Seperti biasa Ahin pun bepergian bersama istrinya untuk urusan bisnis pada Desember 2002 silam itu, seperti yang sering dilakukannya. Bisa dikatakan, hidup Ahin sempurna. Punya keluarga bahagia, karir pun berkembang pesat. Pagi itu, jadwalnya padat. Dia ke luar kota untuk mengurus bisnisnya.
Di hari itu,
sewaktu sedang bepergian Ahin merasakan sakit di bagian punggungnya.
Dia berpikir bahwa hal itu terjadi karena musim dingin. Namun ternyata,
sakitnya bertambah parah sampai akhirnya terjatuh di dalam bis sambil
menahan kesakitan. Semua jadwal padatnya di hari itu jadi berantakan.
Akhirnya dia pun dibawa ke rumah sakit dan diperiksa. "Udah hancur ini katanya (kata dokter), tulang keropos" cerita Ahin. Menurut dokter yang memeriksanya, berjalan sedikit saja akan membuat tulang belakangnya banyak yang keropos. Osteoporosis kronis yang diderita Ahin biasanya memang menyerang punggung dan dapat menyebabkan penderitanya lumpuh.
Ahin berharap semuanya dapat diselesaikan di meja operasi, namun sang dokter tidak memberikan harapan banyak. "Kalau sukses, kamu lumpuh. Kalau tidak sukses, kamu mati…" ulang Ahin tentang perkataan dokter waktu itu. Ahin pun mengurungkan niatnya untuk operasi.
"Saya terus berdoa anggap itu hanya mimpi, tak mungkin begini," ujar Aing, sang istri yang terus menangis mengetahui keadaan suaminya waktu itu.
Lantas, segala cara pun dilakukan demi Ahin. Dukun, jimat, pengobatan tradisional semuanya dilakukan. Namun, tetap saja Ahin berada di kursi roda. Ahin begitu marah dengan kelumpuhannya, namun dia harus menerima kenyataan bahwa hidupnya sekarang bergantung pada orang lain.
Hal itu membuat dirinya kasar, dia sensitif jika diperlakukan kurang halus. Sepreinya harus dibedaki terlebih dahulu setiap diganti baru. Jika kasar sedikit saja, maka Ahin akan berteriak kesakitan akibat penyakit itu.
Rumah tangga yang harmonis itu dengan istri yang begitu setia mendampingi suami, akan menjadi sengsara saat teriakan Ahin menggema di seluruh rumah bahkan sampai di seluruh komplek karena kesakitan yang dia derita.
Tahun demi tahun berganti namun keadaan Ahin masih begitu-begitu saja, sang istri pun tak henti berjaga siang maupun malam. Di tengah keputusasaan, Ahin mengucapkan kata-kata ingin meninggal. Namun, karena cinta kasih yang mendalam antara pasangan suami istri ini, mereka terus berjuang bersama. "Gua mendingan kayak dulu, hidup susah namun suami saya sehat," demikian ungkapan kasih sang istri kepada suami.
Secercah harapan kembali ditawarkan di dalam keluarga ini lewat sang anak, Ferdian. Dia membawakan buletin mingguan gereja dimana ada banyak kesaksian mereka yang sembuh dari penyakit. "Saya bertanya kepada istri saya, apakah mau percaya pada Tuhan, siapa tahu bisa sembuh. Kata istri saya, "Kalau bisa sembuh, apapun boleh dipercaya…"" cerita Ahin.
Ini jalan terakhir yang mereka tempuh. Satu keluarga sepakat untuk berserah kepada Tuhan. Cara-cara lama disingkirkan. Kali ini mereka hanya memohon kepada Tuhan. "Saya percaya suatu hari nanti pasti sembuh," kata Aing dengan penuh iman.
Suatu hari ada sebuah ibadah besar diadakan di Ancol, mereka pun berdoa bersama sebelum berangkat ke sana. Ahin dibawa dengan menggunakan tempat tidur dorong ke Ancol.
Di sana dia didatangi oleh seorang hamba Tuhan dan ditanya apakah dia percaya pada Tuhan. "Hidup buat Tuhan, mati buat Tuhan, semuanya saya serahkan…" kata Ahin waktu itu. Setelah selesai berkata seperti itu, belakang punggung Ahin seperti kena setrum. Dia menangis di situ. Setelah hamba Tuhan itu selesai berdoa, Ahin mencoba memiringkan tubuhnya. Ke kanan maupun ke kiri, dia tidak merasakan sakit lagi. Saat itu juga, Ahin bisa bangun dari tidurnya. Semua keluarganya bersyukur sekali.
Hari-hari penuh dengan ketakutan dan keputusasaan berakhir begitu saja. Mereka bersyukur sang papa bisa sembuh total. "Mesti sabar, imannya mesti kuat, jangan orang percaya berdoa sekali dua kali nggak dapat tanggapan dari Tuhan langsung kecewa. Ini jangan kecewa. Kita berdoa terus, pasti itu akan dikabulkan dari Tuhan." jelas Aing, sang istri. Sangat terlihat bagaimana Ahin sangat mencintai istrinya, bagaimana keluarga mereka diberkati di dalam Yesus.
Ingatlah, segala sesuatu taruh ke bawah kaki Tuhan, serahkan kepada Tuhan dan berdoalah senantiasa tak jemu-jemu. Tuhan akan jawab semua seruan orang yang percaya kepada-Nya dan memberikan kelegaaan.
Sumber Kesaksian : Ahin
Segala Perkaraku Kuserahkan Pada-Mu
Allah Pembelaku
Segala Kuatirku Kutaruh Di Kaki-Mu
Allah Pem'liharaku
Bila Kau Yang Membuka Pintu
Tak Ada Satupun Dapat Menutupnya
Bila Kau Yang Mengangkat Aku
Tiada Yang Dapat Merendahkanku
Blessing,
~HSH~
Akhirnya dia pun dibawa ke rumah sakit dan diperiksa. "Udah hancur ini katanya (kata dokter), tulang keropos" cerita Ahin. Menurut dokter yang memeriksanya, berjalan sedikit saja akan membuat tulang belakangnya banyak yang keropos. Osteoporosis kronis yang diderita Ahin biasanya memang menyerang punggung dan dapat menyebabkan penderitanya lumpuh.
Ahin berharap semuanya dapat diselesaikan di meja operasi, namun sang dokter tidak memberikan harapan banyak. "Kalau sukses, kamu lumpuh. Kalau tidak sukses, kamu mati…" ulang Ahin tentang perkataan dokter waktu itu. Ahin pun mengurungkan niatnya untuk operasi.
"Saya terus berdoa anggap itu hanya mimpi, tak mungkin begini," ujar Aing, sang istri yang terus menangis mengetahui keadaan suaminya waktu itu.
Lantas, segala cara pun dilakukan demi Ahin. Dukun, jimat, pengobatan tradisional semuanya dilakukan. Namun, tetap saja Ahin berada di kursi roda. Ahin begitu marah dengan kelumpuhannya, namun dia harus menerima kenyataan bahwa hidupnya sekarang bergantung pada orang lain.
Hal itu membuat dirinya kasar, dia sensitif jika diperlakukan kurang halus. Sepreinya harus dibedaki terlebih dahulu setiap diganti baru. Jika kasar sedikit saja, maka Ahin akan berteriak kesakitan akibat penyakit itu.
Rumah tangga yang harmonis itu dengan istri yang begitu setia mendampingi suami, akan menjadi sengsara saat teriakan Ahin menggema di seluruh rumah bahkan sampai di seluruh komplek karena kesakitan yang dia derita.
Tahun demi tahun berganti namun keadaan Ahin masih begitu-begitu saja, sang istri pun tak henti berjaga siang maupun malam. Di tengah keputusasaan, Ahin mengucapkan kata-kata ingin meninggal. Namun, karena cinta kasih yang mendalam antara pasangan suami istri ini, mereka terus berjuang bersama. "Gua mendingan kayak dulu, hidup susah namun suami saya sehat," demikian ungkapan kasih sang istri kepada suami.
Secercah harapan kembali ditawarkan di dalam keluarga ini lewat sang anak, Ferdian. Dia membawakan buletin mingguan gereja dimana ada banyak kesaksian mereka yang sembuh dari penyakit. "Saya bertanya kepada istri saya, apakah mau percaya pada Tuhan, siapa tahu bisa sembuh. Kata istri saya, "Kalau bisa sembuh, apapun boleh dipercaya…"" cerita Ahin.
Ini jalan terakhir yang mereka tempuh. Satu keluarga sepakat untuk berserah kepada Tuhan. Cara-cara lama disingkirkan. Kali ini mereka hanya memohon kepada Tuhan. "Saya percaya suatu hari nanti pasti sembuh," kata Aing dengan penuh iman.
Suatu hari ada sebuah ibadah besar diadakan di Ancol, mereka pun berdoa bersama sebelum berangkat ke sana. Ahin dibawa dengan menggunakan tempat tidur dorong ke Ancol.
Di sana dia didatangi oleh seorang hamba Tuhan dan ditanya apakah dia percaya pada Tuhan. "Hidup buat Tuhan, mati buat Tuhan, semuanya saya serahkan…" kata Ahin waktu itu. Setelah selesai berkata seperti itu, belakang punggung Ahin seperti kena setrum. Dia menangis di situ. Setelah hamba Tuhan itu selesai berdoa, Ahin mencoba memiringkan tubuhnya. Ke kanan maupun ke kiri, dia tidak merasakan sakit lagi. Saat itu juga, Ahin bisa bangun dari tidurnya. Semua keluarganya bersyukur sekali.
Hari-hari penuh dengan ketakutan dan keputusasaan berakhir begitu saja. Mereka bersyukur sang papa bisa sembuh total. "Mesti sabar, imannya mesti kuat, jangan orang percaya berdoa sekali dua kali nggak dapat tanggapan dari Tuhan langsung kecewa. Ini jangan kecewa. Kita berdoa terus, pasti itu akan dikabulkan dari Tuhan." jelas Aing, sang istri. Sangat terlihat bagaimana Ahin sangat mencintai istrinya, bagaimana keluarga mereka diberkati di dalam Yesus.
Ingatlah, segala sesuatu taruh ke bawah kaki Tuhan, serahkan kepada Tuhan dan berdoalah senantiasa tak jemu-jemu. Tuhan akan jawab semua seruan orang yang percaya kepada-Nya dan memberikan kelegaaan.
Sumber Kesaksian : Ahin
Segala Perkaraku Kuserahkan Pada-Mu
Allah Pembelaku
Segala Kuatirku Kutaruh Di Kaki-Mu
Allah Pem'liharaku
Bila Kau Yang Membuka Pintu
Tak Ada Satupun Dapat Menutupnya
Bila Kau Yang Mengangkat Aku
Tiada Yang Dapat Merendahkanku
Blessing,
~HSH~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar