Pada hari H pernikahan yang menjadi dambaan semua pasangan, sepasang calon mempelai sedang berada di dalam mobil pengantin yang segera menuju gedung gereja, tempat pemberkatan pernikahan akan diadakan. Semua keluarga dan sahabat dari kedua belah pihak mempelai sedang menantikan kedatangan mereka di Gereja.
Tiba-tiba di tengah perjalanan, bagaikan disambar halilintar mempelai pria berkata, "..ini adalah terakhir kalinya saya menginjakkan kaki di Gereja."
Dengan kata lain; sesudah pemberkatan pernikahan yang memang harus diselenggarakan di gereja, mempelai pria yang kelak akan menjadi kepala rumahtangga mengatakan bahwa ia "tidak akan" mengikut Kristus lagi. Ternyata, selama ini tujuan ia ke gereja hanyalah sebagai pendekatan kepada kekasihnya yang sangat mengasihi Tuhan Yesus.
Sang mempelai wanita mendadak berada di persimpangan jalan . . . apa yang hendak dilakukannya,.....
Ia diperhadapkan pada suatu pengambilan keputusan yang sangat sulit, justru di hari bahagianya, apakah pernikahan ini akan tetap diselenggarakan dengan konsekuensi suaminya yang akan menjadi pemimpin dalam keluarga bukanlah seorang Kristen?
Apa yang diputuskan sang mempelai wanita bukanlah suatu keputusan yang populer. Tapi, saya percaya 'TIDAK BANYAK ORANG' yang berani mengambil keputusan ini dan mempertaruhkan masa depannya.
"IA MEMBATALKAN PERNIKAHANNYA."
Tidak peduli kepada kerabat yang menantinya di gereja, tidak peduli kepada banyaknya undangan resepsi pernikahan, tidak peduli kepada banyaknya biaya yang sudah dikeluarkan, tidak peduli kepada rasa malu yang akan mencoreng wajah keluargnya.
IA MEMILIH TIDAK JADI MENIKAH.
Sang wanita lebih memilih taat dan tetap berdiri di jalan Tuhan yang lurus, ia tidak mau menyangkal Tuhan Yesus, seperti Yosu yang mau berkata :"Tetapi aku dan seisi rumahku..kami akan beribadah kepada TUHAN!"Yosua 24:15.
Bagaimana bila hal ini terjadi dalam kehidupan Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar