Salah satu yang menentukan bagaimana hidup kita adalah pergaulan kita. Jika pergaulan kita buruk, maka cepat atau lambat kita akan terbawa dalam gaya hidup yang buruk itu. Inilah kisah nyata Judy Suryadi, hidupnya terperosok dalam jerat narkoba karena salah memilih teman bergaul.
"Awalnya saya nolak, tapi lama kelamaan dipaksa. Saya diledekin… Akhirnya karena saya takut ditolak oleh mereka, saya berusaha untuk mengikuti mereka. Disitu saya mulai jadi bandar," demikian Judy menuturkan kisah hidupnya.
Salah satu pemicu prilaku Judy yang memberontak adalah kebenciannya pada sang ayah. Kerap kali ia menemukan ibunya dalam keadaan babak belur dipukuli oleh ayahnya, hal ini menimbulkan dendam di hati Judy. Bahkan di puncak kemarahannya, Judy nekad akan membunuh ayahnya.
"Waktu itu malam-malam saya pulang, saya lihat mama dalam keadaan babak belur," ungkap Judy sambil meneteskan air mata. "Saya ambil pisau di dapur dan saya mau bunuh papa. Saya pikir buat apa saya punya papa seperti ini, jadi saya pikir mending saya ngga punya papa. Tapi saat itu mama menahan saya. Disitu saya mulai keluar dari rumah."
Hidup di jalanan membuat Judy semakin brutal. Tindakannya yang dibawah pengaruh narkoba itu pada akhirnya membawanya kepada sebuah masalah yang pelik.
"Mobil di depan saya saat itu ngga mau ngasih jalan, yang namanya saya dibawah pengaruh jadi merasa kuat dan sok jago. Saya bilang, "Eh monyet, minggir loe!" Sambil saya keluarin pistor, pistol mainan. Nah, orang itu kaget. Mereka mengeluarkan tembakan, "Kenapa mereka nembak kita?" Saya pikir mereka rampok."
Kejar-kejaran antara mobil Yudy dan si penembak pun terjadi. Judy dan kawannya mencoba mencari perlindungkan ke kantor polisi terdekat, namun sebuah kejutan diterimanya.
"Saya turun, saya bilang, "Pak, tolong saya dikejar-kejar orang." Tapi ternyata mereka yang mengejar saya adalah anggota polisi. Akhirnya saya ditangkap, dan dipukuli.."
Penyesalan sempat terbersit di hati Judy ketika mendekam di penjara, "Sempat saya menyesal sudah bikin keluarga malu. Ada perasaan capek, tapi badan ini nagih, kepengen makan obat. Jadi saya keluar dan kembali lagi."
Jauh dilubuk hatinya, Judy ingin berubah. Ia pun menginginkan kehidupan yang baik seperti yang teman-temannya nikmati.
"Saya sempat nonkrong di terminal, lalu saya lihat teman-teman saya kok kehidupannya enak ya.. Disitu saya mulai nangis. "Tuhan, aku kepingin seperti mereka, ngga terikat." Disitu saya mulai ada kerinduan untuk berubah, saya sudah bosen dan cape begini terus. Akhirnya saya ambil tindakan untuk ngga makan obat selama satu hari, dua hari, tapi ya, karena dengan kekuatan sendiri memang ngga bisa. Jadinya malah semakin nagih, akhirnya saya ambil keputusan untuk minum obat lagi. Disitu saya semakin parah."
Gagal meraih kehidupan yang baik, sebagai mana yang dinikmati orang lain, hal itu menimbulkan sebuah dendam di hati Judy kepada mereka yang hidupnya baik-baik saja.
"Disitu mulai timbul niat, "Gua mo ancurin mereka!" Saya mulai dekatin anak-anak muda, anak-anak sekolah dan kasih mereka gratis. Nantikan mereka kecanduan, setelah kecanduan itu mereka bisa saya peralat menjadi budak saya. Saya suruh mereka todong orang, jadi sasarannya teman-teman sekelas mereka."
Memiliki anak buah, membuat Judy semakin tak terkendali. Suatu kali seorang anak buahnya ditodong oleh seseorang, Judy dan kelompoknya akhirnya melakukan balas dendam.
"Karena keadaannya malam, saya pukul sembarangan aja. Demikian juga teman-teman saya. Waktu massa mulai datang, saya pikir ini gawat nih.. mereka lebih banyak. Mereka pasti bela orang ini, akhirnya saya komando, "Kabur!!""
Pagi harinya, sebuah kabar mengejutkan diterima oleh Judy. Ternyata orang yang mereka pukuli malam tadi adalah seorang polisi. Disitulah ketakutan membayangi Judy, ia tidak ingin merasakan lagi berada dibalik jeruji penjara.
Judy akhirnya membuang semua obat-obatan yang ia miliki ke sungai di dekat rumahnya. Ia tidak ingin ditemukan obat-obatan ketika polisi melakukan penggeledahan di rumahnya. Namun karena tidak mengkonsumsi narkoba lagi dan dipengaruhi oleh ketakutan-ketakutannya, Judy mengalami halusinasi yang membuatnya bagai orang sakit jiwa.
"Saya sakaw seperti orang gila, saya ngomong sendiri. Bahkan selama sakaw itu, tato-tato di badan saya seperti hidup."
Kondisi Judy semakin parah ketika ia mulai tidak disadarkan diri. Selama tiga hari Judy tidak makan dan tidak minum, ia hanya tergeletak di tempat tidurnya dikelilingi oleh keluarganya. Walaupun Judy masih bernafas, namun keluarganya tidak tahu bahwa saat itu Judy sudah berada di alam lain.
"Waktu itu tiba-tiba saya bangun, dan saat saya bangun, tiba-tiba ada seseorang yang membawa saya pakai kereta," demikian Judy menuturkan pengalaman supranaturalnya.
"Saya bilang, "Kenapa ini saya?'" Judy bertanya-tanya. "Terus setelah sampai di atas, ada suara yang bilang begini: "Ini mah belum waktunya. Ngga jadi, kembaliin lagi… kembaliin lagi.. Orang ini udah di reparasi." Emang saat itu saya merasa tubuh saya ini seperti ada yang memperbaiki. Seperti mobil yang lagi dibetulin. Saya merasa ada suatu tangan yang sentuh badan saya, dan saya merasakan suatu damai sejahtera."
Dalam waktu sekejab Judi bangun dari pingsannya. Ia kaget karena seluruh keluarganya sedang mengelilinginya dan berdoa. Sebuah kebenaran mencelikkan matanya.
"Dulu saya pikir mereka cuek, mereka benci saya. Tapi disitu saya tahu adik saya sayang saya."
Setelah Judy sadar dan sehat kembali, keluarga menyerahkan Judy kepada pihak yang berwajib untuk menjalani proses hukum.
"Saat itu saya mulai berdoa, "Tuhan, saya ngga mau dipenjara. Tuhan tolong saya.. Tuhan tolong saya.." Selama di kantor polisi, saya cuma berdoa tentang hal itu. Setelah teman-teman saya di pukuli, ada seorang aparat yang bilang, "Kalian sekarang boleh pulang!" Saya bingung, kok ngga diapa-apain…"
Mendapatkan kesempatan kedua dalam hidupnya, Judy tidak mau menyia-nyiakannya. Ia memutuskan untuk mendalami firman Tuhan di sebuah sekolah di luar kota. Disanalah ia mengalami pemulihan atas luka-luka batin di masa lalunya.
"Saya diingatkan sama kejadian-kejadian di masa lalu, dan ada dosa yang saya perbuat terhadap orangtua saya, saya benci sama papa. Disitu saya berkata, "Tuhan, saya mau melepaskan pengampunan buat papa. Saat itu saya mulai tulis surat buat papa, "Pa, maafin saya ya.. saya sudah berbuat dosa. Pokoknya saya minta ampun…""
Setelah menjalani proses pembelajaran selama tiga tahun dibawah bimbingan para mentornya, hidup Judy benar-benar berubah.
"Tuhan beri pengharapan yang cerah dalam kehidupan saya. Saya bilang seperti ini, "Tuhan, Engkau dapat menyelamatkan saya. Engkau dapat membebaskan saya. Tuhan, saya rindu teman-teman saya juga mengalami hal yang sama. Tuhan, terima kasih atas apa yang Engkau lakukan dalam kehidupan saya. Terima kasih Tuhan Yesus..""
Sumber Kesaksian: Judy Suryadi
Kau Berikan Kesempatan
Untuk Belajar Dari Kesalahan
Di Masa Yang Telah Lalu
Kau Berikanku Iman
Untuk Mencoba Lagi
Sampai Ku Jadi Sempurna Seperti-Mu
Meskipun Ku Jatuh Berulang Kali
Namun Oleh Kasih-Mu Ku Bangkit Kembali
Ku Tak Dapat Sungguh Menyia-Nyiakan
Kepercayaan-Mu Terhadapku Tuhan
Blessing,
~HSH~
``````````````````````````
Ini adalah kisah seorang keturunan ahli sihir yang akhirnya menjadikan Yesus sebagai juruselamat dalam hidupnya. Kisah ini menceritakan bagaimana dia terlibat dengan perdukunan dan ilmu hitam, juga mengupas secara terperinci bagaimana muslihat iblis untuk menipu umat manusia. kisah ini bukan nya rekaan dan khayalan penulis tetapi sebuah kesaksian yang hidup dan dialami dengan sesungguhnya oleh insan yang bernama MUKENDI.
Baca Kesaksiannya di sini:
http://
``````````````````````````
Acara 'Solusi' tidak tayang di SCTV selama bulan Ramadhan, mulai 23 Juli hingga 20 Agustus 2012. Akan tayang kembali 3 September 2012, hari Senin pukul 24:30 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar