Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. (Efesus 1:7-8)
Alkitab menyatakan bahwa dosa itu identik dengan hutang. Konsekwensi dosa adalah mati/kebinasaan yang kekal (Roma 6:23a band. Kejadian 2:17) maka harus ada nyawa untuk membayarnya, agar dosa itu dapat ditebus. Pengampunan dosa dapat terjadi apabila ada nyawa yang dipakai untuk membayar hutang/dosa itu.
Pengampunan dosa itu ibarat seseorang yang punya hutang tapi dianggap lunas oleh si kreditor dimana si kreditor mengambil alih kerugiannya untuk membebaskan pihak yang berhutang itu. Itulah mengapa untuk penebusan dosa manusia, Tuhan harus datang ke dunia, menyerahkan nyawanya sebagai pelunasan hutang-hutang “yaitu dosa manusia” dengan cara mati di kayu salib.
Pemahaman ini tidak dimiliki dalam agama-agama lain {seperti Yahudi (Sebelum Kristen) namun dengan mengorbankan hewan}, sehingga seringkali ada banyak pertanyaan bahkan cibiran, mengapa Allah perlu hadir sebagai manusia hanya untuk mati di kayu salib, seolah-olah Allah lemah dan tidak-berdaya. Kematian Yesus bukanlah kematian ‘martir’ seperti kematian seorang syuhada yang berjihad, kematiannya bukan pula sebagai kekalahan dalam suatu
peperangan. Namun, kematian Yesus adalah KEMATIAN-KURBAN, dimana Allah merelakan diriNya sendiri untuk dikorbankan demi kasih yang begitu besar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang dikasihiNya.
Sebelum penggenapannya, dalam hukum Taurat telah menetapkan hampir segala sesuatu disucikan, dan diampunkan dengan darah (yang dianggap nyawa), dan “tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan” (Ibrani 9:22). Ini dilakukan lewat domba yang dikorbankan diatas mezbah, berulang-ulang untuk setiap kali pengampunan hingga digenapi oleh darah dan kematian Sang Mesias.
Darah yang dilambangkan sebagai nyawa ganti nyawa (konsekwensi dosa) telah digantikan oleh Anak Domba Allah yang sempurna, yaitu Yesus Kristus (Yohanes 1:29). Ini adalah sebuah kematian ‘tukar-guling’ yang merupakan ‘win-win solution’(semua pihak diuntungkan) demi menebus kematian akibat dosa yang menjangkiti semua manusia keturunan Adam.
Dari kenyataan dan pemahaman ini, kita umat Kristiani memandang betapa penting peristiwa Paskah bagi kehidupan manusia, oleh peristiwa Paskah manusia dimungkinkan masuk ke dalam kehidupan kekal. Darah dari Anak Domba Allah yang tercurah di kayu salib menandakan berakhirnya periode Taurat, satu penggenapan yang sempurna karena darah dari Anak Domba Allah sendiri.
Tuhan Yesus di kayu salib itu berkata “tetelestai – Sudah selesai!” (Yohanes 19:30), itu merupakan suatu ucapan kemenangan atas perseteruan terhadap dosa yang menyebabkan kematian kekal berganti menjadi anugerah kehidupan kekal bagi orang-orang yang mau menerima dan mengimani karya Kristus yang terbesar ini.
“tetelestai” Menggunakan perfect tense Yunani yang bermakna penebusan telah dilaksanakan, sekali untuk selamanya, efeknya terasa hingga kini. Perfect tense dalam tata bahasa Yunani ini memiliki fungsi yang khas. Tidak ada padanan baik dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang mampu menyatakan makna yang terkandung di dalamnya secara utuh. perfect tense melibatkan tiga gagasan: tindakan yang berlangsung intensif; tindakan yang mengarah pada titik penyelesaian; dan keberadaan dari hasil tindakan.
Proses yang dilibatkan dalam Perfect tense adalah proses yang telah mencapai penyelesaian dengan suatu hasil pasti dari sudut pandang pembaca.
* Yohanes 19:30,
LAI TB, Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
KJV, When Jesus therefore had received the vinegar, he said, It is finished: and he bowed his head, and gave up the ghost.
TR, οτε ουν ελαβεν το οξος ο ιησους ειπεν τετελεσται και κλινας την κεφαλην παρεδωκεν το πνευμα
Translit Interlinear, hote {sesudah} oun {oleh karena itu} elaben {Dia menerima} to oxos {anggur asam} ho iêsous {Yesus} eipen {Dia berkata} tetelestai {verb – perfect passive indicative – third person singular, (sudah) selesai} kai {dan} klinas {menunduk} tên kephalên {kepala} paredôken {Dia menyerahkan} to pneuma {Roh}
Pada naskah papyrus Yunani kuno terdapat satu tulisan tanda terima pajak pada masa jajahan Romawi dulu tertulis kata “tetelestai” sebagai tanda bahwa itu telah dibayar dengan lunas. Dari pengertian ini, kata “tetelestai” juga mengandung makna bahwa hutang dosa itu telah dibayar dengan lunas dengan darah/ nyawa Sang Mesias.
Karena itulah para Rasul menggunakan satu terminologi untuk mengungkapkan kebenaran ajaran keselamatan manusia dalam istilah hutang-piutang (lihat Kolose 2:13-14 bandingkan 1 Petrus 1:18-19, 1 Korintus 6:20).
Kata “tetelestai” adalah sebuah kata yang paling indah dari semua yang tertulis di Alkitab, suatu peneguhan tonggak sejarah dalah kehidupan manusia bahwa penebusan telah selesai, satu kali untuk selamanya, dampaknya terasa hingga kini. Kata “tetelestai” menyatakan sebuah babak baru kepada manusia-manusia yang mengimani karyaNya untuk masuk kedalam satu rekonsiliasi, persekutuan yang indah antara Allah sebagai Bapa dan manusia sebagai anak-anakNya, dan kehidupan yang kekal yang dianugerahkan kepada setiap orang yang beriman kepada Kristus (Yohanes 14:1-6).
Dalam suasana Paskah ini, mari kita syukuri kebaikan Allah kita. Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:
Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1 Korintus 6:20)
Haleluyah!
Happy Easter 2013!
Blessings in Christ,
Bagus Pramono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar