Beberapa waktu yang lalu, ada yang bertanya, “Masih adakah mukjizat bagi keadaan saya yang sedemikian ‘menderita’? Saya sudah sabar dan sudah banyak berusaha sejauh ini.”
Jika ada yang bertanya seperti itu kepada anda, secara gamblang sebagai orang beriman pastinya anda akan menjawab dengan hal-hal positif dengan penuh optimistis, “JELAS, masih, percaya dengan iman, dan lain-lain…”
Sounds Familiar? Yup, anggukkan kepala sekali jika anda setuju.
Namun jika anda yang dalam keadaan orang tersebut (si penanya/yang mengalami “penderitaan”), mendapat jawaban seperti itu anda akan berkata dalam hati, “Iya sih saya juga sudah tahu sebenarnya kalau tentang jawaban seperti itu, cuma saya tanya ini karena ungkapan hati yang sudah sangat lelah dan hampir putus harapan, karena seolah tidak ada perkembangan…”
Anggukkan kepala sekali lagi jika anda pernah atau sedang mengalami dan merasakannya…
Well, analogi panjang berikut ini didedikasikan untuk membedah makna mukjizat, terutama bagi yang saat ini sedang berharap akan terjadinya mukjizat…
Here we go…
Alkisah ada sebuah suami istri yang sudah tua yang tinggal di desa terpencil, kita sebut saja mereka Abah dan Emak. Setiap hari, mereka bekerja membuat tempe, kemudian si Abah menjualnya ke pasar. Jualan tempe merupakan satu-satunya sumber pendapatan mereka untuk bertahan hidup.
Suatu ketika Abah jatuh sakit, mau tak mau Emak harus mengambil alih tugas menjual tempe… Saat tengah bersiap-siap untuk pergi ke pasar menjual tempenya, tiba-tiba Emak sadar bahwa tempe buatannya hari itu masih belum matang, masih setengah jadi! Tentu saja tidak layak jual!
Emak merasa sangat sedih karena tempe yang masih muda dan belum matang pastinya tidak akan laku. Itu artinya, untuk hari itu mereka tidak akan mendapatkan pemasukan.
Ketika Emak dalam kesedihan, tiba-tiba Abah mengingatkan Emak bahwa Tuhan mampu melakukan perkara-perkara ajaib atau mukjizat, karena tiada yang mustahil bagiNya.
Emak tersenyum lalu berdoa, “Ya Allah, aku mohon kepadaMu agar terjadi mukjizat dimana kacang kedelai ini berubah menjadi tempe. Amin.” Begitulah doa ringkas yang dipanjatkannya sepenuh hati. Emak sangat yakin Allah pasti mengabulkan doanya!
Dengan tenang, Emak pun menekan-nekan bungkusan bakal tempe dengan ujung jarinya. Emak pun membuka sedikit bungkusan itu berharap untuk menyaksikan keajaiban kacang kedelai itu menjadi tempe! Namun… Emak termenung seketika sebab kacang itu masih tetap kacang kedelai yang belum matang benar! Ia bergumam lirih, “Belum terjadi mukjizat…”
Emak tidak putus asa, Emak percaya akan imannya, maka ia pun berdoa lagi, “Ya Allah, aku tahu bahwa tiada yang mustahil bagiMu, bantulah aku supaya hari ini aku dapat menjual tempe karena inilah mata pencarian kami. Aku mohon, jadikanlah kacang kedelaiku ini menjadi tempe. Amin.”
Dengan penuh harapan, Emak pun sekali lagi membuka sedikit bungkusan itu, untuk melihat hasilnya…
Well, apakah yang terjadi? Wew… Emak menjadi heran sebab kacang-kacang kedelai itu masih tetap seperti semula!!!
Hari pun semakin siang. Emak kemudian memaksakan diri untuk tetap pergi ke pasar membawa barang jualannya itu. Emak berpikir, mungkin keajaiban Allah akan terjadi dalam perjalanannya ke pasar.
Emak menyempatkan lagi untuk berdoa, “Ya Allah, aku percaya, Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju ke pasar, karuniakanlah keajaiban buatku, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Amin.” Dengan penuh keyakinan, wanita tua ini pun berangkat. Di sepanjang perjalanan, dia tetap tidak lupa membaca doa di dalam hatinya.
Sesampai di pasar, cepat-cepat Emak meletakkan barang-barangnya. Emak betul-betul yakin kalau tempenya sekarang sudah berubah menjadi benar-benar matang dan siap untuk dijual. Dengan hati yang berdebar-debar, Emak pun membuka bakulnya dan menekan-nekan dengan jarinya setiap bungkusan yang ada. Perlahan-lahan, Emak membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya…
Apa yang terjadi?
Wew… ternyata tempenya benar-benar masih tetap saja tidak berubah, masih seperti semula!!!
Emak menarik napas dalam-dalam. Harapan dikabulkannya doa perlahan menipis. Emak merasa Allah tidak adil, Allah tidak kasihan kepadanya, padahal berjualan tempe adalah satu-satunya sumber penghasilannya.
Dia pun hanya duduk saja tanpa membuka barang dagangannya itu, sebab dia yakin bahwa tiada orang yang akan membeli tempe yang baru setengah jadi.
Hari pun beranjak petang dan pasar sudah mulai sepi, para pembeli sudah mulai berkurang. Emak melihat para penjual tempe lainnya, jualan mereka sudah hampir habis. Emak tertunduk lesu seperti tidak sanggup menghadapi kenyataan bahwa dia pulang tanpa membawa hasil jualannya hari itu. Namun, jauh di sudut hatinya Emak masih menaruh harapan terakhir bahwa pasti Allah akan menolongnya!
Walau tahu bahwa hari itu dia tidak mendapati perubahan pada tempenya, tetapi Emak berdoa untuk terakhir kali, ia BERSERAH… “Ya Allah, berikanlah PENYELESAIAN TERBAIK SESUAI KEHENDAKMU terhadap tempe DAGANGANKUku yang belum jadi ini…”
Tiba-tiba, Emak dikejutkan oleh teguran seorang wanita. “Bu…maaf ya, saya ingin bertanya, apakah Ibu punya tempe yang belum jadi? Dari tadi, saya sudah pusing berkeliling pasar ini untuk mencarinya, tapi tidak ketemu juga…”
Emak langsung termenung, seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. Betapa tidak terkejut, sejak sepuluh tahunan dia menjual tempe, tidak pernah ada seorang pun pelanggan yang mencari tempe belum jadi!
Sebelum Emak menjawab sapaan wanita di depannya itu, cepat-cepat Emak berdoa di dalam hatinya, “Ya Allah, saat ini aku tidak mau tempe ini menjadi matang, biarlah kacang kedelai ini tetap seperti semula, masih setegah jadi. Amin.” Sebelum menjawab wanita itu, Emak pun membuka sedikit daun penutupnya. Ternyata memang benar, tempenya masih seperti semula! Hati Emak pun bersorak gembira, “Terima kasih, ya Yesus Allahku,” ucapnya.
Wanita itu pun memborong semua tempenya yang belum jadi itu!
Sebelum wanita itu pergi, Emak sempat bertanya mengapa dia membeli tempe yang belum jadi? Wanita itu menerangkan bahwa anaknya yang tengah bersekolah di Eropa ingin makan tempe dari desa. Nah karena tempe itu akan dikirimkan ke tempat jauh, maka kalau dikirimkan tempe yang sudah jadi, maka sesampainya di sana tentunya tempe itu sudah tidak enak lagi dimakan. Itulah sebabnya ia mencari tempe yang belum jadi. Harapannya, apabila sampai di Eropa nanti, akan menjadi tempe yang sempurna.
Ingat kejadian Gunung Merapi yang meletus? Mungkin kita anggap mukjizat adalah jika tiba-tiba gunung tersebut tidak jadi meletus! Tapi mari kita coba melihat sisi lain yang seakan-akan samar. Menurut anda apakah bantuan bertubi-tubi SUKARELA dari mana-mana untuk merapi adalah bukan mukjizat?
Begitu juga kita, kapan terakhir anda merasa berada dalam persoalan tanpa ada jalan keluar, merasa apes, sial, dan lain-lain? Mungkin saat itu atau bahkan sampai sekarang belum dapat solusi juga, namun coba flashback & SADARI serta BERSYUKURLAH bahwa ternyata sampai detik ini anda masih bisa SURVIVE kan?
Ketika kita berada pada situasi sulit dan berharap akan Mukjizat, jangan “menyetir” ALLAH seperti apa bentuk hasil akhirnya, namun berserah atas seperti apa bentuk PENYELESAIAN sesuai KEHENDAKNYA.
Bertobat, Berdoa, Berusaha, dan Berserahlah padaNya. Percayalah bahwa Segala Sesuatu akan indah pada WaktuNya ^^.
“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” *Ams 3:5-6*