Sabtu, 02 Maret 2013

NATAL

Kita mengenal tahun Masehi, dan banyak orang tahu bahwa tahun Masehi mengacu pada kelahiran Masehi atau Mesias, yaitu Kristus. Karena memori tadi, mereka bertanya, "Kalau tahun Masehi itu mengacu pada kelahiran Yesus, mengapa tahun Masehi dimulai 1 Januari, bukan mulai 25 Desember?" Ada lagi yang bertanya, "Kalau tahun Masehi itu mengacu pada kelahiran Yesus, mengapa Yesus lahir 25 Desember, mengapa tidak 1 Januari?"

Ada rekaan jawaban yang cukup menarik, bahwa hal ini dapat dilihat dengan adat Yahudi. Menurut adat Yahudi, tiap bayi laki-laki pada hari ke-8 setelah lahir, disunat. Pada hari itu ia diberi nama dan diakui keberadaannya. Kalau Yesus lahir pada 25 Desember dan pada hari ke-8 disunat dan diberi nama, maka hari itu adalah tanggal 1 Januari.

Jika Yesus dilahirkan pada bulan 25 Desember Kelihatannya tanggal dan bulan ini tidak tepat benar, karena pada bulan Desember - Januari, di kota Betlehem, Yudea, dimana kelahiran Yesus terjadi, iklimnya cukup dingin dengan beberapa tempat bersalju sehingga agaknya tidak mungkin para gembala bisa berada di padang Efrata dalam keadaan musim demikian (Lukas 2:8). Demikian juga kaisar Agustus tentunya tidak akan mengeluarkan kebijakan sensus dan menyuruh penduduk Yudea melakukan perjalanan jauh dalam suasana musim dingin yang mencekam demikian.

Umat Kristen pada abad pertama tidak merayakan Natal seperti layaknya umat Kristen sekarang, mereka lebih terpukau untuk merayakan hari kematian, dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang dikenal sebagai hari Paskah, dan belum memikirkan hari kelahiranNya.

Sebenarnya semula di gereja Timur (orthodox) dirayakan hari Epifani (manifestasi) pada tanggal 6 Januari untuk merayakan hari pembaptisan Yesus di sungai Yordan. Perayaan epifani juga masih dirayakan saat ini dengan memberkati air baptisan di gereja Timur dan sungai Yordan juga diberkati pada hari Epifani, dan sudah dilakukan sejak abad 3.

Di gereja Barat (Katolik), hari Epifani itu dirayakan juga untuk mengingat kunjungan orang Majus untuk menyembah bayi Yesus, dan sejak abad 4, perayaan ini dilakukan untuk mengenang peristiwa yang terjadi sekitar manifestasi kelahiran Yesus di Betlehem. Dalam kaitan dengan perayaan pembaptisan Yesus itu, pada malam tanggal 5 Januari sekaligus dirayakan peringatan kelahiran Yesus. Data tertulis yang mencatat perayaan kelahiran Yesus itu sudah ada pada abad 4.

Pada tahun 274, di Roma dimulai perayaan hari kelahiran Matahari pada tanggal 25 Desember sebagai penutup festival saturnalia (17-24 Desember) karena di akhir musim salju tanggal itu, Matahari mulai kembali menampakkan sinarnya dengan kuat.

Menghadapi perayaan kafir yang sangat kuat ini, umat Kristen umumnya meninggalkannya dan tidak lagi mengikuti upacara tersebut, namun dengan adanya proselitasi (pengkristenan) orang Roma secara masal sejak kaisar Konstantin menjadi Kristen, banyak orang Roma yang tetap merayakan hari Matahari itu sekalipun sekarang sudah mengikuti agama Kristen. Kenyatan ini mendorong para pemimpin gereja kala itu untuk berusaha mengalihkan penyembahan dewa Matahari itu dan menggantinya menjadi perayaan 'Matahari Kebenaran,' dan kemudian menggantinya menjadi perayaan Natal (Kelahiran).


BOLEHKAH KITA MERAYAKAN CHRISTMAS/NATAL?

Perayaan hari kelahiran Yesus memang tidak tertulis, bahkan tidak ada anjuran dalam Alkitab untuk "merayakan" Natal, tidak ada anjuran untuk memasang pohon terang, dll. Tetapi "Memperingati" kelahiran Yesus Kristus itu "mutlak".

Anda tentu bisa membedakan arti ‘perayaan’ dan ‘peringatan’, perayaan adalah cenderung bersifat pesta, sedangkan 'peringatan' lebih bersifat khidmat :

*2 Timotius 2:8,
LAI TB, Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.
KJV, Remember that Jesus Christ of the seed of David was raised from the dead according to my gospel:
TR, μνημονευε ιησουν χριστον εγηγερμενον εκ νεκρων εκ σπερματος δαβιδ κατα το ευαγγελιον μου
Translit, mnêmoneue iêsoun khriston egêgermenon ek nekrôn ek spermatos dabid kata to euaggelion mou


Ayat diatas adalah nasehat dari rasul Paulus kepada Timotius, tentang 3 hal yang penting akan Tuhan Yesus Kristus : KelahiranNya, kematianNya, dan kebangkitanNya.

Peringatan, asal katanya adalah 'Ingat'. Kata "ingatlah" dalam ayat diatas menggunakan kata μνημονευε - 'mnêmoneue' dari kata dasar μναομαι - 'mnaomai', meletakkan sesuatu di dalam pikiran. Akar kata yang sama juga dijumpai dalam ayat ini:


*Lukas 22:19,
LAI TB, Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."
KJV, And he took bread, and gave thanks, and brake it, and gave unto them, saying, This is my body which is given for you: this do in remembrance of me
TR, και λαβων αρτον ευχαριστησας εκλασεν και εδωκεν αυτοις λεγων τουτο εστιν το σωμα μου το υπερ υμων διδομενον τουτο ποιειτε εις την εμην αναμνησιν
Translit, kai labôn arton eukharistêsas eklasen kai edôken autois legôn touto estin to sôma mou to huper humôn didomenon touto poieite eis tên emên anamnêsin.


"Peringatan akan Aku", 'eis tên emên anamnêsin'. Kata 'anamnêsin' adalah akusatif dari 'anamnêsis' yang berasal dari 'anamimnêsko' yaitu preposisi 'ana' (ke/di tengah-tengah) dan 'mimnêsko'. Nah, 'mimnêsko' ini berasal dari 'mnaomai', meletakkan sesuatu di dalam pikiran.


Apakah kita hanya "mengingat" kematian Kristus? Apakah kita tidak "mengingat" kebangkitan-Nya, dan apakah kita tidak "mengingat" kelahiran-Nya pula?

Justru kebangkitan dan kelahiran Yesus Kristus itulah yang menjadi "inti" pemberitaan Paulus seperti dalam 2 Timotius 2:8 di atas. Paskah tanpa Natal tidak akan lengkap maknanya, karena kita tidak mengerti makna dari Paskah itu bila kita tidak mengerti makna KelahiranNya (natal).

Mengenai Natal/Christmas; Sebenarnya tidak hanya dirayakan secara "religius" oleh umat Kristiani. Pada masa kini orang-orang yang bukan Kristen dimana-mana, misalnya di Jepang, di China dan lain-lain mereka pun ‘merayakan’ Christmas sebagai hari raya untuk bersenang-senang. Bahkan Christmas di seluruh dunia banyak digunakan sebagai "marketing tools". Di Malaysia, negara Muslim terakhir saya kesana pada saat menjelang natal; Mall, Dept Store, Restaurant dimana-mana didekor sedemikian rupa untuk menarik minat customer/turis. Hal tersebut mungkin karena mereka juga tahu bahwa perayaan Natal pada 25 Desember hanyalah tradisi, bukan perintah yang tertulis dalam Alkitab. Dan perayaan Natal bukanlah sebuah kewajiban untuk dirayakan oleh umat Kristiani.

Saya melihat segi positifnya saja, dengan Christmas banyak orang mengemas acara, ie. gathering, dinner dan macam-macam acara lain, untuk bercengkerama dengan keluarga dan sahabat-sahabat mereka walaupun mereka bukan Kristen. Dan perayaan Christmas bisa juga menjadi sesuatu moment bagi tiap orang untuk merayakannya dengan caranya masing-masing.

Karena Perayaan Christmas sudah menjadi ‘tradisi dunia’, maka kita sebagai umat Kristiani harus sungguh menghargai karya penebusan Kristus yang sudah dijalankanNya dengan sempurna. Karena keyakinan akan Yesus tidak dapat dilepaskan dari kelahiranNya sebagai pemenuhan nubuatan para Nabi, Allah yang menjadi manusia Yesus (Matius 1:18-2:12 dan Lukas 1-2).

Walaupun secara ‘tradisi’ kita memperingatinya pada tanggal 25 Desember. Tetapi, marilah kita ‘memperingati’ kelahiranNya, yang dengan lebih berfokus pada syukur dan khidmat kepada Allah kita yang telah rela merendahkan diriNya sebagai manusia. Dan janganlah kita kehilangan makna ‘natal’ yang sesungguhnya, jadikanlah Natal selalu menjadi kabar baik bagi semua orang di sekitar kita, bahwa Allah telah membuktkan kasihNya dalam diri Yesus Kristus Tuhan kita.

Intinya peringatan Natal (kelahiran) yang setiap tahun diadakan oleh umat kristiani tidak melibatkan sama sekali dengan peringatan kelahiran Matahari yang dirayakan orang kafir pada masa itu, karena Yesus Kristus adalah center dari perayaan ini.

Dan Natal tidak pernah dihiasi dengan pohon Natal sebelum pada akhirnya Marthin Luther (abad 15) menetapkannya.

Martin Luther dikabarkan melihat sebuah pemandangan pohon cemara hijau di mana di pucuk pohon tersebut tampak sebuah bintang bersinar terang. Pemandangan ini tampaknya memberikan impresi yang besar pada Martin Luther. Karena itu, dia membawa pulang sebuah pohon cemara dan didekorasinya dengan lilin-lilin yang menyala. Kemudian simbol pohon hijau yang sebelumnya merupakan simbol kehidupan bergeser menjadi simbol Sang Juru Selamat Keselamatan dan merupakan bagian integral dari perayaan kelahiranNya.

Dekorasi lilin-lilin/ lampu yang menyala dan dipasang pada pohon cemara itu yang disebut pula "pohon terang" menurut beberapa pendapat adalah serapan dari tradisi Yahudi pada perayaan Hanukkah. Ada beberapa penafsir yang berpendapat pula bahwa, Tuhan Yesus Kristus ketika berbicara dengan kalimat ilahi "AKULAH TERANG DUNIA" (Yohanes 8:12). Diucapkan Tuhan Yesus Kristus pada masa menjelang hari raya Hanukkah (Ibrani, חנוכה dibaca : Chanukah/ Khanukah/ Hanukah) atau hari raya Pentahbisan Bait Allah (disebut juga "Perayaan Cahaya", Yohanes 10:22). Hanukkah disebut juga "hari raya Lampu".

Dan dalam iklim 4 musim seperti di Eropa dimana umumnya pohon-pohon mengalami perubahan sesuai dengan iklim yang terjadi, yaitu musim salju (pohon gundul), musim semi (pohon bersemi/bertunas), musim kemarau (pohon berbunga), dan musim gugur (pohon daunnya berguguran), maka kita dapat melihat bahwa pohon den merupakan pohon yang tetap hijau sepanjang ke-4 musim itu. Ini menunjukkan simbol kekekalan di tengah ketidak kekalan pohon-pohon lain, dan kemudian dijadikan lambang bahwa Kebenaran Tuhan Yesus menggambarkan ajaran yang kekal di tengah dunia yang berubah-ubah dan tidak kekal ini.

Tidak ada pemberhalaan bagi pohon cemara. Pohon natal ini dalam kehidupan umat Kristiani yang merayakan natal, selain sebagai hiasan saja yang menambah semarak perayaan natal. Sebagaimana halnya perayaan-perayaan lain yang ada di dunia ini seringlkali mengkaitkan simbol-simbol tertentu dalam perayaan suatu hari besar. Misalnya, di perayaan Paskah, ada telur Paskah. Di perayaan tahun baru Lunar (Imlek) ada lampion dan jenis-jenis barang tertentu. Dalam perayaan hari lebaran umat Muslim di Indonesia ini kita melihat ada hiasan-hiasan ketupat, dll. Namun, dalam perayaan-perayaan tersebut simbol-simbol itu bukan berarti suatu berhala/ dijadikan berhala.

Alkitab menyebutkan pohon cemara adalah salah satu pohon untuk mempersemarak bait Kudus Allah.

*Yesaya 60:13,
Kemuliaan Libanon, yaitu pohon sanobar, pohon berangan dan pohon cemara, akan dibawa bersama-sama kepadamu, untuk mempersemarak tempat bait kudus-Ku, sebab Aku hendak memuliakan tempat kaki-Ku berjejak.


Semoga damai dan riang-ria di suasana Natal ini menjadi berkat bagi semua umat manusia, terlebih bagi kita umat Allah yang telah ditebus.

Sumber: berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar