Minggu, 30 September 2012

Mukjizat dalam Tragedi Penembakan Premiere Batman


Mukjizat dalam Tragedi Penembakan Premiere Batman

Tragedi penembakan dalam premiere film Batman "The Dark Knight Rises" di teater Kota Aurora, Colorado, Amerika Serikat pada jumat lalu (19/7) masih menyisakan kesedihan dan duka bagi keluarga korban. Namun terdapat kisah mengharukan yang dialami oleh para korban yang selamat dari maut “Joker” tersebut.

Salah satunya adalah mukjizat yang dialami Ashley Moser. Ibu berusia 25 tahun yang sedang mengandung itu tetap hidup meski tiga peluru bersarang ditubuhnya, salah satunya mengenai kandungannya.

Kandungan yang sebelumnya diberitakan telah meninggal, ternyata masih bernyawa. Meski Ashley harus kehilangan putrinya Veronica Moser-Sullivan yang tewas akibat penembakkan itu.

"Saya tidak tahu bagaimana peristiwa itu, namun bayi di kandungan Ashley masih hidup. Kemarin, saya diberitahu bahwa bayi itu sudah meninggal. Namun keajaiban pun muncul," ujar saudara Ashley, Robert Sierra, dikutip Daily Mail, Senin (23/7).

Sementara itu salah satu korban lainnya yang selamat dari maut adalah Petra Anderson. Dirinya ditembak empat kali oleh sang pelaku tunggal penembakan James "Joker" Holmes, bahkan salah satu peluru bersarang di kepalanya. Namun Petra selamat karena kelainan genetik di bagian otaknya. Hal ini diungkapkan oleh Pastor Brad Strait yang menyebut bahwa keselamatan ini sebagai campur tangan Tuhan.

Pasalnya kelainan genetik itu menyelamatkan Petra. Kelainan itu adalah adanya rongga yang berisi cairan yang berada di depan otak perempuan itu. Cairan di dalam rongga itu mengalir dari depan tengkorak hingga ke bagian belakangnya. Peluru yang bersarang dikepalanya gagal menembus otak akibat adanya cairan yang mengalir di dekat otaknya. Peluru itupun akhirnya hanya bersarang di tulang kranialnya, yang melindungi otak.

"Senapan itu berisi peluru yang digunakan untuk berburu rusa dan memasuki kepalanya. Seperti kelereng yang masuk ke pipa, peluru itu masuk ke dalam rongga dan peluru tersebut gagal bersarang ke bagian vital di otaknya," ujar Strait.

Dalam setiap tragedi yang menyisakan kesedihan dan duka, terdapat banyak nilai dan makna tersembunyi yang selayaknya harus disyukuri. Tuhan selalu menempatkan beberapa detail seperti mukjizat keselamatan seperti cerita diatas yang selalu menguatkan kita bahwa Tuhan berkuasa dan penuh kemuliaan.

~.~

Holmes 'The Joker': Mengapa Saya Disini?

James Holmes, pelaku penembakan brutal saat premiere film Batman di Colorado, Amerika Serikat yang memperkenalkan dirinya sebagai 'The Joker' mengaku tidak mengingat peristiwa penyerangan yang dilakukannya. Dia justru terus membahas makanan yang didapatkannya di dalam penjara.

Dikutip dari New York Daily News, Jumat (27/7), Holmes bertanya kepada sipir penjara "Mengapa aku di sini?" dan mengatakan ia tidak ingat pembunuhan yang dilakukannya pada tengah malam saat masyarakat sedang antre menonton premiere film Batman di Colorado.

Holmes dikurung di sel tahanan isolasi, hal ini untuk melindungi dirinya dari serangan narapidana lain maupun sebaliknya. Disana Holmes kerap mengeluh makanan yang diterimanya. "Dia mengaku perutnya sakit," kata salah seorang sipir penjara.

"Dia mengeluh sekali bahwa ia tidak suka makanan dan dia marah karena dia tidak mendapatkan makan hotel bintang empat," tambahnya.

Holmes telah menjalani persidangan pertamanya di Pengadilan Distrik Arapahoe County pada Senin (23/7). Holmes menunjukan ekspresi wajah tanpa kesalahan, bahkan seolah-olah berada di tempat lain.

Calon dokter berusia 24 tahun itu terlihat linglung, bingung dan tampaknya dia tidak sadar bahwa dirinya menjadi fokus persidangan yang disaksikan seluruh dunia.

Menurut Dr Joan Neff, kriminolog dari University of Virginia, AS, perilaku Holmes di pengadilan itu konsisten dengan seseorang yang menderita penyakit kejiwaan, seperti schizophrenia.

Insiden penyerangan yang dilakukan Holmes merupakan bentuk dari pemenuhan seseorang yang menggunakan imajinasi dan fantasi secara kebablasan. Padahal seharusnya sebagai orang yang percaya, kita menjadikan Yesus sebagai pusat hidup kita, sehingga kita memiliki pengendalian diri, termasuk untuk memberi batasan nyata, ketika mengidolakan sosok tertentu.

Sumber: berbagai sumber - vina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar