juga keterbatasan mereka.

Dari ucapan penemu ‘Jesus Seminar’ Robert W. Funk, kita dapat melihat bahwa memang motivasi dan tujuan seminar ini adalah untuk mencari suatu cerita fiksi baru tentang Yesus dan Injil yang berbeda dengan cerita Injil tradisional. Ia mengatakan:

“Apa yang kita butuhkan adalah cerita fiksi yang baru yang membawa kita menuju kejadian sentral drama Kristen-Yahudi dan merujukkan Mesias dengan cerita baru yang mencakup hal lebih besar daripada awal sampai akhir cerita lama. Kita memerlukan cerita baru tentang Yesus, Injil yang baru, bila kamu mau, menempatkan Yesus berbeda dalam kerangka besar cerita kepahlawanan.”

Sebenarnya hal ini tidak aneh, soalnya sejak awal dan bertahun-tahun sebelumnya kedua pendiri dan ketua Jesus Seminar yaitu Funk dan Crossan sudah mempunyai gagasan kontroversial dan provokatif, itu pula yang menyebabkan Crossan harus menanggalkan jubah kerahibannya di gereja Roma Katolik. Jadi adanya Jesus Seminar bukanlah untuk menyelidiki dan mencari kebenaran tetapi lebih untuk mencari legitimasi pandangan radikal mereka. Polemik yang ‘sensasional’, ‘provokatif’ dan ‘kontroversial’ dalam alam Amerika Serikat memang mudah dijual. Karena itu dengan datangnya modal dari Westar Institute dan liputan mass media yang intensif termasuk liputan majalah ‘Time’ ke seluruh dunia, seminar ini menjadi terkenal. Dalam seminar-seminar yang diadakan secara berpindah-pindah dari kota-ke-kota memang mass media sengaja diundang untuk meliput bahkan wawancara diberikan.

Sebenarnya di Amerika Serikat ada banyak badan-badan yang menghibahkan dana besar bagi para teolog dan seminari teologi untuk studi kebenaran Alkitab, tetapi berita yang menguatkan alibi Yesus Sejarah tidak akan menarik mass media dan kurang laku menjadi komoditi bisnis komunikasi massa. Berita-berita yang bersifat skandal, sensasional, kontroversial, dan provokatif lebih laku di jual melalui mass media pada masakini (ingat berita skandal seks Clinton yang berkepanjangan). Dalam alam sekular semacam Amerika Serikat dimana ‘kotbah untuk bertobat dan hukuman kekal’ sangat dimusuhi dapat dimengerti kalau seminar yang menyimpulkan bahwa Yesus tidak pernah mengatakan dan menyuruh manusia untuk bertobat tentu akan laku keras.

Kelemahan besar dari metoda penyelidikan Jesus Seminar adalah hanya terkonsentrasi pada kitab-kitab Injil, inipun dengan maksud untuk dibandingkan dengan kitab-kitab Apokrifa yang dianggap lebih berotoritas, sedangkan data-data Yesus dalam kitab-kitab para Rasul dan tulisan para Rasul diabaikan karena dianggap rekayasa gereja. Rasul Paulus dianggap sebagai tidak mempunyai minat pada Yesus, gaya cerita dalam Kitab-Kitab Injil dan Kisah Para Rasul hanya dianggap sebagai kemasan mitos yang didasarkan pada iman para murid Yesus.

Demikian semua ucapan yang dianggap sudah berkembang harus dihapus. Kanon yang sudah menjadi dasar ajaran iman gereja selama duapuluh abad tidak mendapat tempat selayaknya dalam seminar karena isinya dianggap hanya mengungkapkan Yesus Iman dan bukan Yesus Sejarah. Sebaliknya, Injil Thomas diberi tempat istimewa sebagai ‘Injil ke-Lima’.

Kesaksian Agnes Monica: "Aku Ingin Breprestasi Dalam Jalan Tuhan."





Cantik, multi talenta, rendah hati dan sarat prestasi, itulah yang teringat dibenak setiap orang ketika mendengar nama Agnes Monica. Langkahnya begitu mengejutkan ketika bermain peran bersama artis papan atas asia Jerry Yan hingga digandeng penyanyi legendaries dunia Michael Bolton. Namun dengan rendah hati semua berkat itu teta
p dirinya serahkan kepada kehendak Tuhan.

Sederet prestasi berhasil didapatnya. Dua kali penghargaan di ajang Asia Song Festival di Seoul, Korea Selatan didapatkanya selama dua tahun berturut-turut. Disamping prestasi gemilang ketika merengkuh 7 nominasi kemenangan dalam Festival Jpop Asia Awards. Agnes pun pernah didaulat menjadi pemandu acara pada karpet merah pegelaran American Music Awards 2010 di Los Angeles, Amerika Serikat.

Ketika diwawancarai oleh sebuah media online, Agnes menyatakan bahwa seluruh penghargaan dan prestasi yang diraihnya saat ini berasal dari kekonsistenan kerja yang dirinya jalani dan fokus terhadap segala sesuatu yang menjadi pekerjaannya. “Hal pertama yang aku pikirakan adalah fokus sama kerjaan. Tentang apa yang harus aku rekam, bukan tentang senang-senangnya. Fokus dengan apa yang bisa aku kerjakan dengan baik. Bring me to the next level.” Ungkap dara kelahiran Jakarta 1 Juli 1986 tersebut.

Agnes juga mendefinisikan secara baik mengenai prestasi juga kesuksesan yang didapatnya juga kebanggaan tersendiri terhadap hasil kerja keras yang disandarkan kepada karya dan rencana Tuhan. “Sukses menurut aku adalah sukses karir dan sukses kehidupan rohani. Sekarang yang paling aku banggakan bukan award itu, tapi aku tahu bagaimana aku mendapatkan award itu dengan jalan yang benar. Gimana aku tetep dekat dengan Tuhan. Bangga kalau pegang piala itu dan aku tahu itu berkat Tuhan, bahwa aku sudah bekerja keras dan mendapat berkat Tuhan. Karena aku nggak mau bikin orang terinspirasi karena karisma aku. Aku ingin berprestasi dalam jalan Tuhan,” ujarnya.

Satu lagi kisah dan kesaksian inspiratif atas karya Tuhan yang luar biasa terhadap setiap hambanya yang menyandarkan diri dan berpegang kepada penyertaan Tuhan. Agnes pun menjadi satu contoh bukti kekonsistenan dan rasa bersyukur terhadap talenta indah yang Tuhan berikan kepadanya.

Love Our Parents !




Suatu hari seorang sahabat saya pergi ke rumah orang jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti werdha bersama dengan teman-temannya. Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba mata teman saya tertumpu pada seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong.

Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencob
a mengajaknya berbicara. Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau mengobrol dengannya dan si opa menceritakan kisah hidupnya.

"Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai.. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal di rumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus.

Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai ke luar negeri dengan biaya yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah, juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.

Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak. Sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak kami sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukannya.

Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak efisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.

Tapi apa yang saya dapatkan? Setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda sehingga meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan.

Lalu saya tinggal di rumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita di dalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?

Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya dapatkan?

Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.

Sekarang sudah dua tahun saya di sini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri.

Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat-sahabat yang mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak saya."

Sejak itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang opa. Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan keceriaan apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung.

Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita...

Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian?
Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi seperti ini.

Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua.

When was the last time you chat to your parent? THEY NEED YOU!
Love your parents in anyway they are...


Coba renungkan ini . . . .

When you're young - Ketika kau masih muda . . .
They spent a lot of time to teach you how to eat with spoon or chopsticks. - Mereka menghabiskan banyak waktu untuk mengajarkan Anda bagaimana untuk makan dengan sendok atau sumpit . . . Teach you how to wear clothes, tie up the shoe laces, fasten the buttons - mengajarkan cara memakai baju, mengikat tali sepatu, kencangkan tombol . . . Teach you how to wash face, how to comb hair - Mengajarkan cara untuk mencuci wajah, bagaimana menyisir rambut . . . Teach you how to wipe the mucus, wipe your butt - Mengajarkan cara untuk menghapuS lendir, bersihkan bokong Anda . . . Teach you about human sense - Mengajarkan Anda tentang akal manusia . . .

Do you remember that both of you tried so hard just to sing a song? - Anda ingat bahwa saat Anda berdua berusaha keras hanya untuk menyanyikan sebuah lagu?

So, when they're getting older - Sehingga, ketika mereka semakin tua . . . When they can't manage to start conversation - Ketika mereka tidak sanggup memulai percakapan . . .

Do you remember that you had always asked where did you come from - Anda ingat bahwa Anda selalu bertanya darimana asalmu . . .

So, please don't blame them - Jadi, jangan menyalahkan mereka

When they've started to stain their clothes while eating - Ketika mereka sudah mulai menodai pakaian mereka sewaktu makan . . .

When their hands are started to shake while combing the hair - Ketika tangan mereka mulai goyang sambil menyisir rambut. . .

Please, don't be mad at them . . . Because you're slowly growing up, and they're slowiy getting old . . . - Tolong, jangan marah pada mereka. . . Karena Anda perlahan-lahan tumbuh, dan mereka perlahan-lahan mulai tua . . .

As long as you're with them - Selama Anda dengan mereka . . .

Their heart will remain happiness . . . - Hati mereka akan tetap kebahagiaan . . .

If one day, they couldn't even walk . . . - Jika suatu hari, mereka bahkan tidak bisa berjalan. . .

Please hold their hands and walk them with care - Silahkan memegang tangan mereka dan berjalan mereka dengan hati-hati

Just like,, just like the way they holded your hands last time - Sama seperti,, seperti cara mereka memegang tangan Anda terakhir kali . . .

Always Love n Very Love Myparents :*

Di Waktu Kumasih Kecil
Gembira Dan Senang
Tiada Duka Kukenang
Tak Kunjung Mengerang

Di Sore Hari Yang Sepi
Ibuku Bertelut
Sujud Berdoa Kudengar
Ada Namaku Disebut

Seringlah Ini Kukenang
Di Masa Yang Berat
Di Kala Hidup Mendesak Dan Nyaris Kutersesat

Melintas Gambar Ibuku
Sewaktu Bertelut
Kembali Sayup Kudengar, .... Namaku Disebut

Sekarang Dia Telah Pergi
Ke Rumah Yang Tenang
Namun Kasihnya Padaku Selalu Kukenang

Kelak Di Sana Kami pun
Bersama Bertelut
Memuji Tuhan Yang Dengan
Namaku Disebut

Di Doa Ibuku, Namaku Disebut
Di Doa Ibuku Dengar, Ada Namaku Disebut

Blessing,
~HSH~

Ket:
Diterjemahkan oleh Kevin Mr. Eben. T.