Minggu, 09 Desember 2012

Love Our Parents !




Suatu hari seorang sahabat saya pergi ke rumah orang jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti werdha bersama dengan teman-temannya. Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba mata teman saya tertumpu pada seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong.

Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencob
a mengajaknya berbicara. Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau mengobrol dengannya dan si opa menceritakan kisah hidupnya.

"Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai.. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal di rumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus.

Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai ke luar negeri dengan biaya yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah, juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.

Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak. Sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak kami sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukannya.

Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak efisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.

Tapi apa yang saya dapatkan? Setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda sehingga meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan.

Lalu saya tinggal di rumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita di dalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?

Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya dapatkan?

Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.

Sekarang sudah dua tahun saya di sini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri.

Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat-sahabat yang mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak saya."

Sejak itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang opa. Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan keceriaan apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung.

Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita...

Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian?
Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi seperti ini.

Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua.

When was the last time you chat to your parent? THEY NEED YOU!
Love your parents in anyway they are...


Coba renungkan ini . . . .

When you're young - Ketika kau masih muda . . .
They spent a lot of time to teach you how to eat with spoon or chopsticks. - Mereka menghabiskan banyak waktu untuk mengajarkan Anda bagaimana untuk makan dengan sendok atau sumpit . . . Teach you how to wear clothes, tie up the shoe laces, fasten the buttons - mengajarkan cara memakai baju, mengikat tali sepatu, kencangkan tombol . . . Teach you how to wash face, how to comb hair - Mengajarkan cara untuk mencuci wajah, bagaimana menyisir rambut . . . Teach you how to wipe the mucus, wipe your butt - Mengajarkan cara untuk menghapuS lendir, bersihkan bokong Anda . . . Teach you about human sense - Mengajarkan Anda tentang akal manusia . . .

Do you remember that both of you tried so hard just to sing a song? - Anda ingat bahwa saat Anda berdua berusaha keras hanya untuk menyanyikan sebuah lagu?

So, when they're getting older - Sehingga, ketika mereka semakin tua . . . When they can't manage to start conversation - Ketika mereka tidak sanggup memulai percakapan . . .

Do you remember that you had always asked where did you come from - Anda ingat bahwa Anda selalu bertanya darimana asalmu . . .

So, please don't blame them - Jadi, jangan menyalahkan mereka

When they've started to stain their clothes while eating - Ketika mereka sudah mulai menodai pakaian mereka sewaktu makan . . .

When their hands are started to shake while combing the hair - Ketika tangan mereka mulai goyang sambil menyisir rambut. . .

Please, don't be mad at them . . . Because you're slowly growing up, and they're slowiy getting old . . . - Tolong, jangan marah pada mereka. . . Karena Anda perlahan-lahan tumbuh, dan mereka perlahan-lahan mulai tua . . .

As long as you're with them - Selama Anda dengan mereka . . .

Their heart will remain happiness . . . - Hati mereka akan tetap kebahagiaan . . .

If one day, they couldn't even walk . . . - Jika suatu hari, mereka bahkan tidak bisa berjalan. . .

Please hold their hands and walk them with care - Silahkan memegang tangan mereka dan berjalan mereka dengan hati-hati

Just like,, just like the way they holded your hands last time - Sama seperti,, seperti cara mereka memegang tangan Anda terakhir kali . . .

Always Love n Very Love Myparents :*

Di Waktu Kumasih Kecil
Gembira Dan Senang
Tiada Duka Kukenang
Tak Kunjung Mengerang

Di Sore Hari Yang Sepi
Ibuku Bertelut
Sujud Berdoa Kudengar
Ada Namaku Disebut

Seringlah Ini Kukenang
Di Masa Yang Berat
Di Kala Hidup Mendesak Dan Nyaris Kutersesat

Melintas Gambar Ibuku
Sewaktu Bertelut
Kembali Sayup Kudengar, .... Namaku Disebut

Sekarang Dia Telah Pergi
Ke Rumah Yang Tenang
Namun Kasihnya Padaku Selalu Kukenang

Kelak Di Sana Kami pun
Bersama Bertelut
Memuji Tuhan Yang Dengan
Namaku Disebut

Di Doa Ibuku, Namaku Disebut
Di Doa Ibuku Dengar, Ada Namaku Disebut

Blessing,
~HSH~

Ket:
Diterjemahkan oleh Kevin Mr. Eben. T.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar